26 Ogos 2010

Klik ke 10 juta hari ini.

16 Ramadhan 1431H.

Assalmualaikum Wr. Wbt.

Setelah mencapai klik ke 9 juta pada 11 Mei yang lepas, blog ini akan melangkah ke klik 10 juta yang saya jangkakan berlaku pada hari.

Kejayaan ini sesungguhnya kejayaan kira bersama, tanpa sokongan dan dokongan dari semua pengunjung untuk menelusuri tanap rasa jemu dan bosan setiap bahan yang dipaparkan dalam blog ini nescaya kejayaan ini tidak akan dicapai.

Saya mengucapkan setinggi penghargaan kepada semua yang terlibat dalam penyediaan bahan dan paparan yang setiap hari dipaparkan dalam blog ini. Harapan saya tahap yang dicapai sekarang kekal dan diharap terus meningkat di masa-masa akan datang.

Satu hal yang perlu diingatkan, klik ke 10 juta hari ini akan dicapai dalam keadaan blog ini terdapat "malware" sekiranya menggunakan mozila firefox yang setakat ini pihak kami berkerja keras untuk mencarinya namun masih tidak ditemui di mana tempatnya.

Oleh itu saya nasihatkan supaya pengunjung melayari blog ini melalui Internet Explorer yang nampaknya tidak bermasalah.

Selepas Pulau Pinang beri RM 400 , Kakitangan K'jaan Dapat 'Duit Raya' RM 500.

15 Ramadhan 1431H.

Sebelum ini kakitangan awam kerajaan negeri Pulau Pinang menerima hadiah istimewa sebanyak RM400 dimana semua 3,577 kakitangan menerima habuan bagi meraikan Hari Raya Aidilfitri tahun ini. Kos keseluruhan melibatkan RM1.5 juta.

Hari ini berita baik menyusul untuk semua pegawai kerajaan persekutuan dari Gred 1 hingga 54. Kerajaan mengumumkan bersetuju untuk memberi 'Bantuan Khas Kewangan' sebanyak RM500 sebagai sumbangan sebelum 1 Syawal.

Lebih 1.24 juta petugas awam dan 590,000 pesara kerajaan akan mendapat durian runtuh ini.Perdana Menteri, Datuk Seri Najib Tun Razak berkata dalam satu kenyataan hari ini bahawa bayaran itu akan dibuat sebelum 1 Syawal.

Abdullah bin Zubeir r.a

15 Ramadhan 1431 H
http:alsofwah.

Seorang Tokoh Syahid Yang Luar Biasa"

Ketika menempuh padang pasir yang panas bagai menyala dalam perjalanan hijrah dari Mekah ke Madinah yang terkenal itu, ia masih merupakan janin dalam rahim ibunya. Demikianlah telah menjadi taqdir bagi Abdullah bin Zubeir melakukan hijrah bersama Kaum Muhajirin selagi belum muncul ke alam dunia, masih tersimpan dalam perut ibunya.

Ibunya Asma, - semoga Allah ridla kepadanya dan ia jadi ridla kepada Allah - setibanya di Quba, suatu dusun di luar kota Madinah, datanglah saat melahirkan, dan jabang bayi yang muhajir itu pun masuklah ke bumi Madinah bersamaan waktunya dengan masuknya muhajirin lainnya dari shahabat-shahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasalam .

Bayi yang pertama kali lahir pada saat hijrah itu, dibawa kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di rumahnya di Madinah, maka diciumnya kedua pipinya dan dikecupnya mulutnya, hingga yang mula pertama masuk ke rongga perut Abdullah bin Zubeir itu ialah air selera Rasulullah shallallahu 'alaihi i wasallam yang mulia.

Kaum Muslimin berkumpul dan beramai-ramai membawa bayi yang dalam gendongan itu berkeliling kota sambil membaca tahlil dan takbir. Latar belakangnya ialah karena tatkala Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan para shahabatnya tinggal menetap di Madinah, orang- orang Yahudi merasa terpukul dan iri hati, lalu melakukan perang urat saraf terhadap Kaum Muslimin.

Mereka sebarkan berita bahwa dukun-dukun mereka telah menyihir Kaum Muslimin dan membuat mereka jadi mandul, hingga di Madinah tak seorang pun akan mempunyai bayi dari kalangan mereka... !

Maka tatkala Abdullah bin Zubeir muncul dari alam gaib, hal itu merupakan suatu kenyataan yang digunakan taqdir untuk menolak kebohongan orang-orang Yahudi di Madinah dan mematahkan tipu muslihat mereka ... !

Di masa hayat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam , Abdullah belum mencapai asia dewasa. Tetapi lingkungan hidup dan hubungannya yang akrab dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, telah membentuk kerangka kepahlawanan dan prinsip hidupnya, sehingga darma baktinya dalam menempuh kehidupan di dunia ini menjadi buah bibir orang dan tercatat dalam sejarah dunia.

Anak kecil itu tumbuh dengan amat cepatnya dan menunjukkan hal-hal yang luar biasa dalam kegairahan, kecerdasan dan keteguhan pendirian. Masa mudanya dilaluinya tanpa noda, seorang yang suci, tekun beribadat, hidup sederhana dan perwira tidak terkira ....

Demikianlah hari-hari dan peruntungan itu dijalaninya dengan tabi'atnya yang tidak berubah dan semangat yang tak pernah kendor. Ia benar-benar seorang laki-laki yang mengenal tujuannya dan menempuhnya dengan kemauan yang keras membaja dan keimanan teguh luar biasa....

Sewaktu pembebasan Afrika, Andalusia dan Konstantinopel, ia yang waktu itu belum melebihi usia tujuh belas tahun, tampak sebagai salah seorang pahlawan yang namanya terlukis sepanjang masa ....

Dalam pertempuran di Afrika sendiri, Kaum Muslimin yang jumlahnya hanya duapuluh ribu sang tentara, pernah menghadapi musuh yang berkekuatan sebanyak seratus duapuluh ribu orang.

Pertempuran berkecamuk, dan pihak Islam terancam bahaya besar! Abdullah bin Zubeir melayangkan pandangannya meninjau kekuatan musuh hingga segeralah diketahuinya di mana letak kekuatan mereka. Sumber kekuatan itu tidak lain dari raja Barbar yang menjadi panglima tentaranya sendiri.

Tak putus-putusnya raja itu berseru terhadap tentaranya dan membangkitkan semangat mereka dengan cara istimewa yang mendorong mereka untuk menerjuni maut tanpa rasa takut ....

Abdullah maklum bahwa pasukan yang gagah perkasa ini tak mungkin ditaklukkan kecuali dengan jatunya panglima yang menakutkan ini.

Tetapi betapa caranya untuk menemuinya, padahal untuk sampai kepadanya terhalang oleh tembok kukuh dari tentara musuh yang bertempur laksana angin puyuh ... !

Tetapi semangat dan keberanian Ibnu Zubeir tak perlu diragukan lagi untuk selama-lamanya... ! Dipanggilnya sebagian kawan-kawannya, lalu katanya: "Lindungi punggungku dan mari menyerbu bersamaku... !

" Dan tak ubah bagai anak panah lepas dari busurnya, dibelahnya barisan yang berlapis itu menuju raja musuh, dan demi sampai di hadapannya, dipukulnya sekali pukul, hingga raja itu jatuh tersungkur.

Kemudian secepatnya bersama kawan-kawannya, ia mengepung tentara yang berada di sekeiiling raja dan menghancurkan mereka ...,lalu dikuman dangkannya Allahu Akbar... !

Demi Kaum Muslimin melihat bendera mereka berkibar di sana, yakni di tempat panglima Barbar berdiri menyampaikan perintah dan mengatur siasat, tahulah mereka bahwa kemenangan telah tercapai.

Maka seolah-olah satu orang jua, mereka menyerbu ke muka, dan segala sesuatu-pun berakhir dengan keuntungan di pihak Muslimin ... !

Abdullah bin Abi Sarah, panglima tentara Islam, mengetahui peranan penting yang telah diiakukan oleh Ibnu Zubeir.

Maka sebagai imbalannya disuruhnya ia menyampaikan sendiri berita kemenangan itu ke Madinah terutama kepada khalifah Utsman bin Affan....

Hanya kepahlawanannya dalam medan perang bagaimana juga unggul dan luar biasanya, tetapi itu tersembunyi di balik ketekunannya dalam beribadah ....Maka orang yang mempunyai tidak hanya satu dua alasan untuk berbangga dan menyombongkan dirinya ini akan menakjubkan kita karena selalu ditemukan dalam lingkungan orang-orang shaleh dan rajin beribadat.

Maka balk derajat maupun kemudaannya, kedudukan atau harta bendanya, keberanian atau kekuatannya, semua itu tidak mampu untuk menghalangi Abdullah bin Zubeir untuk menjadi seorang laki-laki 'abid yang berpuasa di siang hari, bangun malam beribadat kepada Allah dengan hati yang khusu' niat yang suci.

Pada suatu hari Umar bin Abdul Aziz mengatakan kepada Ibnu Abi Mulaikah: "Cobalah ceritakan kepada kami kepribadian Abdullah bin Zubeir!" Maka ujarnya: "Demi Allah! Tak pernah kulihat Jiwa yang tersusun dalam rongga tubuhnya itu seperti jiwanya! Ia tekun melakukan shalat,

dan mengakhiri segala sesuatu dengannya. ... Ia ruku' dan sujud sedemikian rupa, hingga karena amat lamanya, maka burung-burung gereja yang bertengger di atas bahunya atau punggungnya, menyangkanya dinding tembok atau kain yang tergantung.

Dan pernah peluru meriam batu lewat antara janggut dan dadanya sementara ia shalat, tetapi demi Allah, ia tidak peduli dan tidak goncang, tidak pula memutus bacaan atau mempercepat waktu ruku' nya.

Memang, berita-berita sebenamya yang diceritakan orang tentang ibadat Ibnu Zubeir, hampir merupakan dongeng. Maka di dalam shaum dan shalat, dalam menunaikan haji dan serta zakat, ketinggian cita serta kemuliaan diri dalam bertenggang di waktu malam - sepanjang hayatnya - untuk bersujud dan beribadat,

dalam menahan lapar di waktu siang, - juga sepanjang usianya - untuk shaum dan jihadun nafs ..., dan dalam keimanannya yang teguh kepada Allah ...dalam semua itu ia adalah tokoh satu-satunya tak ada duanya .

Pada suatu kali Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu ditanyai orang mengenai Ibnu Zubeir. Maka walaupun di antara kedua orang ini terdapat perselisihan paham, Ibnu Abbas berkata: "Ia adalah seorang pembaca Kitabullah, dan pengikut sunnah Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam, tekun beribadat kepada-Nya dan shaum di siang hari karena takut kepada-Nya.. ·

Seorang putera dari pembela Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan ibunya ialah Asma puteri Shiddiq, sementara mak-tuanya ialah Khadijah istri dari Rasululiah shallallahu 'alaihi wasallam.

Maka tak ada seorang pun sedang membicarakan khalifah yang telah pergi berlalu bernama Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu, tanpa mengindahkan tata-tertib kesopanan dan tidak didasari oleh kesadaran, mereka dicelanya, katanya: "Demi Allah, aku tak sudi meminta bantuan dalam menghadapi musuhku kepada orang-orang yang membenci Utsman ''~

Pada saat itu ia sangat memerlukan bantuan, tak ubah bagai seorang yang tenggelam membutuhkan pertolongan, tetap uluran tangan orang tersebut ditolaknya Keterbukaannya terhadap diri pribadi serta kesetiaannya terhadap aqidah dan prinsipnya,

menyebabkannya tidak peduli kehilangan duaratus orang pemanah termahir yang Agama mereka tidak dipercayai dan berkenan di hatinya! Padahal waktu itu ia sedang berada dalam peperangan yang akan menentukan hidup matinya, dan kemungkinan besar akan berubah arah, seandainya pemanah-pemanah ahli itu tetap berada di sampingnya.,,.!

Kemudian pembangkangannya terhadap Mu'awiyah dan puteranya Yazid sungguh-sungguh merupakan kepahlawanan.beliau tetap menjadi Amirul Mu'minin dengan mengambil Mekah al-Mukarramah sebagai ibu kota pemerintahan dan membentangkan kekuasaannya terhadap Hijaz, Yaman, Bashrah, Kufah, Khurasan dan seluruh Syria kecuali Damsyik, setelah ia mendapat bai'at dari seluruh warga kota-kota daerah tersebut di atas.

Tetapi orang-orang Banu Umaiyah tidak senang diam dan berhati puas sebelum menjatuhkannya, maka mereka melancarkan serangan yang bertubi-tubi, yang sebagian besar di antaranya berakhir dengan kekalahan dan kegagalan.

Hingga akhirnya datanglah masa pemerilitahan Abdul Malik bin Marwan yang untuk menyerang Abdullah di Mekah itu memilih salah seorang anak manusia yang paling celaka dan paling merajalela dengan kekejaman dan kebuasannya ... !

Itulah dia Hajjaj ats-Tsaqafi, yang mengenai pribadinya, Umar bin Abdul Aziz, Imam yang adil itu pernah berkata: "Andainya setiap ummat datang dengan membawa kesalahan masing-masing, sedang kami hanya datang dengan kesalahan Hajjaj seorang saja, maka akan lebih berat lagi kesalahan kami dari mereka semua... !"

Dengan mengerahkan anak buah dan orang-orang upahannya, Hajjaj datang memerangi Mekah ibukota Ibnu Zubeir. Dikepungnya kota itu serta penduduknya, selama lebih kurang enam bulan dan dihalanginya mereka mendapat makanan dan air, dengan harapan agar mereka meninggalkan Ibnu Zubeir sebatang kara, tanpa tentara dan sanak saudara.

Dan karena tekanan bahaya kelaparan itu banyaklah yang menyerahkan diri, hingga Ibnu Zubeir mendapatkan dirinya tidak berteman atau kira-kira demikian .... Dan walaupun kesempatan untuk meloloskan diri dan menyelamatkan nyawanya masih terbuka, tetapi Ibnu Zubeir memutuskan akan memikul tanggung jawabnya sampai titik terakhir.

Maka ia terus menghadapi serangan tentara Hajjaj itu dengan keberanian yang tak dapat dilukiskan, padahal ketika itu usianya telah mencapai tujuh puluh tahun Dan tidaklah dapat kita melihat gambaran sesungguhnya dari pendirian yang luar biasa ini, kecuali jika kita mendengar percakapan yang berlangsung antara Abdullah dengan ibunya yang agung dan mulia itu, Asma' binti Abu Bakar, yakni di saat-saat yang akhir dari kehidupannya.

Ditemuinya ibunya itu dan dipaparkannya di hadapannya suasana ketika itu secara terperinci, begitupun mengenai akhir kesudahan yang sudah nyata tak dapat dielakkan lagi ....

Kata 'Asma' kepadanya: "Anakku, engkau tentu lebih tahu tentang dirimu! Apabila menurut keyakinanmu, engkau berada di jalan yang benar dan berseru untuk mencapai kebenaran itu, maka shabar dan tawakallah dalam melaksanakan tugas itu sampai titik darah penghabisan. Tiada kata menyerah dalam kamus perjuangan melawan kebuasan budak-budak Bani Umaiyah ... !

Tetapi kalau menurut pikiranmu, engkau hanya mengharapkan dunia, maka engkau adalah seburuk-buruk hamba, engkau celakakan dirimu sendiri serta orang-orang yang tewas bersamamu!"

Ujar Abdullah: "Demi Allah, wahai bunda! Tidaklah ananda mengharapkan dunia atau ingin hendak mendapatkannya... ! Dan sekali-kali tidaklah anakanda berlaku aniaya dalam hukum Allah, berbuat curang atau melanggar batas ... !"

Kata Asma' pula: - 'Aku memohon kepada Allah semoga ketabahan hatiku menjadi kebaikan bagi dirimu, baik engkau mendahuluiku menghadap Allah maupun aku. Ya Allah, semoga ibadahnya sepanjang malam, shaum sepanjang siang dan bakti kepada kedua orang tuanya, Engkau terima disertai cucuran Rahmat-Mu.

Ya Allah, aku serahkan segala sesuatu tentang dirinya kepada kekuasaan-Mu, dan aku rela menerima keputusan-Mu. Ya Allah berilah aku pahala atas segala perbuatan Abdullah bin Zubeir ini, pahalanya orang-orang yang shabar dan bersyukur ... !"

Kemudian mereka pun berpelukan menyatakan perpisahan dan selamat tinggal.. Dan beberapa saat kemudian, Abdullah bin Zubeir terlibat dalam pertempuran sengit yang tak seimbang, hingga syahid agung itu akhirnya menerima pukulan maut yang menewaskannya.

Peristiwa itu menjadikan Hajjaj kuasa Abdul Malik bin Marwan berkesempatan melaksanakan kebuasan dan dendam kesumatnya, hingga tak ada jenis kebiadaban yang lebih keji kecuali dengan menyalib tubuh syahid suci yang telah beku dan kaku itu.

Bundanya, wanita tua yang ketika itu telah berusia sembilan puluh tujuh tahun, berdiri memperhatikan puteranya yang disalib. Dan bagaikan sebuah gunung yang tinggi, ia tegak menghadap ke arahnya tanpa bergerak.

Sementara itu Hajjaj datang menghampirinya dengan lemah lembut dan berhina diri, katanya: "Wahai ibu, Amirui Mu'minin Abdulmalik bin Marwan memberiku wasiat agar memperlakukan ibu dengan balk ... !

"Maka adakah kiranya keperluan ibu ?. Bagaikan berteriak dengan suara berwibawa wanita itu berkata: "Aku ini bukanlah ibumu ... ! Aku adalah ibu dari orang yang disalib pada tiang karapan ..!

Tiada sesuatu pun yang kuperlukan daripadamu. Hanya aku akan menyampaikan kepadamu sebuah Hadits yang kudengar dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sabdanya:

"Akan muncul dari Tsaqif seorang pembohong dan seorang durjana ...! Adapun si pembohong telah sama-sama kita hetahui ....!Adapun si durjana, sepengetahuanku hanyalah kamu "

Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhu datang menghiburnya dan mengajak- nya bershabar. Maka jawabnya: -- "Kenapa pula aku tidak akan shahar, padahal kepala Yahya bin Zakaria sendiri telah diserahkan kepada salah seorang durjana dari durjana-durjana Bani Isra'il !".

Oh, alangkah agungnya anda, wahai puteri Abu Bakar Shiddiq radhiyallahu 'anhu ... ! Memang, adakah lagi kata-kata yang lebih tepat diucapkan selain itu kepada (,rang-orang yang telah memisahkan kepala Ibnu Zubeir dari tubuhnya sebelum mereka menyalibnya !

Tidak salah! Seandainya kepala Ibnu Zubeir telah diberikan sebagai hadiah bagi Hajjaj dan Abdul Malik, maka kepala Nabi yang mulia yakni Yahya 'alaihissalam dulu juga telah diberikan sebagai hadiah bagi Salome, seorang wanita yang durjana dan hina dari Bani Israil ... ! Sungguh, suatu tamsil yang tepat dan kata-kata yang jitu ... !

Kemudian mungkinkah kiranya bagi Ahdullah bin Zubeir akan melanjutkan hidupnya di bawah tingkat yang amat tinggi dari keluhuran, keutamaan dan kepahlawanan ini, sedang yang menyusukannya ialah wanita yang demikian corak bentuk-nya .

Salam kiranya terlimpah atas Abdullah ... ! Dan kiranya terlimpah pula atas Asma'...!
Salam bagi kedua mereka di lingkungan syuhada yang tidak pernah fana... !
Dan di lingkungan orang-orang utama lagi bertaqwa.

TERIMA KASIH BUAT SEMUA : USTAZ ABU BAKAR HUSSAIN

15 Ramadhan 1431 H
Oleh: mohd hafez sabri

Di kesempatan ini saya ingin mengucapkan jutaan terima kasih kepada seluruh muslimin dan muslimat yang telah banyak membantu saya serta keluarga ketika mana kami diberi ujian oleh Allah SWT .

Jutaan terima kasih kepada muslimin muslimat yang mendoakan kesihatan arwah isteri saya ketika beliau masih hidup dan mendoakan kesejahteraan buat arwah isteri saya ketika beliau sudah kembali kepada Allah SWT.

Sesusungguhnya kematian itu adalah satu perkara yang pasti akan dihadapi oleh setiap makhluk yang bernyawa, Cuma masa dan saatnya sahaja tidak diketahui oleh kita.

Saya ingin berpesan kepada diri saya dan seluruh muslimin muslimat sekalian ingatlah akan firman Allah SWT, “Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Rabbmu dengan hati yang puas lagi diredhaiNya.

Masuklah ke dalam jamaah hamba-hambaKu, dan masuklah ke dalam syurgaKu.”(Al-Fajr:27-30) maka Jadikan saat kematian kita pada jalan Allah dalam keadaan kita suka menemui Allah dan Allah suka menemui kita.

Dengannya kita beroleh satu kematian yang disifatkan sebagai kematian yang baik – husnul khatimah. Iaitu kematian yang terpuji bagi orang yang beriman.

Ikhlas Dari
Ustaz Abu Bakar Hussain.

IMEJ NEGARA SUDAH LAMA TERCALAR BUKAN KERANA NURUL IZZAH

15 Ramadhan 1431 H
Oleh: WFAUZDIN NS

BETAPA Menteri Dalam Negeri, Hishamuddin begitu gusar apabila negara luar semakin memandang serong negara ini. Bagi menyembunyikan kegusarannya, menteri tersebut menuding jari ke arah Pembangkang yang kununnya banya mendedahkan keburukan negara ini ke pihak luar.

Tuduhan ke atas YB Nurul Izzah jelas menampakkan kegusaran pemimpin Umno. Artikel ini merujuk kepada laporan Bernama di sini.Persoalannya, apakah sebelum YB Nurul Izzah mendedahkan beberapa penyelewengan yang berlaku di dalam negara ini imej negara kita berada di tahap yang terbaik? ?

Sebenarnya sudah berpuluh tahun khususnya selepas berlaku konspirasi terhadap DS Anwar, imej negara ini begitu merudum sekali. Bukan sedikit negara luar yang melahirkan rasa simpati ke atas nasib yang menimpa ke atas DS Anwar tokoh ternama Asia dan dunia itu. Keganjilan yang berlaku di dalam sistem kehakiman negara benar-benar menarik perhatian mereka.

Kes pembunuhan Altantuya juga menarik minat negara luar kerana korbannya adalah rakyat asing yang dibunuh `tanpa ada sebab atau motif''. Mereka mengetahui kisah ini bukan dari mulut YB Nurul Izzah kerana pemimpin dunia luar lebih cerdik dari pemimpin negara kita.

Pemimpin negara kita tidak kurang hebatnya bercerita tentang keburukan Pembangkang di luar negara. DS Anwar sering diperkatakan sebagai `peliwat' oleh pemimpin negara dan kisahnya dijaja ke merata negara.

Namun, negara luar bukannya mudah untuk diperbodohkan. Oleh itu, pemimpin Umno mulai merasa tertekan dengan segala bentuk persoalan yang dikemukakan oleh pihak luar.

Imej negara kita kini sememangnya terjejas akibat salah pemimpin kita sendiri. Di dalam dunia tanpa sempadan sekarang, kita tidak lagi boleh menyembunyikan apa jua dari diketahui pihak luar.

Apakah kita mahu negara luar memandang tinggi pemimpin negara kita sedangkan rakyat sendiri semakin menolak mereka?

Bantuan cermin mata

15 Ramadhan 1431 H
Oleh: pusat perkhidmatan DUN Tronoh

Pada 21/8/2010 YB V.Sivakumar beserta dengan Pengerusi DAP Cawangan Bemban En Lim Yok See dan bekas ahli majlis MDBG En Vijakumar telah melawat Puan Kaliamal yang kehilangan suami yang meninggal dunia pada awal bulan Jun.

Puan Kaliamal dan lima orang anaknya yang kini tinggal di Tronoh masih berada dalam keadaan serba kekurangan kerana Puan Kaliamal tidak dapat pergi bekerja kerana tidak ada sesiapa yang boleh menjaga anak-anaknya.

Namun terdapat beberapa orang perseorangan serta persatuan telah sudi tampil untuk menghulurkan bantuan yang perlu agar Puan Kaliamal dapat meneruskan kehidupan hariannya.

Selain itu salah seorang anak perempuan Puan Kaliamal yang mengalami masalah rabun jauh juga di bantu oleh seorang insan yang tidak mahu dikenali. Kanak-kanak tersebut diberi bantuan sepasang cermin mata untuk membolehkannya melihat dengan jelas.

YB V.Sivakumar berkata beliau sangat menghargai dan mengucapkan terima kasih kepada semua yang sudi untuk membantu keluarga ini. Tambahnya lagi jika ada sesiapa yang ingin membantu keluarga ini boleh menghubungi Pusat Khidmat Masyarakat DUN Tronoh di talian 05-2882105.

MULUT ( keberkatan dan musibahnya )

15 Ramadhan 1431 H
Oleh: md zainal mzd

“ Wahai Adam, diamilah olehmu dan isterimu syurga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kalian sukai. Dan janganlah kalian dekati pohon ini yang menyebabkan kalian termasuk orang-orang yang zalim “ Al Quran: Al Baqarah 35, Al A’raf 19.

Oleh kerana syaitan berjaya membuat tipu muslihat dan akhirnya Nabi Adam dan isterinya Siti Hawa terpengaruh dan memakan buah yang dilarang Allah, maka Nabi Adam dan isterinya telah dikeluarkan dari syurga ke dunia.

Kedua mereka telah menempuhi terlalu banyak kesusahan dan dugaan yang asalnya berpunca dari mulut yang memakan buah terlarang tersebut.

Dari peristiwa di atas ternyatalah bahawa salah satu anggota badan kita yang amat perlu dijaga ialah mulut, dengan menggunakan mulut kita boleh mendapat banyak kebaikan dan dengan mulut juga kita boleh mendapat kesusahan atau kecelakaan.

Mari kita lihat sebahagian besar dari fungsi mulut untuk kita bermuhasabah diri kita. Apakah kita telah menggunakan mulut untuk kebaikan atau sebaliknya.

Mulut digunakan untuk kebaikan:

1. Makan dan minum yang halal dan berpatutan
2. Mengucap dua kalimah syahadah
3. Berniat dan bacaan dalam solat
4. Berniat dan sebahagian besar pengisian amalan dalam berpuasa
serta solat terawih
5. Menentukan sahnya pemberian zakat(persetujuan antara pemberi dan penerima atau wakilnya).
6. Bacaan-bacaan dalam ibadat haji dan umrah
7. Membaca Al Quran
8. Berzikir: bertasbih, bertahmid dan bertakbir
9. Memberi ucapan, tafsir Al Quran, kuliah dan tazkirah
10. Mengajar dan menyampaikan ilmu.ke arah kebaikan.
11. Menentukan sahnya Ijab dan Qabul ( dalam pernikahan dan perceraian )
12. Melaksanakan undang-undang ( hakim, pendakwa, pembela dsn sebagainya )
13. Berbincang untuk perlakuan yang dituntut atau halal demi kebaikan
14. Memberi isyarat tertentu untuk kebaikan
15. Senyum dan merapatkan silaturrahim
16. Mewujudkan daya tarikan untuk menyerikan wajah dan boleh
menggembirakan orang lain dll.

Mulut jangan digunakan untuk keburukan

1. Makan dan minum walaupun halal tetapi berlebihan
2. Makan dan minum yang haram
3. Mengajar atau berbincang untuk perlakuan yang terlarang / haram
4. Mengumpat, mengejek, menyindir, mencemuh, mencaci dsb.
5. Tidak semestinya bercakap tetapi mulut boleh mewujudkan rasa benci dihati sesiapa yang melihatnya.

Mengikut perbandingan di atas, kita perlulah menjaga mulut kita setiap masa selagi kita hidup kerana peranannya yang cukup besar dan ia akan mempengaruhi kehidupan kita di dunia lebih-lebih lagi di akhirat kelak.

Di sianghari dalam bulan Ramadhan sebagai contohnya, kita tidak disibukkan dengan makan dan minum, terdapat banyak masa terluang untuk kita memanfaatkannya.

Gunakan sepenuhnya mulut untuk apa sahaja demi kebaikan seperti menyampaikan ilmu walaupun sedikit, berzikir, bertahmid dan membaca Al Quran, mentelaah Hadis Nabi dan membaca kitab-kitab agama.

Bonus khas yang dijanjikan Allah SWT untuk bulan Ramadhan sudah hampir tamat, oleh itu gunakanlah baki di mana yang ada untuk kita rebut, mudah-mudahan kegembiraan yang hakiki akan dapat kita nikmati bila kita mengadapnya di hari pembalasan nanti.

Sesungguhnya bila kita mati nanti mulut akan terkunci dari sebarang tipu muslihat dan kita akan sentiasa berkata benar kerana semua anggota yang lain termasuk tangan, kaki, hidung , telinga, kepala, kulit dan lain-lain akan menjadi saksi dan mengiyakan apa sahaja yang telah dilakukan semasa kita hidup di dunia ini.

“ Dan pada hari ini kami matrikan ( kuncikan ) mulut nereka dan berkatalah kepada kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan” Al Quran: Yaasin 65.

Wisma Putra Nasihat Rakyat Malaysia Elak Ke Indonesia Sekarang

15 Ramadhan 1431 H

PUTRAJAYA: Menteri Luar, Datuk Seri Anifah Aman menasihati rakyat Malaysia supaya elak daripada mengunjungi Indonesia pada waktu terdekat ini berikutan sentimen anti-Malaysia yang sedang melanda negara jiran itu sekarang.

Bercakap dalam sidang media di pejabatnya sebentar tadi, Anifah menegaskan Wisma Putra tidak mengalakkan rakyat Malaysia mengunjungi Indonesia melainkan jika terpaksa kerana urusan yang perlu disegerakan.

Bagaimanapun tegas Anifah, ini bukanlah nasihat perjalanan rasmi. Buat masa ini katanya, Wisma Putra tidak akan mengeluarkan sebarang nasihat perjalanan rasmi ke negara republik itu.

mStar/-

Bendera Ugut Adakan Demostrasi Usir Rakyat Malaysia

15 Ramadhan 1431 H
Oleh: AMY CHEW

JAKARTA: Kumpulan Nasionalis Indonesia, Benteng Demokrasi Rakyat Indonesia (Bendera) yang didakwa melontar najis ke Kedutaan Malaysia di Indonesia semalam dipercayai sedang merancang untuk mengadakan satu lagi demonstrasi terhadap Malaysia bermula hari ini.

Kumpulan itu didakwa merancang mengusir rakyat Malaysia pada satu protes menentang ketidakadilan terhadap kedaulatan Indoensia.

“Kami akan mengadakan operasi mengusir rakyat Malaysia di kawasan Senayan. Kami akan mencukur kepala mereka sebelum mengusir mereka keluar,” kata penyelaras Bendera, Mustar Bona Ventura dalam perbualan telefon kepada The Star di sini pada Selasa.

Mustar berkata, Bendara telah membuat pemerhatian dan mereka mendapati pelancong Malaysia gemar berkunjung ke Senayan kerana terdapat banyak pusat beli belah di sana.

“Kami akan bergerak secara konvoi dengan 100 buah motosikal,” katanya.

Tahun lalu, beberapa aktivis Bendera ditangkap kerana melakukan operasi pengusiran rakyat Malaysia di hadapan ibu pejabat mereka di Jalan Deponegoro, Jakarta Pusat, menggunakan senjata buluh runcing.

Isnin lalu, Bendera didakwa melontar najis di Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta sebagai membantah penahanan tiga anggota penguat kuasa Indonesia oleh polis maritim Malaysia.

Pada masa yang sama, tujuh nelayan Malaysia turut ditahan oleh pihak berkuasa Indonesia kerana didakwa menceroboh perairan negara tersebut. Bagaimanapun rakaman satelit menunjukkan bot nelayan Malaysia itu berada dalam perairan negara. Bagaimanapun kesemua nelayan berkenaan telah pun dibebaskan oleh pihak berkuasa Indonesia atas alasan kurang bukti.

Bendera turut mengecam kepimpinan Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono yang disifatkan terlalu berlembut dengan Malaysia.

“Rakyat bukan sahaja marah dengan Malaysia malah dengan kerajaan dan Presiden Indonesia kerana tidak mengambil tindakan yang tegas dalam menyelesaikan isu dengan Malaysia,” kata wartawan Indonesia, Rudy Madanir.

Presiden Yudhoyono berkata, perbincangan mengenai isu sempadan akan menyelesaikan masalah

“Ini adalah era toleransi bukan berperang. Bukan itu sahaja, adalah menjadi kepentingan kita untuk menjaga kedaulatan wilayah negara ini. Kami akan melakukan apa sahaja yang dirasakan perlu untuk mempertahankan integrasi nasional,” kata Yudhoyono yang dipetik daripada agensi berita, Antara.

mStar/-

42 maut, 54 terselamat pesawat China terhempas

15 Ramadhan 1431H.

BEIJING: Sebuah pesawat China (gambar) berkecai dua ketika cuba mendarat dalam keadaan kabus tebal, menyebabkan sekurang-kurangnya 42 mangsa maut dalam kemalangan terburuk pertama di negara itu sejak enam tahun lalu.

Penerbangan domestik, Penerbangan Henan, membawa 96 penumpang termasuk lima anak kapal ketika ia terhempas ke tanah, lewat Selasa (waktu tempatan), berdekatan lapangan terbang di timur laut bandar Yichun, iaitu kawasan pedalaman wilayah Heilongjiang.

Menurut pihak berkuasa penerbangan China (CAAC), 54 mangsa terselamat dan punca kemalangan adalah masalah teknikal lampau yang pernah dihadapi pesawat bagi model ERJ-190 itu, iaitu jet buatan syarikat Brazil Embraer. Agensi berita Xinhua berkata, kapten pesawat itu antara yang terselamat tetapi menghadapi kecederaan muka dan tidak dapat bercakap ketika ini. - AFP

DOSA-DOSA YANG DIANGGAP BIASA : TIDAK ADIL DI ANTARA ANAK

15 Ramadhan 1431 H
Oleh: Syaikh Muhammad bin Shalih al-Munajjid

Sebagian orang tua ada yang sengaja memberikan perlakuan khusus dan istimewa kepada sebagian anaknya. Anak-anak itu diberikan berbagai macam pemberian, sedang anak yang lainnya tidak mendapatkan pemberian.

Menurut pendapat yang kuat, tindakan semacam itu hukumnya haram, jika tidak ada alasan yang membolehkannya. Misalnya, anak tersebut memang dalam kondisi yang berbeda dengan anak-anak yang lain. Seperti sedang sakit, dililit banyak utang sehingga tak mampu membayar,

tidak mendapat pekerjaan, memiliki keluarga besar, sedang menuntut ilmu atau karena ia hafal Al-Qur’an sehingga diberikan hadiah khusus oleh sang ayah.( (Secara umum, hal ini dibolehkan manakala masih dalam hal memberi nafkah kepada anak yang lemah, sedang sang ayah mampu, Ibnu Baz).)

Jika sang ayah memberi anaknya sesuatu dengan sebab yang dibenarkan syara’, hendaknya ia berniat jika anaknya yang lain mengalami kondisi yang sama, ia akan memberinya pula.

Dalilnya secara umum adalah firman Allah, “Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa, dan bertakwalah kepada Allah.”(Al-Ma’idah: 8)

Adapun dalilnya secara khusus adalah hadits riwayat Nu’man bin Basyir radhiallahu ‘anhu : Suatu hari sang ayah mengajaknya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sang ayah berkata, “Sesungguhnya aku telah memberikan kepada putraku ini seorang budak”.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Apakah setiap anakmu juga engkau beri hal yang sama?” Ia menjawab, “Tidak!” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kembalikanlah (budak itu).”( Hadits riwayat Al-Bukhari, lihat Fathul Bari, 5/211.)

Dalam riwayat lain , Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

فَاتَّقُوا اللهَ وَاعْدِلُوْا بَيْنَ أَوْلاَدِكُمْ.

“Bertakwalah kepada Allah dan berlaku adillah di antara anakmu.” Ia berkata, “Kemudian ia pulang lalu mengembalikan pemberiannya.”( Fathul Bari, 5/211.)

Dalam suatu riwayat disebutkan,

فَلاَ تُشْهِدْنِيْ إِذَنْ فَإِنِّيْ لاَ أَشْهَدُ عَلَى جَوْرٍ.

“Jika begitu maka janganlah engkau menjadikanku saksi, karena aku tidak memberi kesaksian atas suatu kezhaliman.”( Shahih Muslim, 3/1243.)

