08 September 2010

Pembaikan kualiti diri kesan dari ibadah yang diterima.

28 Ramadhan 1431 H
Oleh: Jarjani Usman

“Sesungguhnya kekejian dan perbuatan keji itu sedikitpun bukan dari Islam dan sesungguhnya sebaik-baik keislaman manusia adalah yang paling baik akhlaknya” (HR. Thabrani dan Imam Ahmad)

Luar biasa makna ibadah dalam agama Islam bagi manusia. Setiap ibadah, kalau dilakukan dengan sempurna, akan menghasilkan pembaikan kualiti diri. Seperti halnya yang didapat orang-orang beriman dari ibadah shalat, puasa, dan haji.

Sebagaimana dalam Al-Qur’an, ibadah shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Harus diakui, kemampuan ini (mencegah diri dari melakukan perbuatan keji dan mungkar) tidak dimiliki setiap manusia.

Hanya orang-orang yang berkualiti yang memilikinya. Buktinya, meskipun sudah meraih pendidikan yang tinggi sehingga disebut berkualiti, ramai orang yang tidak mampu menjaga dirinya dari melakukan perbuatan keji dan mungkar.

Demikian juga dengan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Seperti disebutkan dalam Al-Qur’an,dengan berpuasa, manusia diharapkan meraih darjat taqwa. Jelas ini sebuah harapan bagi pembaikan diri.

Darjat taqwa merupakan darjat tinggi bagi orang-orang yang telah berhasil memperbaiki perbuatan, sikap, dan niatnya.

Bukan hanya shalat dan puasa, ibadah haji pun ditujukan untuk pembaikan kualiti manusia. Haji mabrur merupakan gelar pemberian Allah bagi orang-orang yang berhasil melakukan ibadah haji dengan hati yang ikhlas, dengan modal dan tubuh yang suci, dan benar rukun-rukunnya.

Akan menghasilkan pengikut-pengikut Rasulullah kalau ibadah-ibadah ini dilakukan dengan baik, iaitu manusia yang berakhlak baik. Kalau dunia dihuni oleh orang-orang seperti ini, maka tidak perlu lagi polis atau mahkamah.

Tidak ada lagi yang perlu ditangkap dan diadili, sebab orang-orang tidak akan mencuri, rasuah dan sejenisnya.

Dengan demikian, jika kemungkaran semakin banyak, maka itu boleh berarti bahwa shalat, puasa, dan haji yang kita lakukan belum sempurna.

Tiada ulasan: