11 Safar 1433H. [MOD] -
Oleh: Jarjani Usman
“Sesungguhnya aku telah mengatur urusan kamu, tetapi aku bukanlah orang yang paling baik di kalangan kamu maka berilah pertolongan kepadaku. Kalau aku bertindak lurus maka ikutilah aku tetapi kalau aku menyeleweng maka betulkan aku” (Abu Bakar r.a.).
Sesuatu yang menantang kadangkala terlalu cepat dianggap sebagai musuh. Padahal kalau direnungi, yang menantanglah yang seringkali berkontribusi besar dalam mendukung keberhasilan kita dalam menjalani hidup ini. Sebut saja kritik sebagai salah satunya.
Disadari atau tidak, suatu kritikan bisa menambah kematangan kita dalam berpikir dan bertindak. Kritikan seringkali menggugah kesadaran. Kritikan juga membuat kita berpikir lebih banyak dari biasanya.
Tak heran bila ada sejumlah pemimpin Islam di masa lampau yang sangat membuka diri untuk menerima kritikan. Abu Bakar ra. kiranya termasuk salah seorang pemimpin Islam yang bertipe demikian. Dikisahkan bahwa di masanya, ia pernah dikritik oleh seorang rakyat biasa, sampai-sampai membuat beliau menangis tatkala mendengarnya.
Mendapati kritikan, Abu Bakar tidak marah. Tidak juga latah mencari cara untuk menghadang kritikan. Beliau tetap menjadikannya sebagai masukan penting bagi perbaikan diri dan kepemerintahannya. Demikianlah yang dilakukan oleh Sayyidina Abu Bakar ketika ia menjadi pemimpin atau khalifah. Beliau memberi peluang sebesar-besarnya untuk dikritik. Meskipun telah berbuat yang terbaik untuk kebaikan umat, sebagai manusia biasa beliau masih merasa ada kemungkinan kurangnya.
Serambi/-