Menurut Imam Ahmad, anak laki-laki mendapat pembagian dua kali lipat bagian anak perempuan, yakni seperti dalam pembagian warisan. ( Masa’ilul Imam Ahmad, oleh Abu Daud, hal.204 Imam Ibnu Qayyim telah men-tahqiq masalah ini dalam Hasyiyah Ala Abi Daud dengan keterangan yang sangat jelas. )

Bila kita perhatikan kondisi sebagian keluarga, kita akan mendapatkan beberapa orang tua yang tidak takut kepada Allah dalam soal pengistimewaan sebagian anaknya atas anaknya yang lain dengan berbagai pemberian. Tindakan yang kemudian membuat anak saling cemburu, menumbuhkan permusuhan dan kebencian di antara sesama mereka.

Sebagian ayah mengistimewakan salah seorang anaknya hanya karena wajah anak tersebut mirip dengan keluarga dari pihak ayah, sedang yang lain dianaktirikan karena lebih menyerupai wajah keluarga dari pihak ibu.

Atau ia mengistimewakan anak-anak dari salah seorang istrinya, sedangkan anak-anak dari isteri yang lain kurang ia pedulikan. Hal itu misalnya dengan memasukkan anak-anak dari istri yang paling disayanginya ke sekolah-sekolah favorit, sedang anak-anaknya dari istri yang lain tidak demikian.

Padahal akibat tindakan tersebut kelak akan kembali kepada dirinya sendiri. Sebab pada umumnya, mereka yang dianaktirikan tidak mau membalas budi kepada orang tuanya.

Dalam hal ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أَلَيْسَ يَسُرُّكَ أَنْ يَكُوْنُوْا إِلَيْكَ فِي الْبِرِّ سَوَاءً.

“Bukanlah akan menyenangkanmu jika mereka sama-sama berbuat kebaikan kepadamu?”( Hadits riwayat Imam Ahmad, 4/269; Shahih Muslim, 1623.)

DOSA-DOSA YANG DIANGGAP BIASA : MEMINTA-MINTA DI SAAT BERKECUKUPAN

15 Ramadhan 1431 H
Oleh: Syaikh Muhammad bin Shalih al-Munajjid

Sahl bin Hanzhaliyah radhiallahu ‘anhu meriwayatkan, bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ سَأَلَ وَعِنْدَهُ مَا يُغْنِيْهِ فَإِنَّمَا يَسْتَكْثِرُ مِنْ جَمْرِ جَهَنَّمَ، قَالُوْا: وَمَا الْغِنَى الَّذِيْ لاَ تَنْبَغِيْ مَعَهُ الْمَسْأَلَةُ؟ قَالَ: قَدْرُ مَا يُغَدِّيْهِ وَيُعْشِيْهِ.

“Barangsiapa meminta-minta sedang ia dalam keadaan berkecukupan, sungguh orang itu telah memperbanyak (untuk dirinya) bara api Jahannam.” Mereka bertanya, “Apakah (batasan) cukup, sehingga (seseorang) tidak boleh meminta-minta?”

Beliau menjawab, “Yaitu sebatas (cukup untuk) makan pada siang dan malam hari.”( Hadits riwayat Abu Daud, 2/281; Shahihul Jami’ 6280.)

Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ سَأَلَ وَلَهُ مَا يُغْنِيْهِ جَاءَتْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ خَدُوْشًا أَوْ كَدُوْشًا فِيْ وَجْهِهِ.

“Barangsiapa meminta-minta sedang ia dalam berkecukupan, maka pada Hari Kiamat ia akan datang dengan wajah penuh bekas cakaran dan garukan.”( Hadits riwayat Imam Ahmad, I/388; Shahihul Jami’, 6255 (Dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu disebutkan,

“Barangsiapa meminta-minta harta manusia agar dapat mengumpulkan banyak-banyak, sungguh ia telah meminta bara api, maka silakan ia mengurangi atau memperbanyak”, Ibnu Baz).)

Di antara pengemis ada yang berderet di depan pintu masjid. Mereka menghentikan dzikir para hamba Allah yang menuju atau pulang dari masjid dengan ratapan yang dibuat sesedih mungkin.

Sebagian lain memakai modus agak berbeda, membawa dokumen dan berbagai surat palsu disertai blangko isian sumbangan.

Ketika ia menghadapi mangsanya, ia mengarang cerita, sehingga berhasil mengetahui dan memperoleh uang.

Bagi keluarga tertentu, mengemis bahkan telah menjadi satu profesi. Mereka membagi-bagi tugas di antara keluarganya pada beberapa masjid yang ditunjuk. Pada saatnya, mereka berkumpul untuk menghitung penghasilan.

Dan demikianlah, setiap masjid mereka jelajahi. Padahal tak jarang mereka dalam kondisi yang cukup dan mampu. Dan sungguh Allah Maha Mengetahui kondisi mereka, bila mereka mati barulah terlihat warisannya.

Padahal sebetulnya masih banyak orang yang lebih membutuhkan dari para pengemis itu. Mereka orang-orang yang sangat membutuhkan, tetapi orang yang tidak tahu mengira mereka orang-orang mampu. Sebab mereka menahan diri dari meminta-minta, meskipun kebutuhan sangat mendesak.

DOSA-DOSA YANG DIANGGAP BIASA : TIDAK MEMENUHI HAK-HAK PEKERJA

15 Ramadhan 1431 H
Oleh: Syaikh Muhammad bin Shalih al-Munajjid

Dalam hubungan antara pemilik usaha dengan pekerja, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menganjurkan disegerakannya pemberian hak pekerja. Beliau bersabda,

أَعْطُوْا اْلأَجِيْرَ أَجْرَهُ قَبْلَ أَنْ يَجِفَّ عَرَقُهُ.

“Berikanlah upah pekerja sebelum kering keringatnya.”( Hadits riwayat Ibnu Majah, 2/817; Shahihul Jami’, 1493, (lebih bijaksana lagi jika dikomentari tentang derajat hadits, sebab ia termasuk hadits dha’if.)

Salah satu bentuk kezhaliman di tengah masyarakat muslim adalah tidak memberikan hak-hak para pegawai, pekerja, karyawan atau buruh sesuai dengan yang seharusnya. Bentuk kezhaliman itu beragam, di antaranya:

1. Sama sekali tidak memberikan hak-hak pekerja, sedang si pekerja tidak memiliki bukti. Dalam hal ini, meskipun si pekerja kehilangan haknya di dunia, tetapi di sisi Allah pada hari Kiamat kelak, hak tersebut tidak hilang.

Orang yang zhalim itu, karena telah memakan harta orang yang dizhalimi, diambil dari padanya kebaikan yang pernah ia lakukan untuk diberikan kepada orang yang ia zhalimi. Jika kebaikannya telah habis, maka dosa yang ia zhalimi itu diberikan kepadanya, lalu ia dicampakkan ke Neraka.

2. Mengurangi hak pekerja dengan cara yang tidak dibenarkan. Allah berfirman, “Kecelakaan besarlah bagi mereka yang curang.”(Al- Muthaffifin:1)

Hal itu sebagaimana banyak dilakukan pemilik usaha terhadap para pekerja yang datang dari daerah. Di awal perjanjian, mereka sepakat terhadap upah tertentu. Tetapi, jika si pekerja telah terikat dengan kontrak dan memulai pekerjaannya, pemilik usaha mengubah secara sepihak isi perjanjian lalu mengurangi dan memotong upah pekerjanya dengan berbagai dalih.

Si pekerja tentu tidak bisa berbuat banyak dengan posisinya yang serba sulit, antara kehilangan pekerjaan dan upah di bawah batas minimum. Bahkan terkadang si pekerja tak mampu membuktikan hak yang mesti ia terima, akhirnya si pekerja hanya bisa mengadukan halnya kepada Allah Ta’ala.

Jika pemilik usaha yang zhalim itu seorang muslim sedang pekerjanya seorang kafir, maka kezhaliman yang dilakukannya termasuk bentuk menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah, sehingga dialah yang menanggung dosa orang tersebut.

3. Memberi pekerjaan atau menambah waktu kerja (lembur), tetapi hanya memberikan gaji pokok dan tidak memperhitungkan pekerjaan tambahan atau waktu lembur.

4. Mengulurulur pembayaran gaji, sehingga tidak memberikan gaji kecuali setelah melalui usaha keras pekerja, baik berupa pengaduan, tagihan hingga usaha lewat pengadilan.

Mungkin maksud pengusaha menunda-nunda pemberian gaji agar si pekerja bosan, lalu meninggalkan haknya dan tidak lagi menuntut. Atau selama tenggang waktu tertentu, ia ingin menggunakan uang pekerja untuk suatu usaha. Dan tak mustahil ada yang membungakan uang tersebut, sedang pada saat yang sama,

para pengusaha penuh dengan uang yang diribakan itu sementara para pekerja merana tak mendapatkan apa yang dimakan sehari-hari, juga tak bisa mengirim nafkah kepada keluarga dan anak-anaknya yang sangat membutuhkan, padahal demi merekalah para pekerja itu membanting tulang jauh dari negeri orang.

Sungguh celakalah orang-orang yang zhalim itu. Kelak pada Hari Kiamat, mereka akan mendapat siksa yang pedih dari Allah. Dalam sebuah riwayat dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu disebutkan, bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,

قَالَ اللهُ تَعَالَى: ثَلاَثَةٌ أَناَ خَصمُهُم يَومَ الْقِيَامَةِ، رَجُلٌ أَعْطَى بِي ثُمَّ غَدَرَ، وَرَجُلٌ بَاعَ حُراًّ وَأَكَلَ ثَمَنَهُ، وَرَجُلٌ اسْتَأْجَرَ أَجِيراً فَاسْتَوْفَى مِنْهُ وَلَمْ يُعْطِهِ أَجْرَهُ

“Allah Ta’ala berfirman, “Tiga jenis (manusia) yang Aku menjadi musuhnya kelak pada Hari Kiamat; Laki-laki yang memberi dengan namaKu lalu berkhianat, laki-laki yang menjual orang yang merdeka (bukan budak)

lalu memakan harga uang hasil penjualannya dan laki-laki yang mempekerjakan pekerja, yang mana ia memenuhi pekerjaannya, tetapi ia tidak memberikan upahnya.”( Hadits riwayat Al-Bukhari, lihat Fathul Bari, 4/447.)

Wanita di Bawah Naungan Islam : Cacat yang Mengharuskan Cerai

15 Ramadhan 1431 H
Oleh: Said Abdul Aziz al-Jandul

Dasar yang dirasakan oleh masing-masing suami istri setelah akad nikah selesai adalah kepercayaan masing-masing akan kebebasan penghidupnya dari cacat seksual atau cacat yang menjijikan atau yang dapat menular.

Maka apabila salah satu dari keduanya menemukan cacat yang memungkinkan kebahagiaan hidup berumah tangga tidak akan tercapai, maka masing-masing boleh meminta agar dipisah, karena kalau tidak dipisah maka akan banyak madarrat dan tidak akan ada keharmonisan.

Akan tetapi jika pemisahan itu terjadi sebelum terjadi hubungan senggama maka tidak ada mahar bagi istri, apakah pemisahan itu dari pihak suami ataupun dari pihak istri.

Sebab, jika pemisahan (fasakh) itu dari pihak istri, maka hak maharnya gugur. Dan jika pemisahan datang dari pihak suami, maka hal itu disebabkan cacat yang disembunyikan oleh istri terhadap suaminya, maka ia tidak berhak mendapatkan mahar sedikit pun. Namun jika pemisahan dilakukan sesudah terjadi hubungan senggama, maka dia berhak mendapat mahar, dan pemisahan dilakukan oleh hakim (pengadilan).

Wanita di Bawah Naungan Islam : Talak Tiga Dengan Satu Lafazh

15 Ramadhan 1431 H
Oleh: Said Abdul Aziz al-Jandul

Masalah talak tiga dengan satu lafazh, apakah jatuh menjadi talak satu atau menjadi talak tiga, adalah masih merupakan masalah yang diperselisihkan di kalangan para ulama. Di antara mereka ada yang berpendapat bahwa kalau seorang suami berkata kepada istrinya: “Kamu saya cerai” (3x), maka jatuh talak tiga.

Dengan demikian, istri menjadi tercerai dengan bainunah kubra dan sang suami tidak boleh merujukinya kecuali kalau mantan istri itu telah menikah dengan lelaki lain secara sah, kemudian ia menceraikannya.

