25 Januari 2008

Tanda-tanda Kiamat.

Dari Anas ra., ia berkata: Rasulullah saw. Bersabda: "Sesungguhnya sebagian dari tanda-tanda kiamat adalah dihilangkannya ilmu, ditetapkannya kebodohan, diminumnya khamer dan nampaknya perzinaan."(HR: Bukhari)

Tanda-tanda kiamat di atas telahpun dan sedang belaku dalam masyarakat kita. Semakin banyak orang berilmu meninggal dunia dan dengan sendiri hilangnya ilmu dari pengamalan masyarakat. Natijahnya semakin ramai orang yang bodoh atau jahil dalam agama.

Orang yang tidak berilmu akan melantik dan memilih pemimpin dikalangan orang yang tidak mempunyai ilmu. Lalu jadilah pemimpin itu bagai serigala yang menerkam mangsanya. Jawatan dianggap peluang untuk mengaut harta dan jauh sekali menganggapnya sebagai suatu amanah dari Allah SWT.

Demikianlah berleluasanya peminum arak dan perzinaan secara terang-terangan melampaui nilai-nilai agama dan kemanusia itu sendiri.

Taatlah Kepada Allah dan Taatlah Kepada Rasul

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً


Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur`an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.(An-Nisaa`:059)

Ayat di atas menjelaskan bahawa wajib setiap orang yang beriman untuk taat sepenuhnya kepada Allah dan Rasul. Dan wajib taat kepada pemimpin dikalangan kamu. Lalu pertanyaannya pemimpin yang bagaimana wajib di taati ? Pemimpin yang wajib di taati ialah pemimpin yang taat kepada Allah dan Rasul.

Sekiranya pemimpin itu tidak taat kepada Allah dan Rasul, wajib kita menjatuhkanya. Sebagaiamana hadits nabi : tidak ada ketaatan kepada makhluk yang maksiat kepada Penciptanya.

Sehinggakan cenderung kepada pemimpin yang zalim pun dilarang oleh Allah SWT:

وَلاَ تَرْكَنُواْ إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُواْ فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُم مِّن دُونِ اللّهِ مِنْ أَوْلِيَاء ثُمَّ لاَ تُنصَرُونَ

Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan.(Hud:113)

Pujukan Syaitan..



يَا بَنِي آدَمَ لاَ يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُم مِّنَ الْجَنَّةِ يَنزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْءَاتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاء لِلَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ
Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya `auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman.(Al-A`raaf:027)

Manusia sering menghadapi pujukan dan godaan syaitan malah manusia pertama, Adam ’alaihissalam sendiri juga pernah mengalami kekalahan oleh pujukan syaitan. Adam yang telah diberitahukan oleh Allah untuk menikmati semua kelezatan surga, namun dilarang memakan buah Khuldi, terpedaya hatinya oleh pujukan dan tipudaya iblis. Akibatnya, nenek moyang dan Nabi kita itu bersama Siti Hawa dihalau keluar dari surga ,walaupun sudah memohon ampun kepada Allah dan menyesali perbuatannya.

Kisah-kisah tersebut memberikan pengajaran bagi kita bahwa, kalau ketahanan hati sudah runtuh oleh pujukan syaitan, ketahanan lain akan mudah roboh. Kecuali kalau iman yang boleh pasang dan surut sentiasa dijaga agar tidak mudah tergoda oleh syaitan. Apalagi Allah mengingatkan bahwa syaitan adalah teman baik bagi orang-orang yang tidak beriman.