Pedagang yang menyorok barang jualannya dan menantikan mahalnya harga, lalu dijualnya dengan harga tinggi saat itu, perbuatannya adalah penganiayaan keji yang bahayanya merata pada umat (Imam Al Ghazali).
Islam tidak melarang manusia untuk berdagang. Malah dianjurkan sebagai salah satu cara mencari nafkah yang halal, asalkan dilakukan dengan benar dan jujur. Menurut Rasulullah SAW, berlaku benar dan jujur dalam berdagang, antara lain dengan tidak melakukan penipuan dengan sumpah palsu, tidak melakukan penimbunan, tidak menyembunyikan kecacatan pada barang dagangan, dan sejenisnya, akan dilimpahkan keberkatan oleh Allah, sebagaimana sabda Rasulullah, Dua orang yang berjual beli itu akan dilimpahkan rahmat Allah apabila berbuat benar dan berlaku jujur dalam berjual belinya itu. Tetapi apabila keduanya itu menutupi cela dan berdusta, maka diambillah keberkatan jual beli mereka (HR Bukhari dan Muslim).
Hilangnya berkat pada perbuatan manusia pertanda pudarnya nilai-nilai ketaqwaan pada pelakunya. Sebab, seseorang yang bertaqwa dapat dilihat dari kesetiaannya untuk melakukan sesuatu yang benar agar berkah Allah senantiasa bersamanya. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri orang yang bertaqwa yang dijelaskan Nabi SAW kepada Muaz suatu ketika, antara lain: menepati janji, menunaikan amanah, dan meninggalkan khianat (HR Baihaqi).
Lebih lanjut, berlaku khianat dalam berdagang akan menghasilkan keuntungan haram. Yang haram akan tetap haram, disedekahkan pun tidak memberi manfaat, dan kalau dimakan pun akan menumbuhkan daging haram.
Yang terakhir, menyorok barang sebagai penganiayaan terhadap orang banyak. Tentunya, resikonya akan kembali kepada pelakunya. Lebih-lebih, doa orang orang yang teraniaya akan mudah dikabulkan Allah.
Islam tidak melarang manusia untuk berdagang. Malah dianjurkan sebagai salah satu cara mencari nafkah yang halal, asalkan dilakukan dengan benar dan jujur. Menurut Rasulullah SAW, berlaku benar dan jujur dalam berdagang, antara lain dengan tidak melakukan penipuan dengan sumpah palsu, tidak melakukan penimbunan, tidak menyembunyikan kecacatan pada barang dagangan, dan sejenisnya, akan dilimpahkan keberkatan oleh Allah, sebagaimana sabda Rasulullah, Dua orang yang berjual beli itu akan dilimpahkan rahmat Allah apabila berbuat benar dan berlaku jujur dalam berjual belinya itu. Tetapi apabila keduanya itu menutupi cela dan berdusta, maka diambillah keberkatan jual beli mereka (HR Bukhari dan Muslim).
Hilangnya berkat pada perbuatan manusia pertanda pudarnya nilai-nilai ketaqwaan pada pelakunya. Sebab, seseorang yang bertaqwa dapat dilihat dari kesetiaannya untuk melakukan sesuatu yang benar agar berkah Allah senantiasa bersamanya. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri orang yang bertaqwa yang dijelaskan Nabi SAW kepada Muaz suatu ketika, antara lain: menepati janji, menunaikan amanah, dan meninggalkan khianat (HR Baihaqi).
Lebih lanjut, berlaku khianat dalam berdagang akan menghasilkan keuntungan haram. Yang haram akan tetap haram, disedekahkan pun tidak memberi manfaat, dan kalau dimakan pun akan menumbuhkan daging haram.
Yang terakhir, menyorok barang sebagai penganiayaan terhadap orang banyak. Tentunya, resikonya akan kembali kepada pelakunya. Lebih-lebih, doa orang orang yang teraniaya akan mudah dikabulkan Allah.