“Sesungguhnya bagi tiap-tiap umat itu ada ujian dan ujian bagi umatku ialah harta” (HR. Imam Tarmizi).
Sejarah manusia memberikan banyak bukti bahwa ujian dengan harta adalah berat. Bukan hanya terhadap orang yang miskin harta yang merasa berat dan gagal dalam ujian itu, tetapi juga orang-orang yang banyak memilikinya juga tetap akan diuji.
Bagi yang sedikit memilikinya cenderung bernafsu atau tergoda dengan harta yang banyak, sehingga berani melakukan apa saja agar tujuannya tercapai. Matlamat menghalalkan segalanya. Sampai ada yang sanggup menjadi saksi palsu atau membela kebathilan karena dijanjikan harta berlimpah. Padahal kata Rasulullah SAW, “Siapa saja yang menjadi saksi untuk merugikan seseorang dengan persaksian yang tidak benar, maka hendaklah menyiapkan tempatnya dalam neraka” (HR. Imam Ahmad).
Bagi orang yang banyak memiliki harta kadangkala menjadi angkuh dan sombong, biasanya jadi bakhil dan kedekut. Di mata orang yang angkuh kerana hartanya, nilai atau darjat seseorang manusia seringkali diukur dari berapa banyak hartanya. Bila menggunakan ukuran demikian, orang-orang yang tidak berharta tidak akan masuk perkiraannya.
Dengan demikian, dua golongan manusia tersebut tidak lulus dalam ujian dengan harta. Yang diperolihinya hanya dengan memuaskan hawa nafsu dan keangkuhan peribadi semata-mata..
Sebaliknya yang lulus dan menang dalam ujian hanyalah orang-orang tertentu sahaja. Iaitu, orang-orang yang sentiasa berdoa agar selalu merasa cukup dengan harta yang halal, meskipun sedikit dan menahan diri dari mencari harta yang haram. Memang bagi kita manusia biasa, tidak mudah mempertahankan diri seperti ini, sehingga perlu sentiasa berdoa agar selalu mampu mendapat rezeki yang halal dan sentiasa bersabarnya dengannya.
Sejarah manusia memberikan banyak bukti bahwa ujian dengan harta adalah berat. Bukan hanya terhadap orang yang miskin harta yang merasa berat dan gagal dalam ujian itu, tetapi juga orang-orang yang banyak memilikinya juga tetap akan diuji.
Bagi yang sedikit memilikinya cenderung bernafsu atau tergoda dengan harta yang banyak, sehingga berani melakukan apa saja agar tujuannya tercapai. Matlamat menghalalkan segalanya. Sampai ada yang sanggup menjadi saksi palsu atau membela kebathilan karena dijanjikan harta berlimpah. Padahal kata Rasulullah SAW, “Siapa saja yang menjadi saksi untuk merugikan seseorang dengan persaksian yang tidak benar, maka hendaklah menyiapkan tempatnya dalam neraka” (HR. Imam Ahmad).
Bagi orang yang banyak memiliki harta kadangkala menjadi angkuh dan sombong, biasanya jadi bakhil dan kedekut. Di mata orang yang angkuh kerana hartanya, nilai atau darjat seseorang manusia seringkali diukur dari berapa banyak hartanya. Bila menggunakan ukuran demikian, orang-orang yang tidak berharta tidak akan masuk perkiraannya.
Dengan demikian, dua golongan manusia tersebut tidak lulus dalam ujian dengan harta. Yang diperolihinya hanya dengan memuaskan hawa nafsu dan keangkuhan peribadi semata-mata..
Sebaliknya yang lulus dan menang dalam ujian hanyalah orang-orang tertentu sahaja. Iaitu, orang-orang yang sentiasa berdoa agar selalu merasa cukup dengan harta yang halal, meskipun sedikit dan menahan diri dari mencari harta yang haram. Memang bagi kita manusia biasa, tidak mudah mempertahankan diri seperti ini, sehingga perlu sentiasa berdoa agar selalu mampu mendapat rezeki yang halal dan sentiasa bersabarnya dengannya.