28 Oktober 2011
Mahathir Guna Seluruh Usianya Menentang Hukum Allah
Keluarga Beng Hock tuntut tuduhan jenayah ke atas tiga pegawai SPRM
Membazir: Upah orang asing naik imej Najib
Kaum Cina Suka Pemimpin Amanah, Bersih Walaupun Dari Parti Islam.
KWSP lulus pinjaman RM55b tanpa jaminan k'jaan
Baik pulih padang sebab tiket naik
Kelebihan Jumaat penghulu segala hari
Isma: Jadikan nasib Gaddafi pengajaran, jangan abai mandat rakyat
Saintis Akui Cara Tidur Rasulullah Baik Untuk Kesihatan.
Kenapa Umno bercakap calon boleh menang
Saintis berjaya rungkai kod Jerman berusia 300 tahun
Ijtimak Tarbawi terbuka kepada anak muda, muslimat
Perth perkenalkan siling emas gergasi
Selangor urus air lebih terjamin
FBC hadapi kemungkinan muflis
Lima dosa penyebab bencana.
Shahabat Ibnu ’Umar bin al-Khaththab radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menghadap ke arah kami dan bersabda:
" يا معشر المهاجرين خصال خمس إِذَا ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ وَأَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ : لَمْ تَظْهَرْ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا إِلَّا فَشَا فِيهِمْ الطَّاعُونُ وَالْأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلَافِهِمْ الَّذِينَ مَضَوْا. َلَمْ يَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ إِلَّا أُخِذُوا بِالسِّنِينَ وَشِدَّةِ الْمَئُونَةِ وَجَوْرِ السُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ .وَلَمْ يَمْنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ إِلَّا مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنْ السَّمَاءِ وَلَوْلَا الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا .وَلَمْ يَنْقُضُوا عَهْدَ اللَّهِ وَعَهْدَ رَسُولِهِ إِلَّا سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ فَأَخَذُوا بَعْضَ مَا فِي أَيْدِيهِمْ .وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللَّهِ وَيَتَخَيَّرُوا مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَّا جَعَلَ اللَّهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ".
”Wahai sekalian kaum Muhajirin, ada lima hal yang jika kalian terjatuh ke dalamnya –dan aku berlindung kepada Allah supaya kalian tidak menjumpainya- (1)Tidaklah nampak zina di suatu kaum, sehingga dilakukan secara terang-terangan kecuali akan tersebar di tengah-tengah mereka tha’un (wabah) dan penyakit-penyakit yang tidak pernah menjangkiti generasi sebelumnya, (2)Tidaklah mereka mengurangi takaran dan timbangan kecuali akan ditimpa paceklik, susahnya penghidupan dan kezaliman penguasa atas mereka. (3) Tidaklah mereka menahan zakat (tidak membayarnya) kecuali hujan dari langit akan ditahan dari mereka (hujan tidak turun), dan sekiranya bukan karena hewan-hewan, niscaya manusia tidak akan diberi hujan. (4)Tidaklah mereka melanggar perjanjian mereka dengan Allah dan Rasul-Nya, kecuali Allah akan menjadikan musuh mereka (dari kalangan selain mereka; orang kafir) berkuasa atas mereka, lalu musuh tersebut mengambil sebagian apa yang mereka miliki(5) Dan selama pemimpin-pemimpin mereka (kaum muslimin) tidak berhukum dengan Kitabullah (al-Qur’an) dan mengambil yang terbaik dari apa-apa yang diturunkan oleh Allah (syariat Islam), melainkan Allah akan menjadikan permusuhan di antara mereka.” (HR. Ibnu Majah dan Al-Hakim dengan sanad shahih)."
Derajat Hadits
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah (2/1332 no 4019), Abu Nu’aim (8/333), al-Hakim (no. 8623) dan Dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam ash-Shahihah no. 106)
Penjelasan Hadits
Hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang mulia ini disebutkan oleh al-Hafizh al-Munziri rahimahullah dalam kitabnya at-Targhib wa at-Tarhib dalam bab Peringatan dari Mengurangi Takaran dan Timbangan.
Sabda beliau shallallahu 'alaihi wasallam:
يا معشر المهاجرين خمس خصال إذا ابتليتم بهن وأعوذ بالله أن تدركوهن)
Maksudnya ada lima sifat atau perbuatan yang jika kalian terjatuh ke dalamnya, niscaya akan datang azab dan siksaan dari sisi Allah di dunia disebabkan kelima perbuatan tersebut. Kelima hal ini wajib bagi setiap orang untuk menjauhinya. Dan wajib bagi mereka untuk mencermati dan merenungi hadits ini dan hadits-hadits yang lain dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, supaya mereka mengetahui penyakit-penyakit yang ada di ummat ini, supaya mereka tahu kenapa kaum Muslimin sekarang terhina di hadapan orang kafir, kenapa orang kafir bisa menghinakan kaum Muslimin di berbagai tempat?
Maka sebenarnya kesalahannya ada pada diri diri kita sendiri, diri kaum Muslimin sendiri, perhatikan firman Allah Subhanahu wa Ta'alaini:
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا عَنْ كَثِيرٍ [الشورى:30].
”Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).”(QS. Asy-Syuraa: 30)
Jadi karena perbuatan yang dilakukan oleh kedua tangan manusia, Allah Subhanahu wa Ta'ala menimpakan musibah kepada mereka, baik yang dirasakan di dunia maupun di akhirat.
Zina Tersebar dan Dilakukan Secara Terang-Terangan
Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:
(لم تظهر الفاحشة في قوم قط حتى يعلنوا بها إلا فشا فيهم الطاعون والأوجاع التي لم تكن قد مضت في أسلافهم الذين مضوا)
”Tidaklah nampak zina di suatu kaum, sehingga dilakukan secara terang-terangan kecuali akan tersebar di tengah-tengah mereka tha’un (wabah) dan penyakit-penyakit yang tidak pernah menjangkiti generasi sebelumnya.”
Bencana dan musibah ini menimpa manusia, maka jika mereka melakukan kemaksiatan ini maka akan datang musibah yang lain di belakang itu, yaitu musibah-musibah dan penyakit. Musibah ini adalah perbuatan keji (yaitu zina), apabila ia telah nampak di tengah-tengah manusia dan tersebar, maka mereka pantas mendapatkan wabah penyakit yang belum pernah terbesit dalam pikiran mereka dan sama sekali belum pernah mereka lihat sebelumnya.
Maka mereka tidak malu lagi untuk berbuat kemaksiatan, mereka tidak peduli kalau aktivitas haram mereka dilihat orang, dan bahkan sebagian mereka bangga kalau telah melakukan hal tersebut. Kita lihat seorang laki-laki berjalan bersama wanita yang bukan mahramnya, di jalan-jalan, di pantai, mal-mal dan lain-lain. Mereka melakukan apa saja yang mereka suka dari berbagai macam perbuatan maksiat tanpa ada rasa bersalah, dan tidak ada satu pun yang mengingkari dan mencegah perbuatan mereka. Bahkan yang sangat disayangkan pemerintah di sebagian negeri-negeri Islam mendorong dan membuat undang-undang yang membolehkan zina.
Mereka melarang para pemuda untuk menikah dini, mereka memberikan persepsi yang buruk bagi pernikahan dini. Seolah-olah masalah rumah tangga yang ada adalah disebabkan oleh nikah dini, padahal kalau kita lihat orang-orang yang nikah di usia “matang” pun banyak yang mengalami permasalahan rumah tangga. Mereka lebih menganjurkan pacaran walaupun dalam waktu yang lama dari pada menikah. Padahal hal itu adalah salah satu sarana menuju perzinaan, dan juga penyebab tersebarnya penyakit kelamin yang menular. Dan penyakit-penyakit tersebut adalah bentukl teguran Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada manusia agar mereka mengambil pelajaran.
