30 Ogos 2010

Al Fatihah : Bekas Timbalan Pesuruhjaya PAS Perak meninggal dunia.

20 Ramadhan 1431H.


PARIT BUNTAR : Bekas Timbalan Pesuruhjaya PAS Perak dan juga Bekas Mudir Sekolah menengah Agama al Falah Parit Tok Ngah, Ust. Zulkarnain Hj Ahmad, 63 Tahun telah kembali keRahmatullah sekitar jam 7.30 malam tadi.

Beliau yang telah terkena angin amar telah telantar sakit sekitar 10 tahun dan terakhir dimasukkan ke Hospital Parit Buntar dua hari lepas. Tengahhari tadi beliau dibawa balik ke kediamannya di Parit Tok Ngah dalam keadaan tidak sedarkan diri.

Pemergiannya merupakan satu kehilangan besar kepada PAS Perak dan saya mewakili kepimpinan PAS Perak mengucapkan Takziah keatas seluruh sanak saudara diatas kehilangan orang yang disayang.

Semasa hayatnya beliau pernah menyandang jawatan Timbalan Pesuruhjaya PAS Perak dan menjawat jawatan yang DiPertua PAS Kawasan parit Buntar.

Kegigihannya dalan memperjuangan wadah PAS dengan kehebatannya menyampaikan ceramah dengan dalil Al Quran dan Sunnah.

Al Fatihah......

Wanita di Bawah Naungan Islam : Hak Menyusui

19 Ramadhan 1431H.
oleh : Said Abdul Aziz al-Jandul

Di antara target dan tujuan pokok bagi sebuah pernikahan adalah mempunyai anak keturunan. Maka apabila Allah mengaruniakan keturunan kepada suami istri, maka sebaiknya ia memilihkan nama yang terbaik untuk mereka, karena nama juga mempunyai pengaruh psikologis pada anak-anak di masa depan mereka. Maka kewajiban sang ayah (suami) adalah memberi upah kepada ibu si anak atas penyusuannya bila dia meminta hal itu, karena Allah telah berfirman:

وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلَّا وُسْعَهَا لَا تُضَارَّ وَالِدَةٌ بِوَلَدِهَا وَلَا مَوْلُودٌ لَهُ بِوَلَدِهِ وَعَلَى الْوَارِثِ مِثْلُ ذَلِكَ فَإِنْ أَرَادَا فِصَالًا عَنْ تَرَاضٍ مِنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا وَإِنْ أَرَدْتُمْ أَنْ تَسْتَرْضِعُوا أَوْلَادَكُمْ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِذَا سَلَّمْتُمْ مَا آتَيْتُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberikan makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan juga seorang ayah karena anaknya, dan waris pun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”. (Al-Baqarah: 233).


Di sini jelas sekali perhatian Allah Subhaanahu Wata'ala terhadap bayi yang sedang menyusu. Oleh karena itu hendaknya perlakuan kedua ibu bapak terhadap anaknya pada tahun-tahun pertama penuh dengan rasa cinta, kasih dan keseriusan, dan hendaknya tidak menampakan pertengkaran (keributan) di antara mereka berdua di hadapan anaknya jika ada, karena hal itu mempunyai dampak buruk terhadap psikologi anak.

Wanita di Bawah Naungan Islam : Mula’anah (Suami dan Istri Saling Mengutuk)

19 Ramadhan 1431H.
oleh : Said Abdul Aziz al-Jandul

Setelah Allah menjelaskan hukum tuduhan secara umum, Allah memberikan pengecualian tuduhan suami terhadap istrinya yang disebut li’aan. Disebut demikian, karena masing-masing suami dan istri, pada kesaksian kelima yang ia berikan mengutuk dirinya sendiri jika di dalam pengakuannya ia dusta. Apabila seorang suami menuduh istrinya telah berzina, namun tidak ada seorang saksi pun yang menyaksikan perbuatan itu selain dia, sedang ia tidak menerima perbuatan tersebut, maka ia memberikan kesaksian, yaitu dengan bersumpah empat kali atas nama Allah bahwasanya tuduhannya terhadap istrinya adalah benar. Kemudian pada kesaksiannya yang kelima ia menyatakan siap menerima kutukan Allah jika ia berdusta.

Istri yang tertuduh pun harus memberikan kesaksian (bila tidak mengakui tuduhan suaminya) dengan bersumpah atas nama Allah empat kali dan pada kesaksiannya yang kelima ia menambahkan siap menerima murka Allah, jika tuduhan suaminya itu benar. Maka dengan begitu sang istri dibebaskan dari ancaman hukuman zina dan diceraikan dari suaminya dengan talak ba’in (selama-lamanya) tidak boleh ada rujuk. Jika si istri sedang hamil, maka anaknya tidak dinasabkan kepada suami melainkan kepada istrinya saja.

Peristiwa yang melatarbelakangi turunnya hukum mula’anah tersebut di atas adalah peristiwa Hilal bin Umayyah, ia memberitahu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa istrinya telah melakukan zina dengan lelaki lain.

Ada beberapa riwayat shahih mengenai peristiwa itu, di antaranya diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanadnya yang berasal dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu menuturkan: Tatkala diturunkan ayat: “Dan orang-orang yang menuduh perempuan-perempuan yang baik-baik berbuat zina dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya.” (Q.S.24:4). Sa’ad bin ‘Ubadah radhiyallahu ‘anhu yang merupakan salah seorang tokoh kaum Anshor terkemuka berkata, “Apakah seperti itu diturunkan wahai Rasulullah?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Wahai segenap kaum Anshar, tidakkah kalian mendengar apa yang dikatakan oleh sesepuh kalian?” Mereka menjawab, “Ya Rasulullah, jangan engkau cela dia, karena dia adalah seorang yang pencemburu; dan demi Allah, ia tidak pernah menikah kecuali dengan gadis, dan dia tidak pernah mentalak seorang perempuan pun kemudian menikahi bekas istrinya itu karena ada orang lain disebabkan kecemburuannya yang sangat tinggi.”

Lalu Sa’ad berkata, “Ya Rasulallah, sesungguhnya aku benar-benar percaya bahwa ayat itu haq (benar) dan benar-benar dari sisi Allah. Hanya saja aku kaget, dan sesungguhnya kalau sekiranya aku temukan istri berselingkuh dan seorang lelaki sedang menyetubuhinya, aku tidak bisa mengusiknya kecuali setelah aku datang dengan empat orang saksi. Demi Allah, aku dan empat saksi itu tidak akan memergokinya kecuali kalau ia telah selesai memenuhi hajatnya (menyetubuhinya).”

Ibnu Abbas menuturkan: Tidak lama kemudian datanglah Hilal bin Umayyah. Ia pulang dari kebunnya di waktu petang, dan seketika ia mengetahui ada seorang lelaki dirumahnya. Ia telah melihat dengan kedua matanya dan ia dengar dengan kedua telinganya (akan apa yang terjadi), namun ia tidak memergokinya hingga pagi hari. Lalu ia pergi ke Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam seraya berkata, “Ya Rasulullah, Sesungguhnya aku (kemarin) pulang kerumah di waktu Isya’ dan aku temukan di rumahku ada seorang lelaki, aku pun melihat dengan kedua mata kepalaku dan aku mendengar dengan kedua telingaku.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tampak tidak suka terhadap berita yang disampaikan kepadanya dan beliau malah marah. Kaum Anshor pun berkumpul mengerumini beliau dan berkata, “Kami bebar-benar telah mendapat cobaan dengan apa yang telah dikatakan oleh Sa’ad bin Ubadah, hampir pasti Rasulullah akan meng-gampar Hilal bin Umayyah dan menolak kesaksiannya di tengah-tengah orang banyak.”

Lalu Hilal berkata, “Aku benar-benar berharap semoga Allah memberikan jalan keluar.” Kemudian berkata, “Wahai Rasulullah, Aku benar-benar telah melihat perasaan beratmu terhadap apa yang aku beritakan, namun Allah mengetahui bahwa sesungguhnya aku adalah benar.” Demi Allah, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sudah hendak menyuruh agar aku dipukul, namun seketika Allah menurunkan wahyu-Nya. Dan biasanya kalau akan menerima wahyu para shahabat mengetahuinya pada raut wajah beliau. Maka pada saat itu turunlah ayat:

وَالَّذِينَ يَرْمُونَ أَزْوَاجَهُمْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُمْ شُهَدَاءُ إِلَّا أَنْفُسُهُمْ فَشَهَادَةُ أَحَدِهِمْ أَرْبَعُ شَهَادَاتٍ بِاللَّهِ

“Dan orang-orang yang menuduh istrinya (berzina), padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang itu ialah bersumpah empat kali dengan nama Allah.” (An-Nur: 6).

Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun gembira dan beliau kemudian bersabda, “Bergembiralah wahai Hilal, sesungguhnya Allah telah memberi jalan keluar bagimu.”

Lalu Hilal berkata, “Sesungguhnya aku mengharapkannya begitu dari Tuhanku Allah Subhaanahu Wata'ala.” Setelah itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Panggil dia (istrinya).” Maka para sahabat pun menjemput dan membawanya ke hadapan Nabi, lalu beliau membacakan (ayat yang baru saja diturunkan itu) kepada keduanya sambil mengingatkan mereka berdua bahwa adzab di akhirat kelak itu lebih dahsyat daripada adzab di dunia.

Hilal pun kemudian berkata, “Demi Allah, ya Rasulallah”. Lalu ia bersumpah empat kali dengan nama Allah bahwa ia adalah orang yang benar. Maka pada sumpah yang kelima Hilal diingatkan, “Wahai Hilal, takutlah kepada Allah, karena sesungguhnya hukuman (adzab) dunia itu lebih ringan daripada adzab di akhirat, dan sumpah yang kelima ini benar-benar memastikan adzab menimpamu (bila kamu berdusta).”

Maka Hilal berkata, “Demi Allah, Aku tidak akan diadzab oleh Allah atas sumpah (kelima ini) sebagaimana aku tidak akan didera karenanya.” Lalu ia pun melakukan sumpah yang kelima dengan menyatakan kutukan Allah terhadapnya bila ia berduta (dalam tuduhannya).

Setelah itu istrinya disuruh bersumpah: “Bersumpahlah kamu empat kali dengan nama Allah dengan menyatakan bahwa ia (suaminya) dusta.” Lalu pada sumpah yang kelima ia diingatkan, “Takutlah kamu kepada Allah, sesungguhnya adzab Allah di dunia ini lebih ringan daripada adzab-Nya di akhirat, dan sumpah yang kelima ini memastikan kamu ditimpa adzab (bila kamu berdusta).”

Maka perempuan itu pun terhenti sejenak, gugup dan hampir saja ia mengakui, tapi lalu berkata, “Demi Allah, aku tidak akan mencemarkan nama baik margaku.” Maka ia pun memberikan sumpahnya yang kelima dengan menyatakan bahwa murka Allah akan menimpanya bila suaminya adalah benar (di dalam tuduhannya).

Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memisahkan pasangan suami-istri itu dan memutuskan agar tidak ada yang menisbatkan anak yang dikandungnya kepada seorang bapak pun dan anaknya tidak boleh dituduh anak zina, dan Barangsiapa yang menuduh anaknya (sebagai anak zina) maka ia harus didera. Nabi juga memutuskan bahwa suaminya sudah tidak berkewajiban memberinya tempat tinggal atau pun nafkah.

Yang demikian itu disebabkan pemisahan keduanya bukan disebabkan perceraian (talak) atau pun karena suaminya meninggal. Maka dari itu istri tidak mempunyai hak-hak apapun. Dan beliau bersabda, “Kalau nanti anaknya berambut kekuning-kuningan, berpaha kurus dan berbetis kecil, maka itu berati anak Hilal. Tetapi jika lahir dengan rambut tebal keriting, berkaki besar dan berpinggul lebar, maka anak itu adalah anak lelaki yang dituduh (berzina dengan istrinya).” Di kemudian hari kandungan itu dilahirkan dengan berambut keriting tebal, berkaki besar dan berpinggul lebar. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kalau sekiranya bukan karena sumpah, niscaya aku punya perhitungan terhadap dia (perempuan itu).”

Dari kisah ajaib di ataslah bermula kisah peristiwa li’an yang terjadi di dalam Islam. Kita bisa melihat bagaimana sesungguhnya Islam, di samping perhatiannya yang serius dalam upaya menjauhkan setiap apa saja yang dapat mencemarkan martabat dan kehormatan manusia muslim, juga sangat berhati-hati di dalam setiap masalah, terutama di dalam masalah yang menyangkut harga diri, agar kondisi masyarakat tetap terjaga kebersihannya dari berbagai tuduhan dan berbagai akibat buruk yang timbul karenanya.

DOSA-DOSA YANG DIANGGAP BIASA : MASUK RUMAH ORANG LAIN TANPA IZIN



19 rAMADHAN 1431h.
oleh : Syaikh Muhammad bin Shalih al-Munajjid

45. MELONGOK RUMAH ORANG LAIN TANPA IJIN

Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta ijin dan memberi salam kepada penghuni rumahnya.” (An-Nur: 27)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menegaskan, alasan diharuskan meminta ijin adalah karena dikhawatirkan orang yang masuk akan melihat aurat pemilik rumah. Beliau bersabda,

إِنَّمَا جُعِلَ اْلاِسْتِئْذَانُ مِنْ أَجْلِ الْبَصَرِ.

“Sesungguhnya diberlakukannya meminta ijin (ketika masuk rumah orang lain) adalah untuk (menjaga) penglihatan.”( Hadits riwayat Al-Bukhari,.lihat Fathul Bari, 11/24.)

Pada saat ini, dengan berdesakannya bangunan dan saling berdempetan gedung-gedung serta saling berhadap-hadapannya antara pintu dengan pintu dan jendela dengan jendela, menjadikan kemungkinan besar saling mengetahui isi rumah tetangga, kian besar. Ironisnya, banyak yang tidak mau menundukkan pandangannya, malah yang terjadi terkadang dengan sengaja, mereka yang tinggal di gedung yang lebih tinggi, dengan leluasa memandangi lewat jendela mereka ke rumah-rumah tetangganya yang lebih rendah. Ini adalah salah satu pengkhianatan dan pemerkosaan terhadap hak-hak tetangga, sekaligus sarana menuju hal yang diharamkan. Karena perbuatan tersebut, banyak kemungkinan terjadi bencana dan fitnah.

Dan disebabkan oleh amat bahayanya akibat tindakan ini, sehingga syariat Islam membolehkan mencongkel mata orang yang suka melongok dan melihat isi rumah orang lain.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,


مَنِ اطَّلَعَ فِيْ بَيْتِ قَوْمٍ بِغَيْرِ إِذْنِهِمْ فَقَدْ حَلَّ لَهُمْ أَنْ يَفْقَؤُوْا.


“Barangsiapa melongok rumah suatu kaum dengan tanpa ijin mereka maka halal bagi mereka mencongkel mata orang tersebut.”( Hadits riwayat Muslim, 3/1699.)

Dalam riwayat lain dikatakan,

فَفَقَؤُوْا عَيْنَهُ فَلاَ دِيَةَ لَهُ وَلاَ قِصَاصَ.

“Kemudian mereka mencongkel matanya, maka tidak ada diat (ganti rugi) untuknya juga tidak ada qishash baginya.”( Hadits riwayat Imam Ahmad, 2/385; Shahihul Jami’, 6022.)

DOSA-DOSA YANG DIANGGAP BIASA : NAMIMAH (MENGADU DOMBA)

19 Ramadhan 1431H.
oleh : Syaikh Muhammad bin Shalih al-Munajjid

44. NAMIMAH (MENGADU DOMBA)

Mengadukan ucapan seseorang kepada orang lain dengan tujuan merusak adalah salah satu faktor yang menyebabkan terputusnya ikatan dan yang menyulut api kebencian serta permusuhan antar sesama manusia.

Allah mencela pelaku perbuatan tersebut dalam firmanNya, “Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah.” (Al-Qalam: 10-11).

Dalam sebuah hadits marfu’ yang diriwayatkan Hudzaifah, disebutkan,

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَتَّاتٌ.

“Tidak akan masuk Surga al-qattat (tukang adu domba).”( Hadits riwayat Al-Bukhari, lihat Fathul Bari, 10/472. Dalam An-Nihayah karya Ibnu Atsir, 4/11 disebutkan:” …Al-Qattat adalah orang yang menguping (mencuri dengar pembicaraan), tanpa sepengetahuan mereka, lalu ia membawa pembicaraan tersebut kepada yang lain dengan tujuan mengadu domba.)

Ibnu Abbas meriwayatkan,

مَرَّ النَّبِيُّ بِحَائِطٍ مِنْ حِيْطَانِ الْمَدِيْنَةِ فَسَمِعَ صَوْتَ إِنْسَانَيْنِ يُعَذَّبَانِ فِيْ قُبُوْرِهِمَا فَقَالَ النَّبِيُّ n: يُعَذَّبَانِ، وَمَا يُعَذَّبَانِ فِيْ كَبِيْرٍ -ثُمَّ قَالَ- بَلَى [وَفِيْ رِوَايَةٍ: وَإِنَّهُ لَكَبِيْرٌ] كَانَ أَحَدُهُمَا لاَ يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ، وَكَانَ اْلآخَرُ يَمْشِي بِالنَّمِيْمَةِ.

“(Suatu hari) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melewati sebuah kebun di antara kebun-kebun di Madinah. Tiba-tiba beliau mendengar dua orang sedang disiksa di dalam kuburnya, lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda, “Keduanya disiksa, padahal tidak karena masalah yang besar (dalam anggapan keduanya) -lalu bersabda- benar (dalam sebuah riwayat disebutkan, “Padahal sesungguhnya ia adalah persoalan besar.”). Salah seorang di antaranya tidak meletakkan sesuatu untuk melindungi diri dari percikan kencingnya dan seorang lagi (karena) suka mengadu domba.”( Hadits riwayat Al-Bukhari, lihat Fathul Bari, 1/317.)

Di antara bentuk namimah yang paling buruk adalah hasutan yang dilakukan seorang lelaki tentang istrinya atau sebaliknya, dengan maksud untuk merusak hubungan suami istri tersebut. Demikian juga adu domba yang dilakukan sebagian karyawan kepada teman karyawannya yang lain. Misalnya dengan mengadukan ucapan-ucapan kawan tersebut kepada direktur atau atasan dengan tujuan untuk memfitnah dan merugikan karyawan tersebut. Semua hal ini hukumnya haram.

Tidak faham agama punca polemik- Nik Aziz

19 Ramadhan 1431H.

KOTA BHARU, 29 Ogos: Isu bukan Islam memasuki masjid bukan satu kesalahan dalam Islam kerana ianya antara kaedah yang diguna Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan mesej dakwah.

