15 Ramadhan 1431 H
Oleh: Syaikh Muhammad bin Shalih al-Munajjid
Sahl bin Hanzhaliyah radhiallahu ‘anhu meriwayatkan, bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ سَأَلَ وَعِنْدَهُ مَا يُغْنِيْهِ فَإِنَّمَا يَسْتَكْثِرُ مِنْ جَمْرِ جَهَنَّمَ، قَالُوْا: وَمَا الْغِنَى الَّذِيْ لاَ تَنْبَغِيْ مَعَهُ الْمَسْأَلَةُ؟ قَالَ: قَدْرُ مَا يُغَدِّيْهِ وَيُعْشِيْهِ.
“Barangsiapa meminta-minta sedang ia dalam keadaan berkecukupan, sungguh orang itu telah memperbanyak (untuk dirinya) bara api Jahannam.” Mereka bertanya, “Apakah (batasan) cukup, sehingga (seseorang) tidak boleh meminta-minta?”
Beliau menjawab, “Yaitu sebatas (cukup untuk) makan pada siang dan malam hari.”( Hadits riwayat Abu Daud, 2/281; Shahihul Jami’ 6280.)
Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ سَأَلَ وَلَهُ مَا يُغْنِيْهِ جَاءَتْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ خَدُوْشًا أَوْ كَدُوْشًا فِيْ وَجْهِهِ.
“Barangsiapa meminta-minta sedang ia dalam berkecukupan, maka pada Hari Kiamat ia akan datang dengan wajah penuh bekas cakaran dan garukan.”( Hadits riwayat Imam Ahmad, I/388; Shahihul Jami’, 6255 (Dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu disebutkan,
“Barangsiapa meminta-minta harta manusia agar dapat mengumpulkan banyak-banyak, sungguh ia telah meminta bara api, maka silakan ia mengurangi atau memperbanyak”, Ibnu Baz).)
Di antara pengemis ada yang berderet di depan pintu masjid. Mereka menghentikan dzikir para hamba Allah yang menuju atau pulang dari masjid dengan ratapan yang dibuat sesedih mungkin.
Sebagian lain memakai modus agak berbeda, membawa dokumen dan berbagai surat palsu disertai blangko isian sumbangan.
Ketika ia menghadapi mangsanya, ia mengarang cerita, sehingga berhasil mengetahui dan memperoleh uang.
Bagi keluarga tertentu, mengemis bahkan telah menjadi satu profesi. Mereka membagi-bagi tugas di antara keluarganya pada beberapa masjid yang ditunjuk. Pada saatnya, mereka berkumpul untuk menghitung penghasilan.
Dan demikianlah, setiap masjid mereka jelajahi. Padahal tak jarang mereka dalam kondisi yang cukup dan mampu. Dan sungguh Allah Maha Mengetahui kondisi mereka, bila mereka mati barulah terlihat warisannya.
Padahal sebetulnya masih banyak orang yang lebih membutuhkan dari para pengemis itu. Mereka orang-orang yang sangat membutuhkan, tetapi orang yang tidak tahu mengira mereka orang-orang mampu. Sebab mereka menahan diri dari meminta-minta, meskipun kebutuhan sangat mendesak.
Oleh: Syaikh Muhammad bin Shalih al-Munajjid
Sahl bin Hanzhaliyah radhiallahu ‘anhu meriwayatkan, bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ سَأَلَ وَعِنْدَهُ مَا يُغْنِيْهِ فَإِنَّمَا يَسْتَكْثِرُ مِنْ جَمْرِ جَهَنَّمَ، قَالُوْا: وَمَا الْغِنَى الَّذِيْ لاَ تَنْبَغِيْ مَعَهُ الْمَسْأَلَةُ؟ قَالَ: قَدْرُ مَا يُغَدِّيْهِ وَيُعْشِيْهِ.
“Barangsiapa meminta-minta sedang ia dalam keadaan berkecukupan, sungguh orang itu telah memperbanyak (untuk dirinya) bara api Jahannam.” Mereka bertanya, “Apakah (batasan) cukup, sehingga (seseorang) tidak boleh meminta-minta?”
Beliau menjawab, “Yaitu sebatas (cukup untuk) makan pada siang dan malam hari.”( Hadits riwayat Abu Daud, 2/281; Shahihul Jami’ 6280.)
Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ سَأَلَ وَلَهُ مَا يُغْنِيْهِ جَاءَتْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ خَدُوْشًا أَوْ كَدُوْشًا فِيْ وَجْهِهِ.
“Barangsiapa meminta-minta sedang ia dalam berkecukupan, maka pada Hari Kiamat ia akan datang dengan wajah penuh bekas cakaran dan garukan.”( Hadits riwayat Imam Ahmad, I/388; Shahihul Jami’, 6255 (Dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu disebutkan,
“Barangsiapa meminta-minta harta manusia agar dapat mengumpulkan banyak-banyak, sungguh ia telah meminta bara api, maka silakan ia mengurangi atau memperbanyak”, Ibnu Baz).)
Di antara pengemis ada yang berderet di depan pintu masjid. Mereka menghentikan dzikir para hamba Allah yang menuju atau pulang dari masjid dengan ratapan yang dibuat sesedih mungkin.
Sebagian lain memakai modus agak berbeda, membawa dokumen dan berbagai surat palsu disertai blangko isian sumbangan.
Ketika ia menghadapi mangsanya, ia mengarang cerita, sehingga berhasil mengetahui dan memperoleh uang.
Bagi keluarga tertentu, mengemis bahkan telah menjadi satu profesi. Mereka membagi-bagi tugas di antara keluarganya pada beberapa masjid yang ditunjuk. Pada saatnya, mereka berkumpul untuk menghitung penghasilan.
Dan demikianlah, setiap masjid mereka jelajahi. Padahal tak jarang mereka dalam kondisi yang cukup dan mampu. Dan sungguh Allah Maha Mengetahui kondisi mereka, bila mereka mati barulah terlihat warisannya.
Padahal sebetulnya masih banyak orang yang lebih membutuhkan dari para pengemis itu. Mereka orang-orang yang sangat membutuhkan, tetapi orang yang tidak tahu mengira mereka orang-orang mampu. Sebab mereka menahan diri dari meminta-minta, meskipun kebutuhan sangat mendesak.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan