10 Syawal 1431H.
“Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku suatu ucapan sehingga aku tidak perlu bertanya lagi kepada orang lain. Rasulullah s.a.w. menjawab, “Ucapkanlah ‘Aku beriman kepada Allah, kemudian hendaklah engkau beristiqamah’” (HR Muslim).
Dapat difahami dari apa yang dikemukan Rasulullah dalam hadits di atas bahwa beriman itu amat penting, namun yang lebih penting lagi untuk tahap selanjutnya adalah beristiqamah atau menetapkan hati dalam keimanan. Apalagi imannya seseorang boleh mengalami pasang surut setiap saat. Paling menyedihkan bila surut iman seringkali dialami orang setelah sempat berusaha sekuat-kuatnya untuk pasangkan (imannya) di waktu bulan Ramadhan.
Tentunya sangat malang bagi manusia yang hidup dalam keadaan iman surut atau bahkan tidak beriman. Sebab, mungkin sahaja ajal akan menjemput di saat sedang demikian. Sedangkan Allah sudah mengingatkan dalam al-Qur’an agar jangan sekali-kali mati kecuali dalam keadaan beriman atau dalam keadaan Islam.
Meskipun diingatkan secara berulang kali namun manusia diberikan pilihan untuk mati dalam keadaan beriman atau sebaliknya. Masih banyak manusia yang tidak mampu mengawal hidupnya, sehingga akhirnya mendapati dirinya mati dalam keadaan tanpa beriman. Buktinya, tidak semua orang mampu bertindak lurus atau tetap hidup sesuai dengan tuntunan iman. Malam beriman, siangnya sudah berubah diwaktu malamnya.
Malah timbul kebimbangan di waktu sekarang bila orang yang bergelar Islam sudah sanggup bunuh orang lain dan membunuh diri. Sedangkan Hukum bunuh diri sangat jelas iatu "tidak mencium bau syurga" dan tjenazahnya tidak layak dikebumikan di perkuburan Islam.
“Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku suatu ucapan sehingga aku tidak perlu bertanya lagi kepada orang lain. Rasulullah s.a.w. menjawab, “Ucapkanlah ‘Aku beriman kepada Allah, kemudian hendaklah engkau beristiqamah’” (HR Muslim).
Dapat difahami dari apa yang dikemukan Rasulullah dalam hadits di atas bahwa beriman itu amat penting, namun yang lebih penting lagi untuk tahap selanjutnya adalah beristiqamah atau menetapkan hati dalam keimanan. Apalagi imannya seseorang boleh mengalami pasang surut setiap saat. Paling menyedihkan bila surut iman seringkali dialami orang setelah sempat berusaha sekuat-kuatnya untuk pasangkan (imannya) di waktu bulan Ramadhan.
Tentunya sangat malang bagi manusia yang hidup dalam keadaan iman surut atau bahkan tidak beriman. Sebab, mungkin sahaja ajal akan menjemput di saat sedang demikian. Sedangkan Allah sudah mengingatkan dalam al-Qur’an agar jangan sekali-kali mati kecuali dalam keadaan beriman atau dalam keadaan Islam.
Meskipun diingatkan secara berulang kali namun manusia diberikan pilihan untuk mati dalam keadaan beriman atau sebaliknya. Masih banyak manusia yang tidak mampu mengawal hidupnya, sehingga akhirnya mendapati dirinya mati dalam keadaan tanpa beriman. Buktinya, tidak semua orang mampu bertindak lurus atau tetap hidup sesuai dengan tuntunan iman. Malam beriman, siangnya sudah berubah diwaktu malamnya.
Malah timbul kebimbangan di waktu sekarang bila orang yang bergelar Islam sudah sanggup bunuh orang lain dan membunuh diri. Sedangkan Hukum bunuh diri sangat jelas iatu "tidak mencium bau syurga" dan tjenazahnya tidak layak dikebumikan di perkuburan Islam.