Mursyidul Am PAS, Tuan Guru Datuk Nik Abdul Aziz berkata, isu ini menjadi polemik dalam masyarakat akibat sentimen politik mengatasi kefahaman agama Islam yang murni.

“Oleh kerana hubungan kita dengan Islam semakin jauh, belajar pun tidak, maka bila tiba perkara-perkara macam ini, terus timbul masalah.

“Padahal kalau kita balik dari sejarah asal, ramai dari penduduk Arab Qurasy yang kafir datang jumpa Nabi. Nabi letak dalam masjid, mereka tidur dalam masjid, makan dalam masjid, bahkan kencing dalam masjid”, katanya.

Beliau yang juga Menteri Besar Kelantan berkata demikian sebagai mengulas tindakan Ahli Parlimen Serdang Teo Nie Ching yang masuk ke Surau Al-Huda di Kajang Ahad lalu, yang kini hangat diperkatakan.

“Jadi bila ada orang bukan Islam sekarang ni masuk dalam masjid, tak ada apa pun. Nak ceramah ke, nak apa ke, tak ada masalah apa pun,” katanya lagi.

Menurutnya lagi, tindakan mempolemikkan isu tersebut juga bukan sahaja akan menjauhkan orang bukan Islam kepada Islam, malah bertentangan dengan sunnah Nabi.

“Menjauhkan orang bukan Islam dengan masjid adalah budaya kita sahaja, bukan ajaran nabi,” ujarnya.

Dalam Islam menurutnya, Muaalaf ditafsir dengan tiga golongan iaitu mereka yang baru memeluk Islam, belum Islam tetapi cenderung memeluk Islam dan orang bukan Islam tetapi menghormati dan tidak menentang Islam.

“Jadinya dalam tiga ini hanya satu sahaja yang kita guna. Dua lagi kita biarkan menyebabkan masyarakat kita semakin jauh dengan yang bukan Islam,” ujarnya.

Menyentuh mengenai tidak menutup aurat ketika memasuki masjid, Tuan Guru berkata, mungkin masalah penjaga masjid tidak memberitahu kepadanya.

Tuan Guru berkata demikian sewaktu majlis berbuka puasa bersama anak-anak yatim dan media anjuran Perbadanan Menteri Besar Kelantan (PMBK), di rumah anak yatim Taman Sabariah.

Seramai lebih 170 orang anak yatim menerima sumbang wang hari raya dari PMBK.

Harakahdaily/-

Hukum Pelancong Bukan Islam Memasuki Masjid Dan Ruang Solat Utama Di Dalam Masjid

Ahli parlimen Serdang, Teo Nie Ching melakukan lawatan ke Surau Al-Huda Kajang pada Ahad lalu dilaporkan dan diputar belit serta mengelirukan umat Islam dalam masalah tersebut.

19 Ramadhan 1431H.

Keputusan:

Muzakarah Jawatankuasa Fatwa Majlis Kebangsaan Bagi Hal Ehwal Ugama Islam Malaysia Kali Ke-90 yang bersidang pada 1 Mac 2010 telah membincangkan Hukum Pelancong Bukan Islam Memasuki Masjid Dan Ruang Solat Utama Di Dalam Masjid.

Muzakarah telah memutuskan bahawa pelancong bukan Islam diharuskan memasuki masjid dan ruang solat dengan syarat mendapat keizinan pihak pengurusan masjid dan perlakuan serta tingkah laku mereka tidak mencemarkan kesucian masjid dan sentiasa terkawal dan beradab.

Walaubagaimanapun, perbuatan berdoa atau bertafakur oleh pelancong bukan Islam mengikut cara agama mereka dalam keadaan yang boleh menimbulkan fitnah adalah dilarang.

Keterangan/Hujah:

1. Dalam hal-hal yang berkaitan ibadah, sensitiviti umat Islam sangat tinggi dan nilai-nilai ta'abbudi amat dititikberatkan oleh masyarakat Islam.

2. Umat Islam dibenarkan melakukan ibadah sembahyang walaupun di dalam gereja kerana Saidina Umar al-Khattab pernah melakukannya. Umat Islam perlu bersikap tasamuh dan tidak terlalu rigid dalam membenarkan orang bukan Islam mendekati masjid.

3. Keindahan Islam boleh ditunjukkan kepada orang bukan Islam melalui lawatan mereka ke masjid-masjid selaras dengan peraturan dan garis panduan yang telah ditetapkan oleh pengurusan masjid.

4. Sikap membenarkan orang bukan Islam memasuki masjid tidak boleh disamakan dengan sikap tidak membenarkan penggunaan kalimah Allah oleh Kristian kerana konsepnya adalah berbeza.

Resipi Talam Ubi

19 Ramadhan 1431H.
Oleh: matuse68

Bahan-bahan:
2 ketul ubi kayu (sederhana besar)
1 biji kelapa parut (jadikan 3 cawan santan)
1 cawan gula merah
4 camca besar tepung gandum
½ cawan gula pasir
Sedikit garam

Cara menyediakan:
1. Ubi kayu dibersihkan dan diparut. Setelah itu, perahkan airnya dan gaulkan dengan dua cawan santan.
2. Masukkan gula, gula merah dan sedikit garam dan kacau hingga larut. Tuangkan adunan ke dalam loyang dan kukuslah hingga masak.
3. Sementara itu, bancuh tepung gandum dengan baki santan dan sedikit garam. Apabila ubi tadi telah masak, tuang bancuhan santan ke atasnya dan kukus lagi hingga masak.
4. Setelah sejuk bolehlah dipotong dan hidangkan.

Resepi Puding Karamel

19 Ramadhan 1431H.
Oleh: matuse68

Bahan-bahan:

Puding:
1 tin susu pekat manis
1 tin air (sama sukatan dengan susu)
7 biji telur
secubit garam

Gula hangus:
2 sudu besar gula
1/3 cawan air

Cara menyediakan:
1. Untuk gula hangus, masakan gula bersama air dengan api sederhana biar sehingga kekuningan dan alihkan ke bekas loyang. Gula akan beku dan berkaca.
2. Panaskan periuk kukus. Bancuhkan susu pakat manis bersama air, pukul telur sehingga kembang dan campur bersama susu yang telah sebati. Masukkan adunan tersebut ke dalam bekas loyang yang berisi gula hangus.
3. Apabila periuk kukus panas, masukkan adunan tersebut untuk dikukus. Kukus dalam masa 20 minit.
4. Bila puding dah sejuk baru telangkupkan puding di atas pinggan untuk dihidang.

RAMADHAN ADALAH SUATU PERSIMPANGAN

19 Ramadhan 1431H.
Oleh : md zainal mzd

Dalam sebuah hadis, Rasulullah ada bersabda:

“ Apabila masuknya Ramadhan maka berserulah para malaikat, “ Wahai pelaku-pelaku kebaikan, bergerak majulah dan wahai pelaku-pelaku kejahatan, berhentilah dan berundurlah.””

Sementara Ramadhan masih ada berbaki sedikit sangat lagi ini eloklah kita halusi intipati hadis Rasulullah seperti di atas. Kita sedia maklum bahawa Rasulullah tidak bersabda sia-sia melainkan dipandu oleh wahyu Allah dan para malaikat adalah makhluk Allah yang tidak pernah engkar akan suruhanNya.

Ramadhan sentiasa datang dan pergi setiap tahun tetapi bagaimanakah kita menyambut dan menyediakan diri secara mental dan fizikal setiap kali kedatangannya.

Maju dalam menghayati Ramadhan termasuk dalamnya tiga perkara:

1 Melakukan apa yang kita tidak lakukan sebelum ini ( sekadar beberapa contoh ):
Bukan satu perkara yang pelik kalau ada antara umat Islam tidak berpuasa atau hanya berpuasa tetapi tidak pernah solat apatah lagi solat terawih. Kalau itulah keadaan kita dahulu, marilah tahun ini kita mulakan berpuasa dan patuh kepada syarat-syaratnya. Di samping berpuasa marilah kita menunaikan solat waktu dan solat tarawih. Kalau malu untuk memulakan solat di kariah sendiri nanti orang tahu, moleklah kita pergi ke mesjid yang jauh sedikit dari rumah kita, Di sisi Allah dalam perkara-perkara begini tidak ada salahnya demi kebaikan.

Dalam menghayati Ramadhan terdahulu kita tidak pernah pun membaca Al Quran, maka kali ini marilah kita memulakan membaca Al Quran, kalau dulu hanya membaca tetapi kurang menitikberatkan atau mementingkan hukum-hakam tajwidnya (walaupun ianya adalah wajib), marilah kita mulakan perlahan-lahan berubah ke arah itu. Sesungguhnya kita tidak dimestikan khatam satu Al Quran kalau tidak mampu tetapi usaha ke arah itu mestilah sentiasa ada.

Di tahun yang lalu kita tidak pernah iktikaf awal dalam masjid, hanya masuk dan hadir di saat-saat akhir sebelum solat dan balik secepat mungkin sebaik sahaja memberi salam maka mulai sekarang marilah kita datang awal sedikit, lakukan solat sunat qabliah dan lewatkan sedikit waktu pulang dengan melakukan solat sunat bakdiah atau lain-lain, atau sekurang-kurangnya ambil sedikit masa untuk berdoa kerana sesungguhnya orang yang tidak berdoa kepadaNya adalah termasuk kumpulan orang yang sombong, lagipun masa yang diambil tidaklah lama.

Jika sebelum ini kita tidak pernah menginfakkan wang dan harta kita ke jalan kebaikan, maka pada tahun ini ikhlaskanlah diri untuk mula menyumbang walaupun sedikit. Kalau malu diketahui orang, di dalam masjid, di dalam akhbar, di merata-rata tempat ada ditampalkan rujukan nombor akaun tabungan yang memerlukan sumbangan, asalkan kita siasat dahulu kebenarannya, kemudian bolehlah kita mula menyumbang, sesungguhnya tangan kiri pun tidak perlu tahu apa yang diberikan oleh tangan kanan.

Dalam sebuah hadis yang lain, Rasulullah ada bersabda, ” Lakukan kebaikan, Allah tidak akan berhenti memberi pahala dan jangan melakukan dosa kerana Allah tidak pernah lupa dan sesungguhnya Allah tidak mati. Oleh itu buatlah apa yang kamu suka tetapi ingat, bagaimana kamu perbuat bagitulah kamu akan diperbuat, “ - Riwayat Baihaqi.

Jika kita tinggal dalam sebuah taman, mungkin sebelum ini kita tidak pernah ambil peduli siapa jiran kita, tetapi sebenarnya untuk menjaga ukhwah dan silaturrahim dan demi kebaikan eloklah kita mengetahui siapa jiran kita dan berbuat-baiklah dengan mereka selagi ianya tidak mendatangkan mudarat dan kesalahan dari segi syarak. Mungkin pada satu masa nanti kita memerlukan atau mereka memerlukan khidmat kita. Alangkah untungnya kalau kita boleh berbakti, sesungguhnya Allah tidak akan memberi rahmat kepada mereka yang tidak menghormati atau memuliakan jirannya.

2. Maju juga bermaksud menambah baik apa yang kita lakukan
Pada tahun yang lalu atau dua minggu yang lalu kita mengerjakan solat tarawih hanya lapan rakaat sahaja maka marilah mulai sekarang kita lengkapkan menjadi dua puluh rakaat serta cukupkan dengan solat witir tiga rakaat lagi. Kalau tak mampu secara berjemaah, buatlah sendirian di rumah. Ambillah peluang yang masih ada kerana belum pasti tahun hadapan kita masih hidup dan masih sihat untuk mengerjakannya. Sesungguhnya lagi banyak rakaat yang kita buat lagi banyak masa yang kita ambil untuk sujud dan Allah itu amat hampir kepada orang yang selalu sujud kepadaNya.

Disamping itu juga kita boleh menambahkan jumlah sumbangan kita ke jalan Allah seperti membantu sekolah-sekolah agama atau persekolahan dan keperluan anak-anak yatim. Untuk golongan kaya atau berada bolehlah membuat sumbangan tetap setiap bulan kepada institusi-institusi berkaitan.

Contoh seterusnya ialah kita mengambil peluang untuk lebih menggiatkan diri ke arah kebaikan terutama bidang keagamaan di dalam masyarakat setempat dan lain-lain lagi.

3. Istilah maju juga bermaksud mengekalkan apa yang kita lakukan dan ianya dilakukan secara berterusan dari semasa ke semasa.

Apa juga perkara kebaikan yang kita lakukan ia hendaklah dibuat secara berterusan dan tidak akan berhenti selepas sesuatu tempoh tertentu. Sebagai contohnya, adalah kurang bermakna kalau kita hanya pulun sembahyang sunat dalam bulan Ramadhan sedangkan selepas itu kita balik ke asal iaitu meninggalkannya langsung. Kita seharusnya meneruskan amalan yang baik ini sampai bila-bila.

Kita juga dianjurkan agama supaya jangan berhenti membuat sumbangan kebajikan kerana pendapatan kita lazimnya akan bertambah setiap tahun. Sediakanlah peruntukan walaupun tidak sebanyak yang kita sumbangkan dalam bulan Ramadhan.
- = -
Perkara kedua yang disebutkan dalam hadis berkaitan ialah seruan para malaikat supaya semua yang melakukan kesalahan-kesalahan atau perkara-perkara buruk supaya berhenti dan berundurlah.

Apabila datang Ramadhan, kita perlulah mengambil peluang ini untuk berhenti daripada melakukan perkara-perkara salah yang dilarang agama serta yang tidak sesuai dengannya.

Sebagai orang Islam sudah semestinya kita tidak akan melakukan dosa-dosa besar dan apa-apa yang boleh mendatangkan bala bencana atau merosakkan sistem masyarakat kita samaada secara langsung atau tidak langsung seperti mencuri, merompak, membunuh, menipu , berjudi, bergaduh, berkelahi, makan riba , berzina, menganiaya dan makan harta anak yatim, rasuah, melakukan penderaan, menghina orang lain, bekerja secara pilih kasih atau sebagainya. Sayugia diingatkan bila sudah berhenti dari melakukannya dalam bulan Ramadhan janganlah pula kita ulangi kesalahan yang sama selepas berakhirnya bulan yang mulia ini, nanti akan sia-sialah ibadat kita..

Disamping kesalahan-kesalahan di atas, mari kita renungkan sejenak beberapa perkara sampingan yang boleh juga dikategorikan termasuk dalam seruan para malaikat tersebut.

Kadangkalanya setengah perkara itu dianggap kecil dan remeh tetapi kesannya adalah cukup besar sebenarnya.

1. Tidak menghormati orang yang lebih tua atau menyisihkan ibubapa.
Semua orang Islam perlu menghormati orang yang lebih tua terutama ibubapa samaada mereka sihat dan cukup di segi keperluan hidup seperti wang dan sebagainya apatah lagi kalau mereka dalam keadaan sakit dan memerlukan bantuan. Dalam banyak keadaan, ibubapa tidak memerlukan wang ringgit dan harta anak-anaknya tetapi belaian dan keperihatinan dari anak-anak, itulah yang lebih utama.

Rasulullah ada bersabda bahawa “ Tidak akan dirahmati Allah sesiapa yang tidak mengambil berat terhadap kedua ibubapanya. “ Kewajipan menghormati ibubapa ini tidak sahaja meliputi ibubapa yang beragama Islam tetapi juga meliputi ibubapa yang masih kekal dalam agama asal mereka cuma ada batas-batasnya yang tertentu.

2. Ketidakadilan layanan dalam keluarga.
Dalam institusi berkeluarga, ada keluarga yang besar dan ada keluarga yang kecil. Dalam keluarga yang besar, kadang-kadang secara tidak sedar terdapat ketidakadilan berlaku, terdapat perbezaan kasih sayang dan layanan kepada anak-anak. Keadaan ini boleh menyebabkan timbul rasa cemburu dan kecil hati yang boleh merenggangkan hubungan antara satu sama lain.

Sebagai ketua keluarga samaada ibu atau bapa, kita perlu selalu muhasabah diri supaya perkara sebegini tidak berlaku atau tidak dibiarkan berpanjangan. Setiap keluarga seharusnya tinggal dalam suasana yang harmoni sepanjang masa.

3. Berbelanja secara membazir.
Ketika Ramadhan akan berakhir dan Syawal pula akan menjelang tidak lama lagi ramai daripada kita akan berbelanja, tetapi adakalanya kita terlupa atau terlalai bahawa sebahagian daripada perbelanjaan yang dilakukan adalah tidak perlu dan membazir.

Sebagai contohnya, kita menukar perabut, alat hiasan rumah atau kereta walhal yang lama masih baru dan elok semata-mata kerana kita terpedaya dengan tawaran atau pujukan jurujual sementelahan kita ada wang. Kadang-kadang kita juga melakukannya kerana ingin dilihat lebih dan ingin berlumba-lumba bersaing dengan jiran dan rakan sedangkan kita perlu sedar bersaing sebegini dilarang oleh agama. Sia-sialah ibadat puasa dan pengorbanan sepanjang Ramadhan yang kita lakukan jika ada riak dan sombong walaupun sedikit dalam hati kita. Oleh itu berbelanjalah atas perkara-perkara yang benar-benar perlu sahaja.

4. Melakukan perkara baik tetapi masanya tidak sesuai
Adalah dituntut berhariraya dengan pakaian yang cantik antaranya untuk megelakkan fitnah dan rasa rendah diri antara ahli keluarga dan sesama jiran tetangga. Walaupun begitu ada masanya kita membeli belah pada masa yang tidak sesuai. Kita tidak sepatutnya masih berada di pasar raya atau atas jalan raya sedangkan pada waktu yang sama umat Islam yang lain sedang mengimarahkan masjid dan surau dengan solat tarawih dan lain-lain yang dituntut oleh agama. Jika masih ada keperluan eloklah diselesaikan waktu sianghari sahaja.

Di samping perkara-perkara di atas, banyak lagi yang boleh dijadikan landasan untuk sama-sama bermuhasabah siapakah diri kita. Oleh itu marilah kita segera berusaha melakukan yang terbaik sementara kita masih lagi hidup dan mempunyai kekuatan, kelebihan dan keupayaan dari segi tenaga dan lain-lain, semoga kita akan mendapat keberkatan bukan sahaja di dunia lebih-lebih lagi untuk kehidupan kita di akhirat nanti .

Jadikanlah Ramadhan tahun ini sebagai sebuah simpang dalam menentukan arah dan halatuju kehidupan kita seterusnya.

Sedihnya, Ya Allah! mengapa cepat sangat Ramadhan nak meninggalkan kami.