20 Ramadhan 1431 H
Oleh: Dr. Muhammad bin Abdurrahman al-Khumais
Segala puji bagi Allah. Kepada-Nya kita memuji, meminta pertolongan dan ampunan. Kita berlindung kepada-Nya dari kejahatan jiwa kita dan keburukan perbuatan kita. Siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan siapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak ada yang memberikan petunjuk kepadanya.
Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah, Yang Maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah. Allah Subhaanahu Wata’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah, dan jangan sekali-kali mati kecuali sebagai muslim.” (Ali Imran: 102)
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dari yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.
Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling memin-ta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu” (An-Nisa’:1)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا (70) يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, maka Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu.
Dan barangsiapa menta'ati Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan memperoleh ke-beruntungan yang agung” (Al-Ahzab: 70-71)
Ucapan yang paling benar adalah Kitabullah, se-baik-baik bimbingan adalah bimbingan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,seburuk-buruk perkara adalah perkara yang baru, dan semua yang baru adalah bid’ah, dan semua bid’ah adalah menyesatkan, dan semua yang menyesatkan akan masuk neraka.
Ilmu tauhid itu mempunyai pengaruh yang baik dan jelas dalam kehidupan manusia dan masyarakat, dan juga memiliki buah yang matang yang dapat memberikan pengaruh yang sangat bagus dan agung. Antara lain:
1. Membebaskan Manusia dari Pengabdian kepada Selain Allah.
Tauhid adalah pengabdian manusia kepada Penciptanya, yaitu Allah Subhaanahu Wata'ala Yang Maha Esa. Sedangkan kemusyrikan adalah pengabdian kepada makhluk sesamanya yang tidak memiliki kekuatan untuk membahayakan atau memberikan manfaat kepada dirinya sendiri. Makhluk itu juga tidak memiliki kemampuan untuk mati, hidup dan bangkir dari kuburnya.
Tauhid merupakan pembebasan akal manusia dari khurafat. Pembebasan hati dan jiwa manusia dari kehinaan, dan pembebasan kehidupan manusia secara keseluruhan dari penguasaan syetan dan hal-hal yang menganggap dirinya sebagai tuhan.
Inilah yang diketahui oleh orang-orang musyrik tentang konotasi لا إله إلا الله (Tidak ada Tuhan selain Allah). Karenanya orang-orang musyrik selalu memusuhi dan memerangi para rasul.
2. Menekankan Keseimbangan Antara Perilaku dan Perbuatan.
Semua gerak yang dilakukan oleh sorang muslim dalam setiap aktifitasnya dan detik-detik kehidupannya adalah dalam rangka memperoleh ridha Allah.
Dan hal itu terjadi pada setiap kondisinya. Dengan demikian jiwanya yang tidak dapat dibagi-bagi antara beberapa tuhan di mana ia harus berupaya memberikan kepuasan kepada semuanya. Allah Subhaanahu Wata'ala berfirman:
ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا رَجُلًا فِيهِ شُرَكَاءُ مُتَشَاكِسُونَ وَرَجُلًا سَلَمًا لِرَجُلٍ هَلْ يَسْتَوِيَانِ مَثَلًا
“Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak yang menjadi milik penuh dari seorang laki-laki (saja); Adakah kedua budak itu sama halnya.” (Az-Zumar: 29)
3. Mewujudkan Jiwa yang Aman, Damai dan Tangguh
Allah Subhaanahu Wata'ala berfiman:
وَكَيْفَ أَخَافُ مَا أَشْرَكْتُمْ وَلَا تَخَافُونَ أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُمْ بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا فَأَيُّ الْفَرِيقَيْنِ أَحَقُّ بِالْأَمْنِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (81) الَّذِينَ آَمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
“Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak takut mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujjah kepadamu untuk mempersekutukan-Nya.
Maka, manakah di antara dua golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui. Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Al-An’am: 81-82)
Orang yang beriman selalu bertawakkal kepada Allah dan selalu berlindung kepada-Nya. Ia tahu bahwa Allah adalah yang memiliki semua kekuasaan. Sikap seperti ini akan memberikan rasa aman dalam dirinya, percaya penuh kepada Allah, selalu berserah diri kepada-Nya, dan hatinya selalu merasa tentram.
Betapa tidak, ia sendiri mengetahui bahwa semua manusia tidak ada yang memiliki kekuasaan apa-apa. Hanya Allah sajalah yang memiliki kekuasaan yang mutlak. Perhatikan ucapan Nabi Nuh ‘alaihis salam kepada kaumnya:
يَا قَوْمِ إِنْ كَانَ كَبُرَ عَلَيْكُمْ مَقَامِي وَتَذْكِيرِي بِآَيَاتِ اللَّهِ فَعَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْتُ فَأَجْمِعُوا أَمْرَكُمْ وَشُرَكَاءَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُنْ أَمْرُكُمْ عَلَيْكُمْ غُمَّةً ثُمَّ اقْضُوا إِلَيَّ وَلَا تُنْظِرُونِ
“Hai kaumku, jika terasa berat bagimu tinggal (bersamaku) dan peringatanku (kepadamu) dengan ayat-ayat Allah, maka kepada Allah-lah aku bertawakkal, karena itu bulatkanlah keputusanmu dan (kumpulkanlah) sekutu-sekutumu (untuk membinasakanku).
Kemudian janganlah keputusanmu itu dirahasiakan, lalu lakukanlah terhadap diriku, dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku.” (QS. Yunus: 71)
Nabi Hud ‘alaihis salam berkata kepada kaumnya:
فَكِيدُونِي جَمِيعًا ثُمَّ لَا تُنْظِرُونِ (55) إِنِّي تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ رَبِّي وَرَبِّكُمْ مَا مِنْ دَابَّةٍ إِلَّا هُوَ آَخِذٌ بِنَاصِيَتِهَا إِنَّ رَبِّي عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Oleh sebab itu, lakukanlah tipu dayamu semuanya kepadaku dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku.
Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melatapun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus.” (Hud: 55-56)
Begitulah jiwa para nabi itu telah memiliki rasa percaya, tentram dan aman, karena ia mengetahui kekuasaan Allah dan keagungan-Nya.
Ia mengetahui kehinaan sifat makhluk dan mengetahui bahwa makhluk itu tidak mempunyai kekuasaan apapun.
4. Menanamkan Prinsip Persaudaraan dan Persamaan
Islam adalah agama tauhid, Islam menjadikan manusia semuanya tunduk kepada Tuhan mereka. Tidak dibenarkan seseorang mempertuhankan orang lain, selain Allah. Dan tidak dibenarkan pula seseorang memperhambakan yang lain.
Tetapi manusia semuanya sama dalam hal kemanusiaannya, dan sebagai makhluk biologis. Dan semua orang yang mengesakan Allah sama kewajiban dan hak-haknya.
Tidak ada kelebihan bagi sebagian orang atas yang lain, kecuali karena ketaqwaannya dan amal-amalnya yang saleh.
Tidak ada keistimewaan dalam Islam karena warna kulit, kebangsaan, pekerjaan dan lain-lain. Allah berfirman:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu semua menurut Allah adalah orang yang paling taqwa di antara kamu.” (Al-Hujurat: 13)
Bahaya Kemusyrikan
Apabila tauhid memberi pengaruh dan membuahkan hal-hal yang positif, maka di sisi lain kemusyrikan justru akan mendatangkan bahaya-bahaya dan kerusakan-kerusakan sebagai berikut:
1. Pelecehan Martabat Manusia
Apabila seseorang menyembah kepada sesama makhluk, selain Allah, sementara makhluk yang disembah itu tidak dapat memberinya manfaat maupun menimpakan bahaya, tetapi ia dijadikan sebagai sesembahan yang ditaati, padahal ia adalah sama-sama makhluk seperti juga yang menyembah,
yang tidak memiliki kekuasaan apa-apa, bahkan terkadang yang disembah itu lebih rendah martabatnya daripada yang menyembah, seperti sapi betina, pohon, batu dan lain-lain; maka apakah layak seorang manusia yang diberi akal dan terhormat melakukan hal seperti itu? Itulah kemusyrikan. Dan apakah ada pelecehan terhadap martabat manusia yang lebih parah dari kemusyrikan itu.
