Oleh Jarjani Usman
“Sesungguhnya (orang) yang paling kucintai di antara kalian dan yang paling dekat tempatnya denganku pada hari kiamat adalah yang paling baik budi pekertinya di antara kalian” (HR. at-Tirmidzi).
Akhlak terpuji ibarat emas. Mahal harganya, dan disukai di mana-mana. Akhlak terpuji juga menumbuhkan rasa senang di hati. Islam juga memberikan perhatian khusus kepada akhlak terpuji. Sebagaimana disebutkan Rasulullah bahwa dirinya diutus ke dunia ini untuk menyempurnakan akhak mulia. Dengan demikian, berislam dan beriman adalah berakhlak terpuji. Kata Rasul, belum disebut orang beriman sebelum mencintai orang lain sebagaimana mencintai diri sendiri. Namun, penting diingat bahwa akhlak terpuji bukan sifat bawaan.
Dengan demikian, akhlak terpuji dibentuk, diasuh, dan dipelihara. Tentunya termasuk mengasuh atau mendidik diri sendiri sedini mungkin. Itulah sebabnya, tatkala memilih pasangan hidup, yang berakhlak baik termasuk menjadi pertimbangan penting dalam ajaran yang dibawa Nabi SAW. Alasannya, pasangan demikian ikut membentuk akhlak generasi di masa yang akan datang. Selanjutnya generasi tersebut akan menjadi teladan dari umat agama mulia yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Apalagi agama tak sebatas kata-kata mulia, tetapi juga perilaku-perilaku terpuji.
Karena akhlak terpuji bukan bawaan, peluang memperbaiki diri sangat besar. Termasuk peluang besar bagi yang sudah tenggelam dalam kubangan dosa pun. Peluang ini sepatutnya dimanfaatkan demi kebaikan diri, sebelum nafas terhenti dan nyawa menjauh pergi dari jasad.
Serambi/-
Tiada ulasan:
Catat Ulasan