Dalil mereka adalah pendapat Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu yang ketika itu banyak orang yang mempergampang masalah talak. Maka beliau perpendapat seperti itu sebagai hukuman bagi mereka agar mereka berhenti melakukannya. Beliau berpendapat bahwa ungkapan talak tiga apabila terjadi dalam satu lafazh maka talak itu menjadi talak tiga.

Di antara mereka ada pula yang berpendapat bahwasanya talak tiga dalam satu kata dianggap sebagai talak satu saja, maka sang suami boleh merujuk kembali istrinya. Lalu apabila sang suami mengulangi ucapan talak tiga dengan satu lafazh, maka hukumnya sama sebagaimana talak satu.

Kemudian apabila terjadi lagi untuk yang ketiga kalinya melakukan talak tiga dengan satu lafazh, maka sang istri menjadi tercerai secara bainunah kubra.

Dan kalau sang suami dalam satu saat mengatakan: Kamu tertalak tiga, kamu tertalak tiga, kamu tertalak tiga, maka sang istri menjadi tertalak bain.

Dalil mereka adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan lainnya yang menyatakan bahwa talak tiga dengan satu lafazh pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan pada masa Khilafah Abu bakar radhiyallahu ‘anhu, serta pada awal pemerintahan Umar radhiyallahu ‘anhu tidak dihitung kecuali talak satu.

Pendapat ini lebih kuat dan dipegang oleh Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim dan lain-lainnya. Pendapat ini diperkuat oleh dalil.

Wanita di Bawah Naungan Islam : Redaksi Ucapan Talak

15 Ramadhan 1431 H
Oleh: Said Abdul Aziz al-Jandul

Lafazh atau kata talaq (cerai) di dalam Kitab Suci al-Qur’an terdapat di dalam banyak ayatnya, di antaranya adalah firman Allah:

الطَّلَاقُ مَرَّتَانِ‏

“Talak (yang dapat dirujuki) itu dua kali.” (Al-Baqarah: 229). Dan firman-Nya:

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِذَا طَلَّقْتُمُ النِّسَاءَ فَطَلِّقُوهُنَّ لِعِدَّتِهِنَّ

“Wahai Nabi, apabila kamu mentalak istri-istrimu, maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya.” (Ath-Thalaq: 1).

Pada hakikatnya terjadinya perceraian itu tidak hanya terbatas pada kata talak saja. Maka dari itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda kepada Putri Al-Jun, “Pergilah kamu ke keluarga kamu”. Maka apabila seorang suami mengatakan kepada istrinya dengan niat talak:

“Talimu ada pada dirimu” atau “Keputusan ada di tanganmu” atau “Silahkan anda menikah dengan siapa yang kau suka” atau “Engkau bagiku bukan seorang perempuan” dan ungkapan-ungkapan lainnya yang bermakna talak, sebab yang dijadikan pegangan adalah niatnya. Dan niat merupakan masalah pokok di dalam amal seorang muslim.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda, “Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya seseorang itu akan mendapat pahala sesuai niatnya.”

Refleksi Ramadhan : Hari Raya

15 Ramadhan 1431 H
Oleh: Syaikh

RENUNGAN KE-24

‘Ied adalah nama untuk semua hal yang biasa/sering dilakukan, dan ia merupakan syi’ar (simbol) semua umat, ahlu kitab, paganisme, dan yang lainnya; karena hari raya memiliki ikatan yang kuat dengan fitrah dan pembawaan serta tabi’at manusia. Semua orang menyukai adanya momentum khusus untuk mengenang masa lalunya.

Hari raya orang kafir erat kaitannya dengan urusan dunia misalnya hari jadi suatu negara atau runtuhnya, hari pengangkatan jabatan, hari pernikahan, atau momentum musim, seperti musim semi atau yang lainnya.

Orang Yahudi memiliki hari raya begitupun umat Nashrani, misalnya hari kelahiran Isa ‘alaihis salam, hari diturunkannya hidangan kepada Isa ‘alaihis salam, akan tetapi dewasa ini mereka berselisih paham tentang hal itu baik di negara Eropa atau di Amerika atau yang lainnya, dan yang memprihatinkan sebagian umat Islam ada yang mengikuti acara mereka disebabkan kebodohan atau kenifaqannya.

Orang Majusi memiliki hari raya khusus seperti hari raya Mahrojan dan hari raya Nairuz dan yang lainnya, begitu juga orang-orang Syi’ah, seperti hari raya Ghadir, menurut mereka di situlah Nabi shallallahu ‘alaihui wasallam membai’at Ali radhiallahu ‘anhu sebagai khalifah, serta imam yang dua belas, orang-orang Syi’ah dalam hari raya seperti ini memiliki kitab khusus, salah satunya kitab “Yaumul Ghadir” sebanyak sepuluh jilid.

Adapun umat Islam tidak memiliki hari raya kecuali dua saja yaitu ‘Iedul Fitri dan ‘Iedul Adha, sebagaimana diriwayatkan dalam Sunan Abu Daud dan An-Nasa’i dengan sanad yang shahih. Anas radhiallahu ‘anhu berkata,

“Sesungguhnya ketika Nabi shallallahu ‘alaihui wasallam tiba di Madinah, beliau mendapatkan orang-orang sedang merayakan dua hari raya seraya berkata, ‘Kamu berpesta pada dua hari ini, padahal Allah telah menggantikannya dengan yang lebih baik dari itu, yaitu ‘Iedul Fitri dan ‘Iedul Adha.” (HR. Abu Daud dan An-Nasa’i).

Penya’ir berkata:

Dua hari raya tidak ada ketiganya
Bagi yang mendambakan keselamatan akhiratnya
‘Iedul Fitri dan ‘Iedul Adha
Selebihnya adalah penyimpangan dari ajaran muhammad.

Hal tersebut disampaikan kepada seseorang yang berpendapat adanya hari raya yang ketiga yaitu maulid Nabi shallallahu ‘alaihui wasallam sebagaimana dalam sya’irnya:

Bagi orang Islam ada tiga hari raya
‘Iedul Fitri, ‘Iedul Adha, dan maulid Nabi.
Manakala hari raya selesai
Kebahagiaan mereka tiada berakhir
Dikarenakan kecintaannya kepada Muhammad.

Dua hari raya inilah yang Allah syari’atkan kepada umat Islam, dia adalah salah satu syiar Islam yang harus dihidupkan, dan harus diketahui hikmah dan tujuannya serta dapat dirasakan maknanya.

Beberapa Hukum yang Berkaitan Dengan Hari Raya

Pertama: Dilarang berpuasa

Abu Sa’id radhiallahu ‘anhu berkata, “Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihui wasallam melarang saum pada dua hari, yaitu hari ‘Iedul Fitri dan ‘Iedul Adha.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Kedua: Disunnahkan keluar rumah dan menunaikan shalat (‘Ied) bagi kaum laki-laki dan kaum perempuan, sebagaimana dikatakan Ummu ‘Athiyyah radhiallahu ‘anha, “Rasulullah shallallahu ‘alaihui wasallam pada hari raya ‘Iedul Fitri dan ‘Iedul Adha menyuruh kami membawa anak perempuan yang baru baligh,

perempuan yang haid dan gadis-gadis pingitan (ke tempat shalat hari raya) adapun perempuan yang haid hendaknya tidak mengerjakan shalat, akan tetapi ia harus menyaksikan kebaikan dan (mendengarkan) nasihat kaum muslim.” (HR. Al-Bukhari Muslim).

Maka seandainya mereka saja diperintah untuk keluar dan menunaikan shalat ‘Ied apalagi kaum laki-laki, para pemuda, dan orang tua tidak dipungkiri lagi keharusannya, bahkan sebagian ulama berpendapat mereka wajib keluar dan shalat berdasarkan hadits di atas dan firman Allah Ta’ala, “Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Rabbnya, lalu dia shalat.” (Al-A’la: 14-15).

Mereka berkata yang dimaksud dengan ayat ini adalah shalat ‘Ied.

Ketiga: Shalat ‘Ied dilakukan sebelum khutbah.

Ibnu Umar, Abu Sa’id dan Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata, “Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihui wasallam melaksanakan shalat ‘Ied sebelum khutbah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Keempat: Disunnahkan bagi imam untuk bertakbir dengan tujuh kali takbir pada raka’at pertama, dan lima kali takbir pada raka’at kedua, sebagaimana telah diriwayatkan dari para sahabat dan tabi’in, seperti Umar, Utsman, Abu Hurairah, Ibnu Abbas, Abu Sa’id Al-Khudri, Abu Ayyub Al-Anshari, Zaid bin Tsabit, dan yang lainnya.

Hal itu terdapat dalam beberapa hadits melalui Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, dan melalui Katsir bin Abdullah Al-Muzani dari Amr bin Auf, akan tetapi semuanya hadits mauquf (sampai kepada sahabat saja) bukan hadits marfu’ (sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam).

Boleh juga imam bertakbir dengan empat kali takbir pada raka’at pertama, dan empat kali takbir pada raka’at kedua, karena telah diriwayatkan dari sebagian Salaf seperti Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu dan Al-Faryabi serta yang lainnya, dan inilah pendapat madzhab Abu Hanifah.

Kelima: Disunnahkan bagi imam untuk membaca surat Qaf dan surat Iqtarabtis Sa’ah (Al-Qamar) sebagaimana dalam Shahih Muslim: “Sesungguhnya Umar radhiallahu ‘anhu bertanya kepada Abu Waqid Al-Laitsi, ‘Surat apa yang dibaca Nabi shallallahu ‘alaihui wasallam pada shalat ‘Iedul Adha dan shalat ‘Iedul Fitri?’ Dia menjawab, ‘Beliau membaca surat ‘Qaf wal qur'anil majid’ dan surat ‘Iqtarabatis sa’ah wansyaqqatil qamar.” (HR. Muslim).

Akan tetapi riwayat yang paling banyak adalah riwayat bahwa Nabi shallallahu ‘alaihui wasallam membaca dalam shalat ‘Iednya surat Al-A’la dan surat Al-Ghasiyah seperti halnya dalam shalat Jum’at (HR. Muslim dan At-Tirmidzi).

Keenam: Tidak ada shalat sunnah sebelum shalat ‘Ied atau sesudahnya. Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata, “Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihui wasallam keluar pada hari ‘Ied kemudian shalat dua raka’at (shalat ‘Ied) dan tidak melaksanakan shalat (sunnah) sebelum atau setelahnya.” (HR. Al-Bukhari, Muslim dan At-Tirmidzi).

Kecuali kalau shalat ‘Ied dilakukan di masjid, maka tidak apa-apa bahkan dianjurkan untuk melakukan shalat tahiyatul masjid.

Adab-Adab Hari Raya

Mandi sebelum melakukan shalat ‘Ied.

Dikatakan dalam kitab Al-Muwattha’ dan yang lainnya, bahwa Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma mandi pada hari ‘Iedul Fitri sebelum pergi ke lapangan. Dan diriwayatkan juga dari As-Saib bin Yazid serta Sa’id bin Zubair radhiallahu ‘anhum katanya, “Sunnah ‘Ied itu ada tiga: jalan kaki, mandi, dan makan sebelum pergi ke tempat shalat.” Pernyataan di atas adalah perkataan Said bin Zubair, barangkali dia mengutip dari sebagian sahabat.

Imam Nawawi mengatakan bahwa para ulama sepakat disunnahkannya mandi sebelum ‘Ied.

Jadi makna yang menyebabkan disunnahkan mandi baik untuk shalat Jum’at atau perkumpulan-perkumpulan umum lainnya telah terdapat dalam ‘Ied bahkan lebih tampak jelas.

Disunnahkan makan beberapa butir kurma sebelum pergi ke tempat shalat.

Anas radhiallahu ‘anhu berkata, “Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihui wasallam tidak pergi pada hari ‘Iedul Fitri (untuk shalat ‘Ied) sehingga makan dulu beberapa butir kurma.” (HR. Al-Bukhari).

Disunnahkannya makan sebelum shalat ‘Ied karena pada hari itu ada larangan keras untuk berpuasa, adapun dalam ‘Iedul Adha disunnahkan untuk tidak makan dulu kecuali setelah shalat ‘Ied.

Bertakbir pada hari ‘Ied.

Allah Ta’ala berfirman, “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya, dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (Al-Baqarah: 185).