2. Membenarkan Khurafat
Hal ini dapat terjadi manakala manusia berkeyakinan, bahwa makhluk itu dapat memberikan manfaat dan menimpakan bahaya kepada yang lain, seperti halnya Allah. Kemudian dari keyakinan itu timbul cerita-cerita khurafat, takhayul dan kisah-kisah batil yang tidak dapat diterima oleh akal manusia dan tidak dapat dibenarkan oleh hati sanubari manusia.
3. Syirik adalah Kezhaliman yang Terbesar
Allah Subhaanahu Wata'ala, berfirman:
وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zhalim.” (Al-Baqarah: 254)
Allah Subhaanahu Wata'ala, berfirman:
إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya kemusyrikan itu adalah kezhaliman yang agung.” (Lukman: 13)
Mana ada kezhaliman yang lebih besar daripada sikap seseorang yang diciptakan oleh Allah, tetapi justru ia menyembah selain Allah? Atau ada orang diberi rizki oleh Allah, tetapi justru berterima kasih kepada selain Allah.
Zhalim seperti ini adalah menzhalimi diri sendiri, karena ia menjadi terhalang untuk memperoleh kesenangan, kenikmatan dan kehidupan hatinya dari buah tauhid. Sementara di sisi lain, dirinya sendiri dibebani dengan siksaan yang sebenarnya ia tidak mampu memikulnya.
Allah Subhaanahu Wata'ala berfiman:
وَمَا ظَلَمَهُمُ اللَّهُ وَلَكِنْ أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
“Allah tidak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (Ali Imran: 117)
4. Syirik Menimbulkan Rasa Takut
Hal itu karena orang yang musyrik (menyekutukan Allah dengan yang lain) tidak memiliki rasa percaya kepada Allah, ia juga tidak berserah diri kepada Allah. Ia justru gelisah dengan jiwa tak berketetapan antara klenik, khurafat dan takhayul. Ia takut akan segala sesuatu.
Ia khawatir akan kehidupannya dan rezekinya. Ia takut akan segala-galanya dan khawatir terhadap segala-galanya. Inilah kehidupan yang paling buruk.
5. Menyebarkan Hal-hal yang Negatif dalam Kehidupan Manusia.
Orang yang musyrik selalu tidak percaya kepada diri sendiri, setelah tidak percaya kepada Allah. Ia selalu mengandalkan orang lain sebagai penolong dan perantara, seperti kepercayaan orang-orang Nashrani tentang al-Masih ‘alaihis salam. Akibatnya, banyak potensi yang ada pada dirinya tidak digunakan sama sekali.
6. Masuk Neraka
Kemusyrikan adalah penyebab utama untuk masuk neraka. Allah Subhaanahu Wata'ala, berfiman:
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka pasti Allah akan mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya adalah neraka. Tidak ada orang-orang zhalim itu seorang penolongpun.” (Al-Maidah: 72)
Tauhid adalah penyebab utama masuk surga. Karena orang yang musyrik tidak mempunyai masa depan kecuali neraka, karena dosa kemusyrikan itu tidak akan diampuni selamanya. Allah Subhaanahu Wata'ala berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik.” (An-Nisa: 48)
Inilah bahaya-bahaya kemusyrikan dan pengaruh-pengaruh buruk yang ditimbulkannya pada kehidupan manusia di dunia maupun di akhirat. Seperti sudah diketahui, kemusyrikan adalah masalah yang paling banyak diperingatkan oleh Al-Qur’an.
Dengan bukti-bukti dan tanda-tanda kebesaran Allah, Al-Qur’an juga menjelaskan kebatilan. Al-Qur’an juga menjelaskan, bahwa orang-orang yang melakukan kemusyrikan akan dilaknat oleh Allah, dan akan dimasukkan ke dalam neraka secara pasti.
Al-Qur’an juga banyak menuturkan bahaya-bahaya dan kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan oleh syirik, begitu pula pengaruh buruk yang ditimbulkannya
Oleh karena itu, saya bermaksud untuk menjelaskan sebagian dari upaya yang telah dilakukan oleh para ulama dari madzhab Syafi’i yang menerangkan masalah syirik, wasilah (penyebab)nya, bentuk-bentuknya dan lain-lain, berdasarkan apa yang saya baca dari kitab-kitab yang mereka tulis.
