“Rasulullah SAW pernah ditanya tentang dosa-dosa besar. Beliau bersabda, “Menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh orang dan bersaksi dengan kesaksian palsu” (HR. Imam Bukhari)
Salah satu harapan manusia yang sering gagal di dunia ini adalah harapan orang tua kepada anak-anaknya. Banyak orang tua berharap agar anaknya menjadi orang yang baik suatu masa nanti, namun tidak semuanya tercapai. Banyak anak ketika dewasanya malah menjadi pelaku dosa besar, antara lain: menyekutukan Allah, menjadi pembunuh, membuat kesaksian palsu, dan lain-lain lagi.
Boleh jadi, kegagalan itu bukan hanya disebabkan oleh apa yang disampaikan dalam mendidik anak-anaknya, tetapi bagaimana menyampaikannya. Dengan kata lain, boleh jadi apa yang disampaikan adalah berasal dari Nabi SAW, tetapi bagaimana disampaikan tidak seperti yang disampaikan Nabi.
Kalau membuka kembali sejarah pendidikan yang dilakukan Rasulullah SAW, salah satu metode paling berkesan yang beliau gunakan adalah metode keteladanan. Iaitu, memberi contoh dengan perilakunya sendiri. Contohnya, kalau seseorang mengharapkan anak-anaknya rajin, orang tua tentunya perlu memberikan contoh yang baik tentang kerajinan. Demikian juga, seseorang yang menghendaki anaknya untuk tidak membuka aurat tentu saja akan mustahil diteladani, bila ia sendiri mendedahkan aurat tubuhnya di depan orang lain. Demikian pula tidak masuk akal ketika seseorang meminta anaknya untuk tidak mengumpat, mencela atau menmengeji orang lain, sementara ia sendiri selaku orang tua malah bertindak sebaliknya.
Namun demikian, tidak mudah memberi contoh teladan tanpa melalui proses mendidik diri sendiri dalam kebaikan. Oleh karena itu, sewajarnya kita sebagai orang tua perlu terlebih dahulu mendidik dirinya sendiri dengan keteladanan agar menjadi orang baik sebelum ia meminta anaknya menjadi orang baik.