29 Disember 2012

Banjir

15 Safar 1433H. [MOD] -


Oleh Jarjani Usman

“Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mukmin; yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya” (HR. Muslim).

Tiada hari tanpa kehadiran air dalam kehidupan kita di dunia ini. Di dalam tubuh, sebahagian isinya berupa air. Air juga perlu untuk melepaskan dahaga sekaligus menyelaraskan makanan dalam tubuh. Bukan hanya itu, karunia Allah dalam bentu cair itu juga diperlukan untuk membersihkan diri. Kerap juga digunakan untuk menyirami tanaman dan jakur angkutan. Demikian banyak manfaat air yang bisa dinikmati setiap hari, sehingga sepantasnya disyukuri sebanyak-banyaknya kepada Allah sebagai Pencipta air. Karena itu, kiranya tak pantas merasa marah tatkala sesekali air datang dalam jumlah besar, atau bahkan dalam bentuk bencana banjir.

Musibah banjir sepantasnya disikapi dengan bersabar. Apalagi banjir seringkali datang sebagai akibat dari perilaku buruk manusia juga. Pasalnya, sebahagian orang serampangan menebang pohon dan tidak menjaga lingkungan. Apalagi Allah telah berjanji akan menampakkan sebahagian akibat dari perilaku buruk manusia di dunia ini. Munculnya sebahagian dari akibat tersebut, termasuk banjir, manusia diharapkan menjadi sadar diri, dan kembali ke jalan yang benar (QS. Ar-Ruum: 41).

Sabar sebaiknya dipadukan dengan belajar. Belajar dari kesalahan, termasuk kesalahan dalam mempergunakan alam, merupakan sifatnya orang-orang beriman. Kesalahan yang pernah dilakukan sebelumnya akibat kekurangtahuan dijadikan pelajaran untuk memperbaiki perilaku diri seraya mencari solusi. Bukan bertambah bebal dalam perilaku buruk, meskipun bencana telah berulangkali ditimpa.

Serambi/-

Tiada ulasan: