“Kutinggalkan untuk kalian dua perkara yang kalau berpegang kepadanya kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, iaitu Al-Quran dan sunnah” (HR. Al-Hakim).
Al-Quran diturunkan Allah agar menjadi pegangan hidup bagi manusia, supaya tidak tersesat dalam hidup ini. Sebagai pegangan hidup, Al-Quran sepatutnya didekati, dibaca, difahami, dan diamalkan, samasekali bukan untuk ditakuti. Jika ditakuti berarti akan dijauhi.
Menjauhi Al-Quran berarti menjauhi pegangan hidup yang berasal dari Allah dan yang dicadangkan oleh Allah. Lalu apa lagi yang akan dijadikan pegangan hidup? Lebih lanjut, bagaimana seseorang wakil rakyat membimbing orang ramai yang diwakilinya bila ia sendiri takut pada Al-Quran? Bagaimana pula sembahyangnya, sedangkan bacaan dalam sembahyang, yang banyak berisi ayat-ayat Al-Quran, tidak selesai?
Padahal, manusia beruntung dengan adanya Al-Qur‘an. Al-Quran bukan hanya dijadikan pegangan hidup, tetapi juga berpahala bila dibaca ayat-ayatnya. Satu huruf saja dibaca, lebih-lebih di bulan Ramadhan, akan mendapat pahala berganda. Sangat banyak huruf dalam satu ayat Al-Quran, lebih-lebih dalam ayat-ayat panjang, sehingga sangat banyak pula pahala yang didapat pembacanya. Bahkan, Al-Quran juga disebut Al-Furqan, yaitu sebagai pembeda antara yang haq dengan yang bathil. Sehingga kitaboleh membezakan antara yang benar dengan yang salah bila menurutinya.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan