Mengadu domba (An-Naminah)
Naminah adalah menyampaikan perkataan suatu kaum kepada kaum yang lain untuk menimbulkan kerosakan antara mereka. Sesungguhnya Allah telah mencela orang yang memiliki sifat ini, dan melarang mendengarkan perkataan, Allah berfirman:
“Dan jangan engkau ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina. Yang banyak mencela, yang suka menyebar fitnah. Yang sangat enggan berbuat baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa.” (Al-Qalam : 10-12)
Firman-Nya (yang suka menyebar fitnah) maksudnya dia mengadu domba antara manusia, menghasut dan memfitnah antara mereka, sebagaimana di sebutkan di dalam tafsir Ibnu katsir
Namimah termasuk dosa besar, dalam Ash-shahihain dari ibnu Abbas disebutkan:
Naminah adalah menyampaikan perkataan suatu kaum kepada kaum yang lain untuk menimbulkan kerosakan antara mereka. Sesungguhnya Allah telah mencela orang yang memiliki sifat ini, dan melarang mendengarkan perkataan, Allah berfirman:
“Dan jangan engkau ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina. Yang banyak mencela, yang suka menyebar fitnah. Yang sangat enggan berbuat baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa.” (Al-Qalam : 10-12)
Firman-Nya (yang suka menyebar fitnah) maksudnya dia mengadu domba antara manusia, menghasut dan memfitnah antara mereka, sebagaimana di sebutkan di dalam tafsir Ibnu katsir
Namimah termasuk dosa besar, dalam Ash-shahihain dari ibnu Abbas disebutkan:
“Rasulullah SAW lalu di berhampiran dua kubur dan kedua penghuninya sedang diseksa. Dan keduanya tidaklah diseksa kerana perkaran yang besar – sesungguhnya itu adalah azab yang benar - Adapun salah satunya berjalan di antara manusia dengan mengadu domba. Adapun yang lain, tidak menjaga dirinya dari air kencing
Sabda beliau: “Keduanya tidaklah di seksa kerana perkara yang besar maksudnya namimah dan tidak membersihkan diri dari najis kencing adalah pebuatan yang kecil, ringan atau mudah menjauhi keduanya akan tetapi azabnya sangat keras.
Iman Bukhari berkata (10/6056):
Abu Nu’aim telah berkata kepada kami: Sufyan telah berkata kepada kami dari manshur, dari Ibrahim, dari Hamam, dia berkata: kami bersama Hudzaifah, maka dikatakan kepadanya bahawa sesungguhnya seseorang menyandarkan hadis itu sampai ke Usman maka Hudzaifah berkata: saya mendengar nabi Bersabda:
“Qattat tidak akan masuk surga”
Sabda beliau “Qattat” ditafsirkan oleh hadits riwayat muslim
“seseorang mengadu domba tidak akan masuk syurga “
Di sebutkan bahwa Qattat adalah orang yang mendengar sesuatu secara sembunyi-sembunyi (mencuri dengar) kemudian menyampaikan apa yang di dengarnya.
Para pengadu domba dikhabarkan tidak masuk syurga demikian pula dalil-dalil tentang ancaman seperti ini menjadi syubhat (keracunan) bagi orang-orang khawarij yang mengkafirkan pelaku maksiat walaupun dia seorang yang mengesakan allah,
Syubhat ini dijawab dengan firman Allah:
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan-Nya dan Allah mengampuni dosa selain syirik itu bagi siapa yang Allah kehendaki.”(An-Nisa : 116)
Allah menjadikan doa-dosa itu di bawah kehendak-Nya. Jika Allah menghendaki maka Allah mengampuninya dan jika Allah menghendaki maka Allah menyeksa sesuai kadar dosanya, kemudian tempat kembalinya adalah syurga, kecuali syirik. Kerana pelaku syirik akan kekal di neraka.
Iman Bukhari berkata (1/64) : Abdul Yaman telah mengkhabarkan kepada kami dia berkata: syu’aib telah mengkhabarkan kepada kami dari Az-zuhri, dia berkata: Abu idris ’A’idzullah bin Abdullah telah mengkhabarkan kepada saya bahawa ‘Ubadah bin Ash-shamit dia mengikuti perang badr dan merupakan salah seorang naqib (pemimpin kaum) pada malam ‘Aqabah – bahawa Rasullah berkata di sekitar beliau ada sekelompok sahabat.
Berbai’atlah kepadaku bahwa janganlah kamu menyekutukan Allah dengan sesuatupun, janganlah mencuri, jangan berzina, janganlah membunuh anak-anak kamu, janganlah membuat dusta yang kamu ada-adakan antara tangan-tangan dan kaki-kaki kamu dan janganlah kamu derhaka dalam hal kebaikan. Barang siapa antara kamu yang memenuhi bai’atnya maka pahalanya di sisi Allah dan barang siapa yang melakukan salah satu hal itu lalu dia di seksa di dunia maka hal itu menjadi kaffarah (penghapus dosa) baginya dan barang siapa yang melakukan sesuatu yang terlarang itu kemudian Allah menutupinya maka perkaranya dikembalikan kepada Allah. Jika Allah menghendaki maka Allah memaafkan dan jika Allah menghendaki maka Allah menyeksa maka kami berbai’at kepadaku di atas demikian itu,”
Nabi mengkhabarkan bahawa dosa-dosa itu berada di bawah kehendak Allah, jika dia berkehendak maka dia menyeksanya, dan jika dia berkehendak maka dia mengampuninya.
