Berbohong sama dengan pengkhianatan terhadap Islam. Hal ini dapat dilihat dari kisah yang diceritakan dalam sebuah hadits. Di masa Rasulullah SAW, seorang non Muslim menjumpai Rasulullah seraya mengemukakan keinginannya menjadi Muslim. Sesudah mengucap dua kalimah syahadat, lalu beliau bertanya, Ya Rasulullah, sesungguhnya saya selalu berbuat dosa dan sukar meninggalkannya. Lantas Rasulullah SAW bertanya, Mahukah kamu berjanji untuk tidak berbohong? Lelaki itu mengiyakan dan selanjutnya pulang ke rumahnya.
Dalam perjalanan pulang, orang itu mengakui dalam hatinya betapa mudah berjanji namun berat melaksanakannya. Apalagi kebiasaan lama selalu mendorongnya untuk mengulanginya. Namun hatinya bertanya. Bila berbuat jahat , apa yang harus dikatakan nantinya bila ditanya Nabi? Bila mengaku tidak berarti berbohong.Itu sama artinya dengan mengkhianati janjinya dengan Rasulullah. Sebaliknya, bila mengatakan yang sebenarnya, ia mendapat hukuman.
Lalu dia membuat keputusan, tidak mahu menjadi pengkhianat sekaligus tidak mahu menerima hukuman.Inilah yang membendung keinginannya untuk berbuat jahat. Dalam hatinya, betapa agungnya ajaranIslam.
Namun keagungan ajaran Islam tidak mahu difahami oleh sebahagian orang. Meskipun sudah diberikan kefahaman dan melihat kesan-kesannya, berbohong terus dilakukan. Inilah ciri ciri orang yang digambarkan Luqman Al Hakim di atas.