Dan hendaknya kita pun ikut andil dalam mencegah dan menanggulangi tersebarnya perzinaan dan sarana-sarananya, karena musibah-musibah yang ditimbulkan dari perbuatan zina juga bisa menimpa orang yang tidak melakukannya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً [الأنفال:25]
”Dan takutlah kalilan pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja diantara kalian.”(QS. Al-Anfaal: 25)
Maka musibah tidak hanya menimpa pelaku-pelaku zina itu saja, namun ia akan menimpa semuanya, baik pelaku maupun bukan. Wallahu Musta’an.
Mengurangi Takaran dan Timbangan
Sabda beliau shallallohu 'alaihi wasallam:
(ولم ينقص المكيال والميزان إلا أخذوا بالسنين، وشدة المؤنة، وجور السلطان)
”Tidaklah mereka mengurangi takaran dan timbangan kecuali akan ditimpa paceklik, susahnya penghidupan dan kezaliman penguasa atas mereka.
Maksudnya adalah mereka ditimpa kekeringan dan paceklik, yaitu Allah Subhanahu wa Ta'ala menahan hujan dari mereka (Dia tidak menurunkan hujan untuk mereka), dan jika bumi menumbuhkan tumbuh-tumbuhan maka Allah akan mengirimkan musibah kepada mereka berupa serangga, ulat dan hama penyakit lain yang merusak tanaman. Dan jika tanaman itu berbuah maka buahnya tidak ada rasa manis dan segar. Betapa banyak petani yang melakukan kecurangan mendapati buah-buahannya tidak memiliki rasa.
Dan disebutkan di dalamnya hadits dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma, ia berkata:
لما قدم النبي صلى الله عليه وسلم المدينة كانوا من أخبث الناس كيلاً
”Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam datang ke Madinah, mereka (penduduk Madinah) adalah termasuk orang yang paling curang dalam takaran.”
Maksudnya, penduduk Madinah dan kaum Anshar radhiyallahu 'anhum sebelum datangnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ke Madinah, dahulu mereka sudah terbiasa dengan bertansaksi dalam jual beli. Dan mereka adalah manusia yang paling curang dalam takaran, atau termasuk di antara manusia yang paling curang dalam takaran. Yakni, mereka curang dalam masalah takaran dan timbangan, dan mereka menguranginya dalam masalah itu. Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tiba di Madinah, Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan beberapa ayat al-Qur’an. Dan di antara ayat yang turun adalah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
وَيْلُُ لِلْمُطَفِّفِينَ {1} الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ {2} وَإِذَا كَالُوهُمْ أَو وَّزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ {3}
”Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.” (QS. Al-Muthaffifin: 1-3)
Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pun membacakannya di hadapan mereka. Maka setelah itu mereka (penduduk Madinah dan kaum Anshar) menjadi orang yang paling baik/bagus dalam masalah timbangan dan takaran. Ini adalah makna hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Ibnu Hibban dalam Shahihnya, dan al-Baihaqi rahimahumullah dalam Syu’abul Iman dan yang lainnya. Dan hadits ini dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah)
Jadi karena kecurangan mereka terhadap sesamanya, maka Allah menghukum mereka dengan adanya kekeringan dan paceklik, kehidupan yang susah, kebutuhan yang semakin bertambah, harga barang-barang yang semakin naik dan ditambah lagi dengan kezahaliman penguasa terhadap mereka. Oleh sebab itu kalau kita ingin lepas dari berbagai macam musibah di atas maka kuncinya adalah kejujuran ketika menakar dan menimbang dan berlaku adil dalam berjual beli.
Enggan Membayar Zakat
Sabda beliau shallallahu 'alaihi wasallam[ r]
وَلَمْ يَمْنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ إِلَّا مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنْ السَّمَاءِ وَلَوْلَا الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا
”Tidaklah mereka menahan zakat (tidak membayarnya) kecuali hujan dari langit akan ditahan dari mereka (hujan tidak turun), dan sekiranya bukan karena hewan-hewan, niscaya manusia tidak akan diberi hujan.”
Jika manusia menahan zakat mereka, tidak mau menunaikannya, dan membuat siasat (tipu muslihat) supaya bisa lepas dari kewajiban zakat, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menahan dan tidak menurunkan hujan kepada mereka. Seandainya tidak karena keberadaan binatang-binatang niscya Allah tidak akan menurunkan hujan kepada manusia, karena manusia tidak berhak mendapatkan hujan tersebut. Ini tentunya sesuai dengan sebuah kaidah bahwasanya balasan itu sesuai dengan jenis perbuatannya.
Melanggar Perjanjian
وَلَمْ يَنْقُضُوا عَهْدَ اللَّهِ وَعَهْدَ رَسُولِهِ إِلَّا سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ فَأَخَذُوا بَعْضَ مَا فِي أَيْدِيهِمْ
” Tidaklah mereka melanggar perjanjian mereka dengan Allah dan Rasul-Nya, kecuali Allah akan menjadikan musuh mereka (dari kalangan selain mereka; orang kafir) berkuasa atas mereka, lalu musuh tersebut mengambil sebagian apa yang mereka miliki."
Akibat Berhukum Dengan Selain Al-Qur’an dan As-Sunnah
Sabda beliau shallallahu 'alaihi wasallam
وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللَّهِ وَيَتَخَيَّرُوا مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَّا جَعَلَ اللَّهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ
”Dan selama pemimpin-pemimpin mereka (kaum muslimin) tidak berhukum dengan Kitabullah (al-Qur’an) dan mengambil yang terbaik dari apa-apa yang diturunkan oleh Allah (syariat Islam), melainkan Allah akan menjadikan permusuhan di antara mereka.”
Maksudnya, jika mereka tidak berhukum dengan hukum Allah Subhanahu wa Ta'ala dan mengambil kebaikan dari Kitab Allah dan Sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam maka Allah akan menjadikan permusuhan di antara mereka. Maka jikalau mereka meninggalkan al-Qur’an dan as-Sunnah, sehingga mereka berhukum dengan selain yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka Allah akan menjadikan sebagian mereka musuh bagi sebagian yang lain, karena urusan mereka semata-mata hanyalah seputar dunia. Lalu Allah cabut kebaikan dari hati-hati mereka, dan akhirnya datanglah siksa dari Rabb semesta Alam.
Ibu kota Thailand ‘dikepung’ air bah
Johor belanja RM1.78j bagi e-NCR yang belum boleh dilayari
Ingat Muhyiddin, ikan busuk bermula dari kepala
Amil lesapkan wang zakat diburu
Tiket mahal, Stadium pula dikatakan tidak selamat ?
http://greenboc.blogspot.com
Kenapa perlawanan akhir Piala Malaysia 2011 akan di Stadium Shah Alam dan tidak di Stadium Nasional di Bukit Jalil seperti kebiasaannya? Itu antara persoalan yang bermain dalam kepala sebaik sahaja Persatuan Bolasepak Malaysia (FAM) mengumumkan gelanggan final tahun ini.
Selepas isu tersebut menjadi tanda tanya tanpa sebarang alasan diberikan, hanya baru-baru ini jawapannya diketahui.
Namun, kalau dahulu faktor padang rosak boleh dijadikan alasan, kali ini apabila alasan yang sama cuba diberikan, ia pasti mengundang lagi rasa sangsi di kalangan orang ramai.
Bumbung stadium berskru longgar dan karat
Laporan media mendedahkan bahawa bumbung Stadium Nasional Bukit Jalil sebenarnya sudah tidak selamat digunakan sejak 2006 malahan proses membaik pulih masih belum berjalan.