Ulama Syafi'iyah adalah para ulama dalam masalah fiqih mengikuti seorang imam yang dalam ilmunya, luhur derajatnya, yang merupakan tokoh lapisan generasi ke sembilan dan pembaharu bidang agama pada akhir abad ke dua [Lihat Tahdzib at-Tahdzib, II/31,134]. Ia salah satu dari imam-imam empat yang banyak pengikutnya, yang dilahirkan pada tahun 150 H.
Madzhab Syafi'i ini tersebar di Iraq, Syam, Mesir, Hijaz, Yaman dan lain-lain. Bahkan negara-negara Islam sampai hari ini tetap menjadikan madzhab Syafi'i ini sebagai madzhab resmi negara. Semoga Allah memberikan rahmat-Nya dan pahala yang agung kepada imam yang mulia ini.
Selanjutnya, pembahasan buku ini saya bagi menjadi empat pembahasan sebagai berikut:
Pertama : Tentang pengertian syirik menurut sebagian ulama madzhad Syafi'i.
Ke dua : Menerangkan macam-macam syirik menurut sebagian madzhab Syafi'i.
Ke tiga : Menerangkan tentang wasilah-wasilah (hal-hal yang dapat menyebabkan) syirik yang diperingatkan oleh ulama madzhab Syafi'i dalam rangka menjaga tauhid.
Ke empat : Menerangkan tentang contoh-contoh syirik yang diperingatkan oleh ulama madzhab Syafi'i
Akhirnya saya memohon kepada Allah agar buku ini bermanfaat bagi semua umat Islam, dan mudah-mudahan dicatat dalam timbangan amal kebaikan kita pada Hari Kiamat, karena Allah adalah yang memberikan kecukupan kepada kita dan sebaik-baik Dzat kepada-Nya kita titipkan diri. Sebagai penutup do’a kita, Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin.
Oleh: Dr. Muhammad bin Abdurrahman al-Khumais
Segala puji bagi Allah. Kepada-Nya kita memuji, meminta pertolongan dan ampunan. Kita berlindung kepada-Nya dari kejahatan jiwa kita dan keburukan perbuatan kita. Siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan siapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak ada yang memberikan petunjuk kepadanya.
Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah, Yang Maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah. Allah Subhaanahu Wata’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah, dan jangan sekali-kali mati kecuali sebagai muslim.” (Ali Imran: 102)
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dari yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.
Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling memin-ta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu” (An-Nisa’:1)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا (70) يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, maka Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu.
Dan barangsiapa menta'ati Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan memperoleh ke-beruntungan yang agung” (Al-Ahzab: 70-71)
Ucapan yang paling benar adalah Kitabullah, se-baik-baik bimbingan adalah bimbingan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,seburuk-buruk perkara adalah perkara yang baru, dan semua yang baru adalah bid’ah, dan semua bid’ah adalah menyesatkan, dan semua yang menyesatkan akan masuk neraka.
Ilmu tauhid itu mempunyai pengaruh yang baik dan jelas dalam kehidupan manusia dan masyarakat, dan juga memiliki buah yang matang yang dapat memberikan pengaruh yang sangat bagus dan agung. Antara lain:
1. Membebaskan Manusia dari Pengabdian kepada Selain Allah.
Tauhid adalah pengabdian manusia kepada Penciptanya, yaitu Allah Subhaanahu Wata'ala Yang Maha Esa. Sedangkan kemusyrikan adalah pengabdian kepada makhluk sesamanya yang tidak memiliki kekuatan untuk membahayakan atau memberikan manfaat kepada dirinya sendiri. Makhluk itu juga tidak memiliki kemampuan untuk mati, hidup dan bangkir dari kuburnya.
Tauhid merupakan pembebasan akal manusia dari khurafat. Pembebasan hati dan jiwa manusia dari kehinaan, dan pembebasan kehidupan manusia secara keseluruhan dari penguasaan syetan dan hal-hal yang menganggap dirinya sebagai tuhan.
Inilah yang diketahui oleh orang-orang musyrik tentang konotasi لا إله إلا الله (Tidak ada Tuhan selain Allah). Karenanya orang-orang musyrik selalu memusuhi dan memerangi para rasul.
2. Menekankan Keseimbangan Antara Perilaku dan Perbuatan.
Semua gerak yang dilakukan oleh sorang muslim dalam setiap aktifitasnya dan detik-detik kehidupannya adalah dalam rangka memperoleh ridha Allah.
Dan hal itu terjadi pada setiap kondisinya. Dengan demikian jiwanya yang tidak dapat dibagi-bagi antara beberapa tuhan di mana ia harus berupaya memberikan kepuasan kepada semuanya. Allah Subhaanahu Wata'ala berfirman:
ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا رَجُلًا فِيهِ شُرَكَاءُ مُتَشَاكِسُونَ وَرَجُلًا سَلَمًا لِرَجُلٍ هَلْ يَسْتَوِيَانِ مَثَلًا
“Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak yang menjadi milik penuh dari seorang laki-laki (saja); Adakah kedua budak itu sama halnya.” (Az-Zumar: 29)
3. Mewujudkan Jiwa yang Aman, Damai dan Tangguh
Allah Subhaanahu Wata'ala berfiman:
وَكَيْفَ أَخَافُ مَا أَشْرَكْتُمْ وَلَا تَخَافُونَ أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُمْ بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا فَأَيُّ الْفَرِيقَيْنِ أَحَقُّ بِالْأَمْنِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (81) الَّذِينَ آَمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
“Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak takut mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujjah kepadamu untuk mempersekutukan-Nya.
Maka, manakah di antara dua golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui. Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Al-An’am: 81-82)
Orang yang beriman selalu bertawakkal kepada Allah dan selalu berlindung kepada-Nya. Ia tahu bahwa Allah adalah yang memiliki semua kekuasaan. Sikap seperti ini akan memberikan rasa aman dalam dirinya, percaya penuh kepada Allah, selalu berserah diri kepada-Nya, dan hatinya selalu merasa tentram.
Betapa tidak, ia sendiri mengetahui bahwa semua manusia tidak ada yang memiliki kekuasaan apa-apa. Hanya Allah sajalah yang memiliki kekuasaan yang mutlak. Perhatikan ucapan Nabi Nuh ‘alaihis salam kepada kaumnya:
يَا قَوْمِ إِنْ كَانَ كَبُرَ عَلَيْكُمْ مَقَامِي وَتَذْكِيرِي بِآَيَاتِ اللَّهِ فَعَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْتُ فَأَجْمِعُوا أَمْرَكُمْ وَشُرَكَاءَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُنْ أَمْرُكُمْ عَلَيْكُمْ غُمَّةً ثُمَّ اقْضُوا إِلَيَّ وَلَا تُنْظِرُونِ
“Hai kaumku, jika terasa berat bagimu tinggal (bersamaku) dan peringatanku (kepadamu) dengan ayat-ayat Allah, maka kepada Allah-lah aku bertawakkal, karena itu bulatkanlah keputusanmu dan (kumpulkanlah) sekutu-sekutumu (untuk membinasakanku).
Kemudian janganlah keputusanmu itu dirahasiakan, lalu lakukanlah terhadap diriku, dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku.” (QS. Yunus: 71)
Nabi Hud ‘alaihis salam berkata kepada kaumnya:
فَكِيدُونِي جَمِيعًا ثُمَّ لَا تُنْظِرُونِ (55) إِنِّي تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ رَبِّي وَرَبِّكُمْ مَا مِنْ دَابَّةٍ إِلَّا هُوَ آَخِذٌ بِنَاصِيَتِهَا إِنَّ رَبِّي عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Oleh sebab itu, lakukanlah tipu dayamu semuanya kepadaku dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku.
Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melatapun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus.” (Hud: 55-56)
Begitulah jiwa para nabi itu telah memiliki rasa percaya, tentram dan aman, karena ia mengetahui kekuasaan Allah dan keagungan-Nya.
Ia mengetahui kehinaan sifat makhluk dan mengetahui bahwa makhluk itu tidak mempunyai kekuasaan apapun.
4. Menanamkan Prinsip Persaudaraan dan Persamaan
Islam adalah agama tauhid, Islam menjadikan manusia semuanya tunduk kepada Tuhan mereka. Tidak dibenarkan seseorang mempertuhankan orang lain, selain Allah. Dan tidak dibenarkan pula seseorang memperhambakan yang lain.
Tetapi manusia semuanya sama dalam hal kemanusiaannya, dan sebagai makhluk biologis. Dan semua orang yang mengesakan Allah sama kewajiban dan hak-haknya.
Tidak ada kelebihan bagi sebagian orang atas yang lain, kecuali karena ketaqwaannya dan amal-amalnya yang saleh.
Tidak ada keistimewaan dalam Islam karena warna kulit, kebangsaan, pekerjaan dan lain-lain. Allah berfirman:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu semua menurut Allah adalah orang yang paling taqwa di antara kamu.” (Al-Hujurat: 13)
Bahaya Kemusyrikan
Apabila tauhid memberi pengaruh dan membuahkan hal-hal yang positif, maka di sisi lain kemusyrikan justru akan mendatangkan bahaya-bahaya dan kerusakan-kerusakan sebagai berikut:
1. Pelecehan Martabat Manusia
Apabila seseorang menyembah kepada sesama makhluk, selain Allah, sementara makhluk yang disembah itu tidak dapat memberinya manfaat maupun menimpakan bahaya, tetapi ia dijadikan sebagai sesembahan yang ditaati, padahal ia adalah sama-sama makhluk seperti juga yang menyembah,
yang tidak memiliki kekuasaan apa-apa, bahkan terkadang yang disembah itu lebih rendah martabatnya daripada yang menyembah, seperti sapi betina, pohon, batu dan lain-lain; maka apakah layak seorang manusia yang diberi akal dan terhormat melakukan hal seperti itu? Itulah kemusyrikan. Dan apakah ada pelecehan terhadap martabat manusia yang lebih parah dari kemusyrikan itu.
2. Membenarkan Khurafat
Hal ini dapat terjadi manakala manusia berkeyakinan, bahwa makhluk itu dapat memberikan manfaat dan menimpakan bahaya kepada yang lain, seperti halnya Allah. Kemudian dari keyakinan itu timbul cerita-cerita khurafat, takhayul dan kisah-kisah batil yang tidak dapat diterima oleh akal manusia dan tidak dapat dibenarkan oleh hati sanubari manusia.
3. Syirik adalah Kezhaliman yang Terbesar
Allah Subhaanahu Wata'ala, berfirman:
وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zhalim.” (Al-Baqarah: 254)
Allah Subhaanahu Wata'ala, berfirman:
إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya kemusyrikan itu adalah kezhaliman yang agung.” (Lukman: 13)
Mana ada kezhaliman yang lebih besar daripada sikap seseorang yang diciptakan oleh Allah, tetapi justru ia menyembah selain Allah? Atau ada orang diberi rizki oleh Allah, tetapi justru berterima kasih kepada selain Allah.
Zhalim seperti ini adalah menzhalimi diri sendiri, karena ia menjadi terhalang untuk memperoleh kesenangan, kenikmatan dan kehidupan hatinya dari buah tauhid. Sementara di sisi lain, dirinya sendiri dibebani dengan siksaan yang sebenarnya ia tidak mampu memikulnya.
Allah Subhaanahu Wata'ala berfiman:
وَمَا ظَلَمَهُمُ اللَّهُ وَلَكِنْ أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
“Allah tidak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (Ali Imran: 117)
4. Syirik Menimbulkan Rasa Takut
Hal itu karena orang yang musyrik (menyekutukan Allah dengan yang lain) tidak memiliki rasa percaya kepada Allah, ia juga tidak berserah diri kepada Allah. Ia justru gelisah dengan jiwa tak berketetapan antara klenik, khurafat dan takhayul. Ia takut akan segala sesuatu.