Dalil-dalil tentang ancaman yang tidak masuk surga seorang yang bertauhid jika dia melakukan dosa besar, berkemungkinan bahwa di dalamnya ada kalimat yang dihilangkan, dan kalimat lengkapnya : jika Alah membalasnya; atau bahawa ia tidak langsung masuk syurga, dia diseksa dahulu sesuai kadar dosanya kecuali jika Allah mengampuninya, kemudian tempat kembalinya adalah surga, atau bahawasanya jika dia menganggap halal perbuatan itu, bererti dia telah mendustakan dalil, sama ada dia melakukan atau tidak.
Disebutkan daripada sebahagian ulama salaf bahwa dalil tentang ancaman ditetapkan sebagaimana adanya dan tidak dipertentangkan maknanya. Kerana hal itu akan lebih mengena dalam memberi peringatan, (hukum suatu perkara dalam) agama tidak hanya diambil dari suatu dalil, namun diambil dari semua sisi dalilnya, Allah berfirman :
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamuke dalam islam secara keseluruhannya,” (al-Baqarah : 208)
Tatkala orang-orang khawarij hanya memegang dalil yang memberikan ancaman dan meninggalkan dalil yang mengandungi harapan, mereka sesat dan menyesatkan, dan mereka disepakati oleh mu’tazilah dalam menghukumi bahwa pelaku dosa besar di akhirat nanti akan kekal di neraka namun mereka berselisih dengan orang-orang khawarij yang berkata: “kami menamakan kafir” sedangkan orang-orang Mu’tazilah berkata: “kami menamakan fasik”.
Bantahan terhadap orang-orang Mu’tazilah: Allah berfirman;
“Dia-lah yang menciptakan kamu, maka di antara kamuada yang kafir dan ada pula yang beriman.” (At-taghabun : 2)
Allah membagi manusia menjadi dua : kafir atau mukmin. Allah tidaklah membahagi mereka menjadi tiga bahagian kita berlindung kepada Allah daripada kehinaan.
Akan tetapi ahlus sunnah adalah orang-orang yang di sucikan oleh Allah dengan berfirman;
“Dan demikian (pula) kami telah menjadikan kalian (umat Islam) sebagai umat yang adil dan pilihan, agar kalian menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas perbuatan kalian.” (Al-Baqarah:143)
Al-wasath maknanya yang terpilih, mereka bimbang bahawa orang yang berbuat jahat akan diseksa, dan mereka mengharapkan, balasan syurga bagi pelaku kebaikan.
Untuk mendapatkan tambahan penjelasan dalam masalah ini, silakan merujuk syarah al-‘Aqidah ath thahawiyyah (hal, 316 dan yang setelahnya).
Masalah namimah adalah masalah yang sangat berbahaya. Namimah dapat merosak hubungan antara dua kawan dan hubungan persaudaraan yang sangat kuat.
Janganlah engkau memperluas namimah di antara dua kawan, yang kerananya dua sahabat akan saling membenci
Namimah mendatangkan kerosakan dan pemusuhan, padahal sugguh Allah telah melarang melakukan kerusakan, Allah berfirman:
“Dan janganlah kamu bermaharajalela di muka bumi membuat kerosakan.” (al-A’raf : 74)
Orang yang membuat kerosakan tidak dicintai oleh Allah. Allah berfirman:
“Dan janganlah engkau berbuat kerosakan di (muka) bumi, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerosakan,” (al-Qashash : 77)
Bahkan allah telah memerintahkan melakukan pembaikan. Allah berfirman :
“Maka bertaqwalah kapada Allah dan perbaikilah hubungan antara kalian.” (Al-anfal : 1)
Dan allah berfirman:
“Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang maka damaikanlah antara keduanya.“ (al-Hujurat : 9)
dan Allah berfirman:
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan mereka, kecuali bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia, dan barang siapa yang berbuat demikian karena mencari keredhaan Allah, maka kelak kami memberinya pahala yang besar.” (an-Nisa : 114)
Allah telah memberi anugerah kepada hamba-hamba-Nya iaitu dua menyatukan hati mereka. Allah berfirman;
“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali Allah (agama Islam) dan janganlah kamu bercerai-berai dan kenanglah nikmat Allah kepada kamu ketika kamu bermusuh-musuhan (semasa jahiliah dahulu), lalu Allah menyatukan di antara hati kamu (sehingga kamu bersatu-padu dengan nikmat Islam), maka menjadilah kamu dengan nikmat Allah itu orang-orang Islam yang bersaudara dan kamu dahulu telah berada di tepi jurang Neraka (disebabkan kekufuran kamu semasa jahiliah), lalu Allah selamatkan kamu dari Neraka itu (disebabkan nikmat Islam juga). Demikianlah Allah menjelaskan kepada kamu ayat-ayat keteranganNya, supaya kamu mendapat petunjuk hidayat-Nya.” (Ali-Imran : 103)
http://salafy.or.id/
Tiada ulasan:
Catat Ulasan