Menurut Laporan Ketua Audit Negara 2010, bumbung stadium itu telah tamat tempoh jaminan tiga tahun lalu dan memerlukan kerja-kerja penyelenggaraan segera demi keselamatan dan keselesaan pengguna.
Laporan itu yang menyatakan “sebahagian besar bumbung didapati telah terkoyak dan skru kabelnya longgar dan berkarat” turut mendedahkan punca masalah, iaitu kelewatan dan ketiadaan kelulusan peruntukan daripada kerajaan.
Lebih mengejutkan ialah apabila pihak yang menguruskan stadium tersebut, iaitu Merdeka Stadium Corporation (MSC), mengatakan permintaan mereka kepada pihak kerajaan sebanyak empat kali telah ditolak tanpa alasan.
Kalaulah insiden tidak diingini semasa perlawanan jelajah kelab Liga Perdana Inggeris Arsenal, Liverpool dan Chelsea baru-baru ini berlaku, di manakah hendak letak muka dan maruah negara kita?
Lebih membingungkan lagi, tiada sebarang kenyataan dikeluarkan oleh mana-mana pihak terutamanya para menteri. Beginikah pemimpin yang dikatakan mahu mementingkan rakyat?
Sudah kebiasaan, sikap kerajaan adalah “bila terhantuk baru terngadah”.
Stadium di Malaysia pernah roboh
Kalau insiden roboh di Stadium Sultan Mizan Zainal Abidin, Kuala Terengganu pada 2009 berulang di Bukit Jalil, apakah reaksi daripada kerajaan? Adakah dengan sekadar menyalahkan orang lain dan menunding jari dapat menyelesaikan masalah?
Dalam kekalutan permasalahan isu Stadium Nasional Bukit Jalil, dua lagi berita wajar dijadikan perbandingan dan congakan peminat sukan tempatan negara.
Dilaporkan sebanyak RM6 juta telah dibelanjakan untuk membeli 23 kuda tetapi daripada jumlah itu, hanya lima sahaja layak beraksi di World Endurance Championship (WEC) 2008. Bukankah ini satu pembaziran?
Begitu juga projek ternakan lembu milik kerajaan berjumlah RM73.64 juta yang gagal mendatangkan hasil seperti yang ditetapkan.
Ke mana perginya wang rakyat?
Kemanakah wang-wang ini semua pergi? Adakah Datuk Seri Najib Razak boleh menjawabnya atau sekadar lari daripada memberi jawapan?
Kesimpulannya, memang wajar cadangan daripada wakil DAP Tony Pua yang mahu mewujudkan Suruhanjaya Ketelusan Kewangan (FAC) bagi mengambil tindakan ke atas pegawai kerajaan yang bersalah menguruskan kewangan yang ditetapkan, disokong penuh.
Pua yang juga Setiausaha Publisiti DAP mencadangkan supaya FAC itu dianggotai oleh pakar profesional dalam bidang audit dan integriti seperti Malaysian Institute of Certified Public Accountants (MICPA) dan Transparency International (TI) Malaysia.
FAC hanya perlu bertanggungjawab kepada Parlimen dan diberi kuasa menghukum serta mengenakan tindakan disiplin terhadap mana-mana pegawai yang didapati bersalah.
Mungkin ini dapat mengatasi masalah pembaziran dan salah guna kuasa yang bukan sahaja merugikan rakyat tetapi membahayakan nyawa kita.
Sampai bilakah pembaziran dan kekorupan pegawai kerajaan harus berlalu hingga akhirnya yang merana kita rakyat biasa?
Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tiada gunanya. – Roketkini
Menteri: Selain bumbung, JKR juga diminta kaji struktur Stadium Nasional
Kementerian Belia dan Sukan juga telah meminta Jabatan Kerja Raya (JKR) agar mengkaji semula struktur binaan Stadium Nasional Bukit Jalil di sini, yang dilaporkan telah melebihi tempoh jaminan, sama ada masih selamat digunakan selain isu bumbung.
