23 Julai 2008

Jauhi dari ghibah.

“Dan janganlah mengumpat satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya” (QS. Al-Hujurat:12).

Berbincangdengan kawan-kawan sambil makan daging tentunya amat menyenangkan terutama bagi orang sehat dan tidak berpenyakit. Namun alangkah menjijikkan bila makan daging manusia, lebih-lebih yang sudah meninggal dunia. Namun, itulah yang biasa dilakukan sebahagian orang ketika berbincang-bincang dengan teman-temannya. Sebagaimana dikatakan dalam ayat di atas, melakukan ghibah atau mengumpat orang lain sama dengan memakan daging sesama manusia.

Bahkan Rasulullah SAW pernah menjelaskan lagi persoalan ini ketika menjawab pertanyaan tentang itu. Rasulullah mengatakan, “Ghibah ialah engkau menceritakan saudaramu tentang sesuatu yang ia benci.” Ditanya lagi, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah pendapatmu bila apa yang diceritakan itu benar ada pada orang yang diceritakan itu?” Rasulullah menjawab, “Kalau memang benar ada padanya, itu ghibah namanya. Jika tidak benar, berarti engkau telah menfitnahnya (mengada-ada)” (HR. Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud, dan Imam Ahmad).

Perincian Rasulullah SAW itu mengajak kita untuk sangat berhati-hati, agar kita tidak terjebak dalam memakan daging manusia ketika berkata-kata. Apalagi ghibah telah terbukti menghancurkan silaturrahim, kasih sayang, atau ukhuwah. Lebih-lebih lagi, pernah diingatkan Rasulullah SAW bahwa kebanyakan manusia masuk neraka karena lisannya.

Tiada ulasan: