”Sesungguhnya berlaku sederhana yang paling baik ialah di saat kita kaya, dan sebaik-baik memberi maaf adalah di saat kita berada pada posisi kuat” (Khalifah Umar bin Abdul Aziz).
Itulah jawapan Khalifah Umar bin Abdul Aziz, saat ditanyakan mengapa beliau tidak bermewah-mewahan, seperti tidak menggunakan pakaian mewah. Padahal pada saat itu, Umar adalah seorang khalifah atau pemimpin besar umat, yang memungkinkan untuk bergaya dan hidup mewah. Meskipun bergaya hidup sederhana, Umar tetap mencurahkan segenap pikirannya untuk kemaslahatan rakyat tidaklah secara sederhana, sehingga rakyatnya hidup sejahtera selama sekitar 2 tahun beliau memerintah.
Namun sayangnya kesejahteraan yang dirasakan umat Islam dulu tidak berlanjut hingga saat kita sekarang. Sebahagian besar hidup dalam keadaan melarat. Barangkali ini ada hubungannya dengan gaya hidup pemimpin-pemimpin yang sudah berlaku sebaliknya, iaitu umumnya bergaya hidup mewah tetapi mencurahkan pikiran kepada rakyatnya secara sederhana atau sedikit. Di samping itu, antara mereka saling berseteru dalam memrebutkan jawatan, dan berlanjutan dalam episod membalas dendam ketika berkesempatan berkuasa.
Padahal seorang pemimpin memikul tanggung jawab yang cukup besar terhadap yang dipimpinnya, dunia dan akhirat. Menurut Nabi SAW, “Sesungguhnya kekuasaan itu adalah amanah dan kekuasaan itu di hari kiamat kelak akan menjadi sumber kesedihan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang mengambilnya dengan benar dan menyampaikan kepada mereka yang semestinya” (HR Muslim). Kerana tanggung jawab besar dan panjang itulah, sebahagian pemimpin contoh yang dimunculkan dipersada dunia ini malu untuk hidup mewah di saat rakyatnya melarat dan merasa malu kembali kepada Allah sebelum menyelesaikan urusan-urusannya dengan rakyat secara baik .
Itulah jawapan Khalifah Umar bin Abdul Aziz, saat ditanyakan mengapa beliau tidak bermewah-mewahan, seperti tidak menggunakan pakaian mewah. Padahal pada saat itu, Umar adalah seorang khalifah atau pemimpin besar umat, yang memungkinkan untuk bergaya dan hidup mewah. Meskipun bergaya hidup sederhana, Umar tetap mencurahkan segenap pikirannya untuk kemaslahatan rakyat tidaklah secara sederhana, sehingga rakyatnya hidup sejahtera selama sekitar 2 tahun beliau memerintah.
Namun sayangnya kesejahteraan yang dirasakan umat Islam dulu tidak berlanjut hingga saat kita sekarang. Sebahagian besar hidup dalam keadaan melarat. Barangkali ini ada hubungannya dengan gaya hidup pemimpin-pemimpin yang sudah berlaku sebaliknya, iaitu umumnya bergaya hidup mewah tetapi mencurahkan pikiran kepada rakyatnya secara sederhana atau sedikit. Di samping itu, antara mereka saling berseteru dalam memrebutkan jawatan, dan berlanjutan dalam episod membalas dendam ketika berkesempatan berkuasa.
Padahal seorang pemimpin memikul tanggung jawab yang cukup besar terhadap yang dipimpinnya, dunia dan akhirat. Menurut Nabi SAW, “Sesungguhnya kekuasaan itu adalah amanah dan kekuasaan itu di hari kiamat kelak akan menjadi sumber kesedihan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang mengambilnya dengan benar dan menyampaikan kepada mereka yang semestinya” (HR Muslim). Kerana tanggung jawab besar dan panjang itulah, sebahagian pemimpin contoh yang dimunculkan dipersada dunia ini malu untuk hidup mewah di saat rakyatnya melarat dan merasa malu kembali kepada Allah sebelum menyelesaikan urusan-urusannya dengan rakyat secara baik .