Ibnu Umar telah meriwayatkan dalam beberapa hadits dengan sanad yang shahih yang dikeluarkan oleh Imam Al-Baihaqi dan Ibnu Abi Syaibah sebagai berikut, “Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihui wasallam bertakbir apabila keluar dari rumahnya menuju lapangan.”

Telah masyhur di kalangan Salaf bahwa bertakbir dimulai ketika keluar rumahnya menuju lapangan sampai khatib naik mimbar, begitu juga menurut para ulama seperti Abu Syaibah, Abdur Razzaq dan Al-Faryabi dalam kitabnya “Ahkamul ‘Iedain”. Nafi’ bin Zubair merasa heran ketika ia bertakbir sementara orang-orang tidak, seraya bertanya, “Kenapa kalian tidak bertakbir?” Padahal Muhammad bin Syihab Az-Zuhri pernah mengatakan, “Orang-orang (pada waktu itu) bertakbir sejak keluar dari rumahnya masing-masing sampai khatib datang.”

Kesimpulannya, seseorang dianjurkan untuk bertakbir pada saat keluar dari rumahnya sehingga imam atau khatib datang.

Dianjurkan untuk saling bertahniah (ucapan selamat) dengan ungkapan apa saja selama dibolehkan misalnya,

تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ.

“Semoga Allah menerima amal ibadah kita semua.”

Tahniah di kalangan para sahabat adalah hal yang biasa, para ulama pun membolehkannya seperti Imam Ahmad dan yang lainnya, dan tidak sedikit dalil yang menunjukkan disyari’atkannya tahniah untuk momentum tertentu, seperti apa yang dilakukan sahabat ketika mendapatkan sesuatu yang menyenangkan, kemudian mereka saling bertahniah misalnya ketika Allah menerima taubatnya seseorang, kemudian meng-ucapkan selamat kepadanya dan yang lainnya.

Sebenarnya atsar atau riwayat dari para sahabat mengenai tahniah banyak sekali, yang jelas bahwa ucapan selamat yang dilakukan orang-orang pada hari raya adalah boleh, bahkan tidak diragukan lagi tahniah adalah bagian dari prilaku yang baik dan merupakan gejala yang baik yang terjadi pada sebuah masyarakat muslim.

Paling tidak, seseorang membalas tahniah orang lain yang disampaikan kepadanya, dan diam bila tidak mendapatkannya, sebagaimana dikatakan Imam Ahmad rahimahullah, “Jika ada seseorang yang menyampaikan tahniah kepadaku aku akan membalasnya, jika tidak ada aku memilih diam.”

Dianjurkan mengenakan pakaian yang terindah.

Imam Al-Bukhari meriwayatkan bahwa Abdullah bin Umar berkata, “Umar pernah membeli baju besar terbuat dari sutra yang dijual di pasar, lalu membawanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihui wasallam sambil berkata, ‘Ya Rasulullah, belilah baju besar ini untuk memperindah diri di hari raya dan untuk menyambut tamu-tamu utusan!’ Rasulullah berkata,

إِنَّمَا هَذِهِ لِبَاسُ مَنْ لَا خَلَاقَ لَهُ.

“Baju ini hanya untuk orang yang tidak memiliki bagian du akhirat (orang kafir).” (HR. Al-Bukhari).

Hadits tersebut menunjukkan bahwa memperindah diri pada hari raya adalah sesuatu yang biasa dilakukan oleh para sahabat, dan Nabi shallallahu ‘alaihui wasallam telah memberikan taqrir (ketetapan) terhadap Umar, adapun teguran beliau terhadap Umar dikarenakan membeli baju besar yang terbuat dari sutra.

Jabir radhiallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihui wasallam senantiasa memakai jubah (baju besar) pada dua hari raya dan hari Jum’at.” (HR. Ibnu Khuzaimah).

Al-Baihaqi meriwayatkan dengan sanad yang shahih bahwasannya Ibnu Umar senantiasa mengenakan pakaian yang terindah di hari raya. Dengan demikian hendaknya seseorang memakai baju yang terbagus manakala keluar pada hari raya.

Adapun bagi kaum wanita diharuskan untuk menghin-darkan diri dari berhias manakala keluar, dikarenakan hal itu dilarang. Begitu juga memakai parfum dan bercampur dengan lelaki yang bukan mahramnya, karena ia keluar pada saat itu hanyalah untuk beribadah dan mewujudkan ketaatan kepada-Nya. Pantaskah seorang wanita yang beriman ketika keluar dalam rangka ta’at kepada-Nya, sementara ia melanggar perintah-Nya dengan memakai baju yang sempit, bercorak, pakai parfum dan menarik perhatian orang?

Kekeliruan yang Sering Terulang Dalam ‘Iedul Fitri

Berkenaan dengan “menghidupkan malam ‘Ied”, sebagian orang berkeyakinan bahwa hal tersebut disyariatkan, bahkan menyebarkan hadits dha’if yang berkenaan dengan itu, yaitu “Barangsiapa yang menghidupkan malam ‘Ied, maka hatinya tak akan mati pada hari dimatikannya semua hati”

Hadits di atas diriwayatkan dengan dua sanad, yang satu dha’if yang satu lagi dha’if sekali. Dengan demikian, tidak ada perintah khusus untuk menghidupkan malam ‘Ied. Adapun bagi mereka yang sudah biasa menghidupkan malam di malam-malam sebelumnya, maka tidak apa-apa.

Telah terjadi ikhtilath (bercampur) antara laki-laki dan perempuan di sebagian tempat salat, atau di jalan-jalan serta lainnya. Dan yang lebih memprihatinkan hal itu terjadi di tempat yang suci seperti mesjid, bahkan di Masjidil Haram.

Tidak sedikit kaum wanita –semoga Allah memberi petunjuk– keluar rumah menuju mesjid atau lapangan dengan berdandan, pakai parfum, bercelak, dan sebagainya. Kemudian di mesjid berdesakan, tentu ini fitnah dan sangat mengkhawatirkan.

Karena itu saya nasehati para pemuda untuk tinggal dulu di mesjid apabila selesai salat Subuh –bagi yang shalat Subuh di mesjid– sehingga shalat Ied, dan baru keluar apabila kaum wanita sudah bubar dari shalat’Iednya.

Apa yang dilakukan oleh sebagian orang, mereka berkumpul sembari mendengarkan musik atau melakukan segala bentuk permainan-permainan yang sia-sia dan tak ada gunanya. Hal ini jelas tidak boleh.

Sebagian orang ada yang merasa bahagia dengan datangnya hari raya, karena Ramadhan selesai dan tidak ada puasa lagi di hari esoknya. Ini adalah sebuah kekeliruan Berbeda halnya dengan kebahagiaan yang dirasakan orang mukmin, mereka berbahagia karena dengan taufik Allah dapat menyelesaikan puasanya sebulan penuh. Jadi bukan karena selesainya puasa sebagaimana anggapan sebagian orang.

Refleksi Ramadhan : Lailatul Qadar

15 Ramadhan 1431 H
Oleh: Syaikh

RENUNGAN KE - 23

Aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk, dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,

“Hamim, demi kitab (Al-Qur'an) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan Kamilah yang memberi peringatan, pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah yang mengutus rasul-rasul, sebagai rahmat dari Rabbmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Ad-Dukhan: 1-6).

Al-Qur’anul Karim diturunkan Allah pada suatu malam yang penuh berkah sebagaimana Allah menjelaskannya dalam ayat di atas. Orang-orang Salaf seperti Ibnu Abbas, Qatadah, Said bin Zuber, Ikrimah, Mujahid dan yang lainnya meriwayatkan bahwa yang dimaksud dengan malam yang penuh berkah itu ialah lailatul qadar,

“fiha yufraqu kullu amrin hakim” (pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah) maksudnya pada malam itu semua perkara yang berhubungan dengan kehidupan makhluk seperti hidup, mati, selamat, celaka, untung, rugi, kemarau, kelaparan, dan yang lainnya telah Allah tentukan pada malam itu untuk sepanjang tahunnya.

Dan yang dimaksud dengan ditulis semua takdir pada malam lailatul qadar ialah –wallahu a’lam– dipindahkannya dari Lauhil Mahfuzh Ibnu Abbas berkata, “Sesungguhnya seseorang diperlihatkan sedang menghamparkan permadani, bercocok tanam, padahal ia berada di ambang pintu kematian.” Yakni Allah mencatatnya hal tersebut pada malam lailatul qadar.

Dan menurut pendapat lain tentang segala perkara yang berhubungan dengan makhluk itu ialah Allah menjelaskannya pada malam itu kepada para malaikat. Allah Ta’ala berfirman secara khusus dalam surat Al-Qadr mengenai malam yang agung ini,

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (Al-Qadr: 1-5).

Allah menamainya Lailatul Qadar dikarenakan besar kemuliaannya, agung kedudukannya di sisi Allah Ta’ala dan pada malam tersebut diampuni semua dosa serta ditutupi dari segala ‘aib, maka jadilah malam itu malam pengampunan, sebagai-mana dikatakan dalam Shahihain dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu Rasulullah shallallahu ‘alaihui wasallam bersabda,

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.

“Siapa yang shalat malam pada lailatul qadar karena iman dan mengharap (pahala) Allah, niscaya akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Dan menurut pendapat lain dinamai Lailatul Qadar karena segala urusan qadha dan qadar makhluk ditentukan dan dicatat pada malam tersebut.

Al-Khalil bin Ahmad berkata, “Dinamai lailatul qadar karena bumi malam itu menjadi sempit dengan turunnya para malaikat,” dan ia berkata Al-Qadar salah satu maknanya ialah membatasi, sebagaimana firman-Nya,

“Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezkinya maka dia berkata, ‘Tuhanku menghinakanku.” (Al-Fajr: 16).

Allah Ta’ala berfirman “wama adraka maa lailatul qadr” (tahukah kamu apa malam Lailatul Qadar itu) ini sebagai penghormatan kepada Lailatul Qadar dan sebagai penjelasaan akan agungnya malam tersebut.

“Lailatul qadri khairun min alfi syahrin” (Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan) yakni lebih baik dari 83 tahun 4 bulan –sebagaimana telah dijelaskan– dan ini merupakan sebuah karunia yang sangat besar tidak ada yang mengetahui kadarnya selain Rabbul Alamin.

Mencari Lailatul Qadar

Mencari Lailatul Qadar disunnahkan pada bulan Ramadhan terutama pada sepuluh hari terakhir pada malam yang ganjil yaitu malam 21, 23, 25, 27, dan malam 29. Nabi shallallahu ‘alaihui wasallam bersabda,

الْتَمِسُوْهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ فِي الْوِتْرِ.

“Carilah lailatul qadar pada sepuluh hari terakhir pada (malam) ganjil” (HR. Al-Bukhari Muslim).

Dan dalam hadits Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihui wasallam bersabda,

الْتَمِسُوْهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي تَاسِعَةٍ تَبْقَى فِي سَابِعَةٍ تَبْقَى فِي خَامِسَةٍ تَبْقَى.

“Carilah dia pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan, Lailatul Qadar (sangat mungkin) ada pada malam kesembilan, malam ketujuh, dan malam kelima.” (HR. Al-Bukhari).

Dengan demikian keberadaan malam Lailatul Qadar di malam ganjil lebih sangat memungkinkan. Dan dalam Shahih Al-Bukhari, Ubadah bin Shamit berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihui wasallam keluar untuk menginformasikan (turunnya) Lailatul Qadar, tiba-tiba dua orang laki-laki muslim bertengkar, maka beliau berkata,

خَرَجْتُ لِأُخْبِرَكُمْ بِلَيْلَةِ الْقَدْرِ فَتَلَاحَى فُلَانٌ وَفُلَانٌ فَرُفِعَتْ وَعَسَى أَنْ يَكُونَ خَيْرًا لَكُمْ فَالْتَمِسُوْهَا فِي التَّاسِعَةِ وَالسَّابِعَةِ وَالْخَامِسَةِ.

‘Aku keluar karena ingin memberitahu kalian (turunnya) Lailatul Qadar, tapi tiba-tiba aku mendapatkan si fulan dan si fulan bertengkar, maka hal itu diangkat lagi (lupa) tetapi mudah-mudahan ada hikmah bagi kalian, maka carilah pada malam sembilan, tujuh, dan lima (dari sepuluh hari terakhir).” (HR. Al-Bukhari).

Hadits tersebut menunjukkan kesudahan yang jelek akibat pertengkaran dan berbantah-bantahan terutama dalam masalah agama, dan menyebabkan diangkatnya kembali kebaikan Allah.

Lailatul Qadar pada malam tujuh hari terakhir itu sangat memungkinkan, dikatakan dalam hadits Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma: “Sesungguhnya beberapa sahabat Nabi shallallahu ‘alaihui wasallam bermimpi melihat Lailatul Qadar pada tujuh hari terakhir”, Rasulullah shallallahu ‘alaihui wasallam berkata,

أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ.

“Aku melihat mimpi kalian telah sepakat bahwa (Lailatul Qadar) jatuh pada malam ketujuh hari terakhir.” (HR. Al-Bukhari).

Dalam hadits lain dikatakan,

لَيْلَةَ الْقَدْرِ لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ.

“Lailatul Qadar (jatuh) pada malam kedua puluh tujuh”. (HR. Ahmad dan Abu Daud).

Dan inilah pendapat kebanyakan para sahabat dan para ulama, sehingga Uba’i bin Ka’ab radhiallahu ‘anhu sempat bersumpah bahwa Lailatul Qadar itu jatuh pada malam kedua puluh tujuh dan begitu juga Ibnu Abbas punya pendapat yang sama dengan Uba’i bin Ka’ab radhiallahu ‘anhu dan beliau beristimbat dari berbagai sisi yaitu:

Umar radhiallahu ‘anhu mengumpulkan para sahabatnya termasuk Ibnu Abbas –pada waktu itu beliau masih kecil– mereka bertanya, “Kenapa anda kumpulkan dia bersama kami, dia kan masih kanak-kanak?” Jawab Umar,

“Dia adalah anak muda yang memiliki hati yang bersih dan otak yang cerdas serta memiliki lisan yang senantiasa ingin tahu.” Kemudian Umar bertanya kepada para sahabat tentang Lailatul Qadar, maka mereka sepakat bahwa malam tersebut jatuh pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan, lalu Umar bertanya kepada Ibnu Abbas dan ia menjawab, “Pada malam kedua puluh tujuh.” “Kenapa?” Umar bertanya lagi.

Jawabnya, “Karena Allah menciptakan langit tujuh begitu juga bumi, Allah menjadikan hari ada tujuh, menciptakan manusia dari tujuh unsur, tawaf tujuh kali, sa’i tujuh kali, begitu juga melempar jumrah tujuh kali.”

Istimbat lain yang dapat memperkuat pendapat Lailatul Qadar jatuh pada malam kedua puluh tujuh adalah kalimat fiha dari firman-Nya “Tanazzalul malaikatu warruhu fiha” yaitu kalimat yang kedua puluh tujuh dari surat Al-Qadr.

Ada sebagian para ulama berargumentasi dengan cara matematika, Lailatul Qadar itu ada sembilan huruf dan Allah Ta’ala menyebutnya dalam surat Al-Qadar tiga kali, jadi 9 X 3 = 27 (dua puluh tujuh).

Dalil ini bukan dalil syar’i kita tidak terlalu butuh dengan dalil perhitungan seperti ini, sebenarnya sudah cukup bagi kita dengan dalil syar’i.

Dalil lain yang dapat memperkuat pendapat ini adalah mimpi beliau shallallahu ‘alaihui wasallam pada malam tersebut, dan pada pagi harinya beliau diperlihatkan sujud dalam keadaan basah dengan air campur tanah. Tetapi jatuhnya

Lailatul Qadar pada malam dua puluh tujuh itu dilihat dari sisi keseringannya –wallahu a’lam– bukan selamanya, bisa jadi pada suatu saat jatuh pada malam kedua puluh satu, sebagaimana dalam hadits Abu Sa’id yang telah disebutkan di muka, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihui wasallam sujud di waktu Subuh hari kedua puluh satu dalam keadaan basah dengan air campur tanah.

Hal lain yang ada kaitannya dengan Lailatul Qadar adalah disunnahkan untuk memperbanyak doa, terutama doa yang telah diajarkan kepada Aisyah radhiallahu ‘anha ketika dia bertanya, “Ya Rasulullah, apa yang harus aku katakan kalau aku menda-patkan Lailatul Qadar? Beliau menjawab, ‘Katakanlah:

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي.

“Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, Engkau mencintai pengampunan, maka ampunilah aku.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Tanda-Tanda Lailatul Qadar

Pertama: Hadits Uba’i bin Ka’ab radhiallahu ‘anhu: “Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihui wasallam mengkhabarkan bahwa dari tanda-tanda Lailatul Qadar apabila matahari terbit di pagi harinya tidak bersinar.” (HR. Muslim).

Kedua: Hadits Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma Nabi shallallahu ‘alaihui wasallam bersabda,

لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةٌ طَلْقَةٌ لاَ حَارَةَ وَلاَ بَارِدَةَ تُصْبِحُ الشَّمْسُ يَوْمَهَا حَمْرَاءَ ضَعِيْفَةً.

“Lailatul Qadar adalah malam yang cerah, tidak terasa panas dan tidak juga dingin, matahari di siang harinya kemerah-merahan dan tidak panas.” (HR. Ibnu Majah, At-Thayalisi, sanadnya shahih).

لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةٌ بَلْجَةٌ لاَ حَارَةَ وَلاَ بَارِدَةَ، لاَ يُرْمَى فِيْهَا بِنَجْمٍ.

“Lailatul Qadar adalah malam yang cerah, tidak terasa panas dan tidak juga dingin, dan malam itu gugusan bintang tidak digunakan untuk melempar (syetan).” (HR. At-Thabrani dan Ahmad, dengan sanad hasan).

Demikianlah tiga hadits yang dapat menjelaskan tanda-tanda turunnya Lailatul Qadar, dan masih ada lagi hadits lain dengan sanad yang shahih diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Ubadah bin Shamit radhiallahu ‘anhu, kendatipun masih dikhawatirkan ke-munqhati’-annya (terputus sanadnya) akan tetapi ada syahid dan diperkuat oleh hadits-hadits yang telah disebutkan tadi, hadits tersebut adalah,

أَنَّهَا لَيْلَةٌ صَافِيَةٌ بَلْجَةٌ كَأَنَّ فِيهَا قَمَرًا سَاطِعًا وَهِيَ لَيْلَةٌ سَاكِنَةٌ سَاجِيَةٌ لَا بَرْدَ فِيهَا وَلَا حَرَّ وَلَا يَحِلُّ لِكَوْكَبٍ أَنْ يُرْمَى بِهِ فِيهَا والشَّمْسُ صَبِيحَتَهَا تَخْرُجُ مُسْتَوِيَةً لَيْسَ لَهَا شُعَاعٌ مِثْلَ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ وَلَا يَحِلُّ لِلشَّيْطَانِ أَنْ يَخْرُجَ مَعَهَا يَوْمَئِذٍ.

“Sesungguhnya pada malam itu malam kelihatan cerah, terang, seakan-akan disinari dengan bulan, dialah malam yang tenang, cerah tidak ada awan, tidak terasa panas dan tidak juga dingin, dan gugusan bintang tidak digunakan untuk melempar (syetan), matahari terbit di pagi harinya sederhana tidak memiliki sinar yang kuat, laksana bulan purnama, dan syetan pun pada pagi hari itu tidak ada kesempatan untuk keluar bersama matahari.” (HR. Ahmad).

Hadits tersebut –sebagaimana disebutkan tadi– dikhawatirkan hadits munqhati’, dikarenakan Khalid bin Ma’dan tidak mendengar dari Ubadah bin Shamit, meskipun demikian tidak apa-apa karena ada syahid lain.

Sebagian para ulama menyebutkan tanda-tanda lain yang sama sekali tidak ada sumbernya, saya sebutkan di sini hanya sebagai penjelasan akan ketidakshahihannya tanda-tanda tersebut.

Ath-Thabari menyebutkan perkataan suatu kaum, “Tanda-tandanya adalah pohon-pohon pada merunduk hingga ketanah kemudian kembali lagi pada asalnya”, tanda ini tidak benar.

Sebagiannya lagi berkata, “Pada malam itu rasa air berubah yang tadinya asin menjadi manis”, ini juga tidak benar. Sebagiannya lagi berkata, “Pada malam itu ada cahaya di setiap tempat sehingga di tempat yang sangat gelap dan terdengar dari tempat tersebut ucapan salam”,

ini juga tidak benar kecuali apabila khusus ditunjukkan kepada sebagian orang yang Allah telah memilih mereka untuk mendapatkan cahaya dan salam dari para malaikat sebagai karomah, adapun ditunjukkan untuk umum, maka itu tidak benar karena bertentangan dengan syar’i, perasaan, dan kenyataan di lapangan.

Terakhir saya akhiri pembicaraan mengenai Lailatul Qadar ini dengan dua hal sebagai berikut:

Pertama: Seyogyanya orang yang mendapatkan Lailatul Qadar tidak memberitahu orang lain bahwa dirinya telah mendapatkannya, karena yang perlu diperhatikan adalah kesungguh-sungguhan dan keikhlasan baik ia mengetahuinya atau tidak, bisa jadi orang yang tidak mendapatkannya tetapi mereka sempat mencarinya dengan sungguh-sungguh, khusu’, berdoa, menangis dalam beribadah,

lebih baik di sisi Allah serta lebih besar pahala dan derajatnya daripada orang yang mengetahuinya.

Kedua: Menurut pendapat yang kuat, bahwa Lailatul Qadar tidak dikhususkan untuk umat tertentu, tetapi untuk semua umat, yang telah lalu dan yang sekarang. Imam An-Nasa’i meriwayatkan dari Abu Dzar radhiallahu ‘anhu: “Dia bertanya, ‘Ya Rasulullah, apakah Lailatul Qadar itu hanya pada zaman para nabi saja, bila mereka meninggal selesailah malam tersebut?’ Nabi shallallahu ‘alaihui wasallam menjawab,

كَلاَّ، بَلْ هِيَ بَاقِيَةٌ.

“Tidak, bahkan Lailatul Qadar akan terus turun.” (HR. An-Nasa’i).

Hadits tersebut lebih shahih daripada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik dalam kitabnya “Al-Muwattha” –sebagaimana yang telah disebutkan– bahwa telah diperlihatkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihui wasallam usia semua umatnya, seakan-akan ia meng-anggapnya sangat pendek, maka diberilah Lailatul Qadar di mana dia lebih baik dari seribu bulan.

Karena hadits tersebut shahih maka hadits itu membutuhkan ta’wil. Adapun hadits Abu Dzar itu tampak jelas bahwa Lailatul Qadar telah terjadi bersama para nabi, hal itu diperkuat oleh firman Allah, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam Lailatul Qadar.” (Al-Qadar: 1).

Tidak dipungkiri bahwa Al-Qur’an pada hari diturunkannya membawa misi kenabian atas Muhammad shallallahu ‘alaihui wasallam padahal sebelumnya beliau bukan nabi sehingga malam tersebut menjadi malam lailatul qadar baginya.

Kepincangan negara: Nurul Izzah boleh beri pandangan

15 Ramadhan 1431 H

KUALA LUMPUR, 24 Ogos: Nurul Izzah Anwar dan sesiapa sahaja boleh dan wajar memberi pandangan mereka terhadap kepincangan dan kelemahan dasar BN, dalam negeri ataupun di luar negeri.

Justeru, Penyelaras Pakatan Rakyat, Datuk Zaid Ibrahim berkata, Menteri Kabinet yang kanan seperti Menteri Pertahanan, Datuk Seri Ahmad Zahid Hamidi dan Menteri Dalam Negeri,

Datuk Hishammuddin Hussein Onn sepatutnya memberi tumpuan dan masa mengulas dasar negara yang penting seperti Model Ekonomi Baru atau kekerapan insiden perkauman kebelakangan ini, ataupun mengapa begitu ramai peneroka Felda membuat tuntutan Mahkamah terhadap Felda.

Boleh juga, katanya kalau mereka menerang proses perlantikan guru besar di sekolah-sekolah negara ini, sehinggakan yang mengutarakan pendapat jijik perkauman dan fasis pun boleh jadi guru besar; dan tanpa apa apa tindakan diambil terhadap mereka.

“Malangnya, kenyataan yang kita dengar dari kedua-dua menteri kanan ini berkisar menyerang Nurul Izzah Anwar kerana komen dan pendapat beliau mengenai ekonomi negara dan keadaan kapal selam yang kita beli dalam wawancara dengan majalah Indonesia, Tempo,” ujar Zaid di dalam blognya.

Nurul sekarang, katanya sudah menjadi sasaran.

Ini kerana kdua-dua menteri itu berkata Nurul memburuk-burukkan imej dan nama negara.“Malah laporan polis pun dibuat oleh orang orang yang tak ada kerja,” ujarnya.

Dengan lain perkataan, katanya komen dan pendapat Nurul mestilah memuji Kerajaan Barisan Nasional; barulah ia dikatakan memuji negara dan menjaga nama baik negara.

“Bila dia mengkritik dan menyoal Kerajaan BN dan keputusan kerajaan, maka itu bererti Nurul memburukkan nama baik negara.

“Pemikiran dan logik terhad ini yang menjadi punca segala permasalahan. Mereka ini tak tahu membezakan negara dan kerajaan,” katanya lagi.

Sebab itu, ujarnya duit rakyat digunakan sebagai duit BN, institusi awam seperti Suruhanjaya Pilihan Raya Malaysia, Polis Diraja Malaysia juga digunakan oleh mereka seperti hak BN.

“Untuk pengetahuan mereka, negara ini milik rakyat Malaysia tanpa mengira parti politik; tetapi Kerajaan BN ini bukan milik semua rakyat.

“Dasar ekonomi dan pembelian kapal selam dibuat oleh kerajaaan BN; maka sesiapa saja termasuk Nurul boleh mengulas dan mengkritik dasar itu.

“Apa kena mengena dengan maruah negara? Hanya maruah BN yang tercemar dengan kritikan itu,” katanya lagi.

Bagi Zaid, Zahid dan Hishammuddin akan cuba mengelak dari isu-isu itu dengan menggunakan benteng "negara" dan sebagainya, tetapi rakyat tahu bezanya antara negara dan kerajaan BN.

Harakahdaily/-

Bekas MP BN diarah bayar ganti rugi kepada Husam

15 Ramadhan 1431 H
Oleh: Wartawan Kita

KOTA BHARU, 24 Ogos: Bekas anggota parlimen (MP) Tanah Merah, Datuk Ir Shaari Hassan hari ini diarah mahkamah membayar ganti rugi kepada anggota Exco kerajaan negeri, Datuk Husam Musa ekoran kes saman fitnah.

Penyelesaian kes saman fitnah tersebut dicapai di luar mahkamah dan telah direkod Hakim Mahkamah Tinggi Kota Bharu, Ahmad Zaidi Ibrahim.

Kes saman tersebut difail Husam pada 23 Febuari 2008 ekoran Shaari mengeluarkan kenyataan yang dianggap memfitnahnya pada satu ceramah.

Pada ceramah yang diadakan di Masjid Padang Lalang, Tanah Merah pada 25 Disember 2007Shaari menyebut Husam seorang yang hanya bertopengkan PAS.

Selain itu disebut juga anggota Exco terbabit adalah manusia yang terkaya di Kelantan kerana mempunyai wang sebanyak RM30 juta yang mana wang tersebut diberi oleh tauke-tauke balak.

Berikutan fitnah tersebut Husam telah memohon defendan memohon maaf dan menuntut sejumlah ganti rugi dibayar terhadapnya.

Husam ketika bercakap kepada pemberita bagaimana pun enggan menjelaskan jumlah ganti rugi yang perlu dibayar bekas anggota parlimen dari Barisan Nasional (BN) terbabit.

“Cukup sekadar saya katakan jumlah gantinya puas hati bagi pihak saya. Saya berharap kes ini menjadi sebagai satu pengajaran.

“Kita perlu juga menjaga air muka orang lain jangan mengaibkan seseorang di hadapan orang ramai,” katanya di pejabatnya di Kota Darulnaim.

Pada kes tersebut Husam diwakili peguam Hisyam Fauzi, manakala Shaari Azmi Abdullah.

Husam juga memberitahu terdapat lapan lagi kes saman yang dikemukanya terhadap beberapa pihak termasuk dua kes terhadap Utusan Malaysia dan dua (The New Strait Times).

Menurutnya saman terhadap Utusan Malaysia dibuat ekoran penerbitan berita mendakwa beliau meletak jawatan seperti disiar akhbar terbabit pada 21 November 2009.

Harakahdaily/-

MB Selangor kini benar-benar 'datuk'

15 Ramadhan 1431 H

KUALA LUMPUR, 24 Ogos: Menteri Besar Selangor, Datuk Seri Tan Sri Khalid Ibrahim hari ini menjadi 'datuk' yang sebenar apabila mendapat cucu pertamanya.

"Saya sekarang menjadi 'datuk' yang sebenarnya apabila anak perempuan saya selamat melahirkan anak lelaki yang sihat petang ini. Alhamdulillah," tulis Khalid dalam twitternya.

Kenyataan Khalid itu disambut oleh Lim Kit Siang melalui twitternya dengan berkata, "Tahniah dan selamat datang ke kumpulan datuk saya."

Bekas MB Perak, Datuk Sri Nizar Jamaludin menyambutnya dengan berkata,"syukur alhamdulillah YAB Tan Sri atas kelahiran cucu. Moga dua-duanya sihat. Sayapun baru 3 hari sudah dapat cucu kedua, boy."

Harakahdaily/-

Rumah perhentian, lindungi bayi dibuang

15 Ramadhan 1431 H

SHAH ALAM, 24 Ogos: Kerajaan Selangor akan menubuhkan Rumah Perhentian Sementara bagi melindungi bayi yang dibuang dan ditinggalkan oleh ibu bapa atau pihak lain yang tidak bertanggungjawab.

Anak syarikat kerajaan negeri Selangor, Perbadanan Kemajuan Negeri Selangor (PKNS) telah bersetuju untuk menyediakan rumah tersebut sebagai salah satu tanggungjawab sosial kepada masyarakat.

Rumah Perhentian Sementara ini akan dilengkapi dengan pelbagai kemudahan dan peralatan untuk penjagaan bayi dan Kerajaan Negeri berharap rumah ini dapat menolong mengurangkan kejadian bayi-bayi ini ditinggalkan di merata tempat,"

Menteri Besar Tan Sri Dato Seri Abdul Khalid Ibrahim berkata langkah menyediakan rumah ini tidak bermakna Kerajaan Selangor menggalakkan maksiat atau mendorong kepada kes buang bayi sebaliknya sebagai langkah segera untuk menyelamatkan bayi yang ditinggalkan.

"Dengan adanya Rumah Perhentian Sementara ini ia akan dapat menjamin keselamatan bayi ini dan memudahkan tindakan susulan diambil oleh pihak berkuasa," katanya.

Menteri Besar juga berkata Rumah Perhentian Sementara ini akan diuruskan oleh Pertubuhan Kebajikan dan Amal Wanita Selangor (Pekawanis) yang diterajui oleh isteri beliau Puan Sri Salbiah Tunut.

Selain itu, satu talian bebas tol (tol free) akan diwujudkan untuk membolehkan orang ramai mendapatkan nasihat, maklumat dan perkhidmatan yang ditawarkan.

Pelajar-pelajar Kursus Kejururawatan Kolej Universiti Islam Selangor (KUIS) akan membantu Pekawanis menguruskan rumah ini selain kerja sama dengan Jabatan Kebajikan Masyarakat (JKM) dan pertubuhan bukan kerajaan (NGO) yang lain.

Harakahdaily/-

Bapa mangsa letupan mercun direman tiga hari

15 Ramadhan 1431 H

Polis mendapat perintah menahan reman selama tiga hari terhadap Ayub Abd Rahman, 29, bapa kanak-kanak yang terkorban dalam letupan di sebuah rumah tinggal di sini kelmarin, bagi membantu siasatan berhubung kes itu.

Perintah itu dikeluarkan oleh Pendaftar Mahkamah Sesyen Kuala Terengganu, Mohd Erman Che Mat.

Perintah dikeluarkan mengikut Seksyen 117 Kanun Acara Jenayah bagi membantu siasatan di bawah Seksyen 8 Akta Bahan Letupan 1957 yang jika sabit kesalahan boleh dikenakan hukuman penjara sehingga tujuh tahun dan denda tidak lebih RM10,000.

Turut kelihatan berada di kompleks mahkamah isteri kepada suspek Kamariah Sufian, 25.

Suspek berumur 28 tahun itu sebelum itu ditahan ketika menyerah diri di tempat kejadian kira-kira 12.55 tengah hari semalam setelah dinasihati oleh polis dan juga Jawatankuasa Kemajuan dan Keselamatan Kampung.

Dia sebelum itu menghilang diri bersama isterinya sejurus selepas kejadian yang mengorbankan anak tunggal berusia enam tahun itu.

Dalam kejadian 12.30 tengah hari di Kampung Makam Lama, Cabang Tiga, kelmarin, Khairul Arif maut selepas tercampak ke atas pokok setinggi 15 meter akibat letupan itu.

Dia cedera parah di kepala, manakala Mohd Asrizan Muda, 22, dan Mazlan Abdullah, 29, cedera parah dan kini masih dirawat di Hospital Sultanah Nur Zahirah (HNSZ).

Malaysiakini/-

Budak lelaki tiga tahun mati disembelih saudara

15 Ramadhan 1431 H

Seorang kanak-kanak lelaki berusia tiga tahun mati dipercayai disembelih seorang saudara terdekat di sebuah rumah di Kampung Sungai Budor di Kota Bharu hari ini.

Dalam kejadian pada 11.40 pagi tadi, Mohd Adam Muzaffar Muhaimi mati di tempat kejadian manakala lelaki yang menyerangnya cedera di leher dipercayai akibat cuba menyembelih dirinya sendiri.

Menurut datuk mangsa, Nik Hashim Nik Abdullah, 64, beliau menyedari kejadian itu setelah diberitahu oleh anaknya, Nik Suzila, 32 iaitu ibu kepada Adam Muzzaffar.

Nik Hashim, yang ketika itu sedang berehat di rumahnya yang terletak tidak jauh dari rumah mangsa, terus menghubungi polis yang kemudian menahan lelaki itu dan merampas sebilah pisau di tempat kejadian.

Lelaki terbabit berusia dalam lingkungan 33 tahun dipercayai pernah mendapat rawatan mental di Hospital Raja Perempuan Zainab II di Kota Bharu.

Lelaki itu, seorang pengawal keselamatan di sebuah pasar raya di Kota Bharu, dipercayai sudah lama tidak makan ubat bagi rawatan penyakit mentalnya itu.

Adam Muzaffar adalah anak kedua daripada tiga beradik.

Ketika kejadian, adik bongsungnya, Suhaida, 2, ditinggalkan oleh ibunya di rumah Nik Hashim kerana menolong jirannya melapah ayam.

Pemangku Timbalan Ketua Polis Kelantan, ACP Mazlan Lazim yang ke tempat kejadian, berkata kes itu diklasifikasikan sebagai kes bunuh.

Malaysiakini/-

CAP: Haramkan minuman ringan beralkohol

15 Ramadhan 1431 H

Persatuan Pengguna Pulau Pinang (CAP) hari ini menggesa kerajaan mengharamkan sejenis minuman ringan beralkohol yang menggunakan label buah-buahan.

Presidennya SM Mohamed Idris berkata, minuman ringan itu didapati mengandungi alkohol sehingga 5.5 peratus dan ia dijual secara meluas di pasar raya dan kedai 24 jam dan bebas dibeli oleh golongan remaja dan kanak-kanak.

"Minuman itu dijual dalam botol dan tin yang berwarna-warni dengan tujuan untuk menarik perhatian golongan muda terutama kanak-kanak sedangkan kandungan alkohol 5.5 peratus itu adalah tinggi dan tidak wajar dijual kepada kanak-kanak," katanya pada sidang akhbar di Georgetown.

Beliau mendakwa maklumat mengenai kandungan alkohol dalam minuman itu dicetak dengan kecil dan sukar dibaca, membuatkan pengguna menyangka ia adalah minuman ringan berperisa buah-buahan.

"Kerajaan harus memandang serius penjualan minuman itu kerana undang-undang negara dengan jelas menyatakan penjualan minuman alkohol adalah dilarang kepada golongan berumur bawah 18 tahun," katanya.

Idris berkata, CAP menerima banyak aduan ibu bapa yang menyatakan anak mereka mula menggemari minuman ringan beralkohol itu.

Malaysiakini/-