Laporan Ketua Audit Negara 2010 mahu bumbung stadium itu yang siap dibina pada 1998 diselenggara dengan segera demi keselesaan dan keselamatan pengguna.
“Kementerian Belia dan Sukan akan meminta JKR melakukan kajian semula bagi mengetahui tahap keselamatan stadium terbabit sebelum berlaku sebarang perkara yang tidak diingini,” kata Menteri Belia dan Sukan Datuk Seri Ahmad Shabery Cheek di sini hari ini.
Beliau mengulas mengenai Laporan Ketua Audit Negara 2010 yang menyebut bahawa bumbung Stadium Nasional Bukit Jalil (gambar) daripada jenis membrane dari Jerman itu mempunyai tempoh jaminan selama 10 tahun, namun semakan audit mendapati ia masih diguna sehingga kini dengan sebahagian besar bumbung telah terkoyak dan skru kabelnya longgar serta berkarat.
Laporan Audit itu turut menyatakan bahawa kerajaan telah meluluskan peruntukan sebanyak RM30 juta di bawah Rancangan Malaysia Kesembilan pada Disember lalu untuk membaiki bumbung stadium itu.
Stadium Nasional Bukit Jalil dengan kapasiti 90,000 penonton merupakan venue sukan utama negara dan bertaraf antarabangsa antaranya seperti Sukan Komanwel (1998), Sukan SEA (2001), perlawanan akhir pertama Piala AFF Suzuki antara Malaysia dan Indonesia (2010), perlawanan akhir Piala Malaysia dan pernah dikunjungi pasukan ternama EPL seperti Manchester United, Liverpool, Arsenal dan Chelsea.
Ahmad Shabery berkata kementeriannya menyerahkan tanggungjawab membaiki bumbung Stadium Nasional kepada JKR demi keselamatan pengguna.
Dipetik Bernama Online, kata beliau, tanggungjawab itu diserahkan kepada JKR kerana kementeriannya tidak mempunyai kepakaran dalam hal tersebut.
“Kita tidak boleh membaiki sebahagian sahaja daripada bumbung yang bocor kerana ia perlu diganti semua bahagian yang mana kos boleh mencecah RM40 juta,” katanya.
Mengenai pembelian 23 ekor kuda bernilai RM5.6 juta oleh Institut Sukan Negara (ISN) tanpa kelulusan Kementerian Kewangan seperti yang dilaporkan dalam Laporan Ketua Audit Negara, Ahmad Shabery berkata pembelian tersebut tidak mengikut tatacara kerja yang betul.
Katanya pembelian secara terus itu berlaku kerana ISN berdepan dengan masalah kesuntukan masa mencari kuda yang berpotensi untuk menyertai Kejohanan Kuda Lasak Dunia Persekutuan Ekuestrian Antarabangsa (WEC) pada 2008 dan Pertandingan Ekuestrian Kebangsaan dan Sukan Asia di Guangzhou, China pada 2010.
“Pada masa itu ISN tidak mempunyai kepakaran dalam hal berkaitan kuda namun jika wujud unsur terbuka ataupun penyalahgunaan kuasa, maka saya akan pastikan perkara ini disiasat,” katanya.
Semakan Audit Negara 2010 mendapati kesemua kuda yang dibeli oleh ISN telah dibuat melalui rundingan terus tanpa mendapat kelulusan daripada Kementerian Kewangan terlebih dahulu.
Mengikut laporan tersebut, perolehan kuda juga dibuat tanpa disertakan dengan surat tawaran ataupun perjanjian yang menggariskan tanggungjawab pembekal. -TMI
Ulasan :
Kemelut mengenai kenaikkan harga tiket belum habis, peminat bolasepak negara dihadapkan dengan masalah keselamatan semasa bersorak di stadium tersebut.