Ia khawatir akan kehidupannya dan rezekinya. Ia takut akan segala-galanya dan khawatir terhadap segala-galanya. Inilah kehidupan yang paling buruk.
5. Menyebarkan Hal-hal yang Negatif dalam Kehidupan Manusia.
Orang yang musyrik selalu tidak percaya kepada diri sendiri, setelah tidak percaya kepada Allah. Ia selalu mengandalkan orang lain sebagai penolong dan perantara, seperti kepercayaan orang-orang Nashrani tentang al-Masih ‘alaihis salam. Akibatnya, banyak potensi yang ada pada dirinya tidak digunakan sama sekali.
6. Masuk Neraka
Kemusyrikan adalah penyebab utama untuk masuk neraka. Allah Subhaanahu Wata'ala, berfiman:
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka pasti Allah akan mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya adalah neraka. Tidak ada orang-orang zhalim itu seorang penolongpun.” (Al-Maidah: 72)
Tauhid adalah penyebab utama masuk surga. Karena orang yang musyrik tidak mempunyai masa depan kecuali neraka, karena dosa kemusyrikan itu tidak akan diampuni selamanya. Allah Subhaanahu Wata'ala berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik.” (An-Nisa: 48)
Inilah bahaya-bahaya kemusyrikan dan pengaruh-pengaruh buruk yang ditimbulkannya pada kehidupan manusia di dunia maupun di akhirat. Seperti sudah diketahui, kemusyrikan adalah masalah yang paling banyak diperingatkan oleh Al-Qur’an.
Dengan bukti-bukti dan tanda-tanda kebesaran Allah, Al-Qur’an juga menjelaskan kebatilan. Al-Qur’an juga menjelaskan, bahwa orang-orang yang melakukan kemusyrikan akan dilaknat oleh Allah, dan akan dimasukkan ke dalam neraka secara pasti.
Al-Qur’an juga banyak menuturkan bahaya-bahaya dan kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan oleh syirik, begitu pula pengaruh buruk yang ditimbulkannya
Oleh karena itu, saya bermaksud untuk menjelaskan sebagian dari upaya yang telah dilakukan oleh para ulama dari madzhab Syafi’i yang menerangkan masalah syirik, wasilah (penyebab)nya, bentuk-bentuknya dan lain-lain, berdasarkan apa yang saya baca dari kitab-kitab yang mereka tulis.
Ulama Syafi'iyah adalah para ulama dalam masalah fiqih mengikuti seorang imam yang dalam ilmunya, luhur derajatnya, yang merupakan tokoh lapisan generasi ke sembilan dan pembaharu bidang agama pada akhir abad ke dua [Lihat Tahdzib at-Tahdzib, II/31,134]. Ia salah satu dari imam-imam empat yang banyak pengikutnya, yang dilahirkan pada tahun 150 H.
Madzhab Syafi'i ini tersebar di Iraq, Syam, Mesir, Hijaz, Yaman dan lain-lain. Bahkan negara-negara Islam sampai hari ini tetap menjadikan madzhab Syafi'i ini sebagai madzhab resmi negara. Semoga Allah memberikan rahmat-Nya dan pahala yang agung kepada imam yang mulia ini.
Selanjutnya, pembahasan buku ini saya bagi menjadi empat pembahasan sebagai berikut:
Pertama : Tentang pengertian syirik menurut sebagian ulama madzhad Syafi'i.
Ke dua : Menerangkan macam-macam syirik menurut sebagian madzhab Syafi'i.
Ke tiga : Menerangkan tentang wasilah-wasilah (hal-hal yang dapat menyebabkan) syirik yang diperingatkan oleh ulama madzhab Syafi'i dalam rangka menjaga tauhid.
Ke empat : Menerangkan tentang contoh-contoh syirik yang diperingatkan oleh ulama madzhab Syafi'i
Akhirnya saya memohon kepada Allah agar buku ini bermanfaat bagi semua umat Islam, dan mudah-mudahan dicatat dalam timbangan amal kebaikan kita pada Hari Kiamat, karena Allah adalah yang memberikan kecukupan kepada kita dan sebaik-baik Dzat kepada-Nya kita titipkan diri. Sebagai penutup do’a kita, Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan