18 Jun 2013

Hidayah

9 Syaaban 1434 H. [MOD] -


Oleh Jarjani Usman

“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk” (QS. Al Qashash: 56).

Menurut suatu riwayat, Rasulullah SAW sempat merasa sedih karena pamannya sendiri Abu Thalib tak menganut Islam. Segala cara telah dilakukan agar paman yang sangat mengasihinya sejak kecil itu luluh hatinya sehingga bersedia menerimanya ajaran mulia itu. Tetap saja pendirian pamannya itu tak berubah, hingga kematiannya tiba. Lantas, sebuah wahyu Allah turunkan kepada Rasul bahwa perkara hidayah adalah urusan Allah.
Dari kisah tersebut bisa difahami bahwa manusia, betapapun hebatnya, bukanlah pemberi hidayah.  Tak seorang pun mampu memberi hidayah kepada hamba-hamba yang lain, meskipun dari keluarga sendiri atau orang-orang yang sangat dikasihi. Kenyataan ini memang mengecewakan bagi sebahagian orang, tetapi begitulah ketentuan Allah yang harus difahami.  Allah lebih mengetahui hati setiap hambaNya.

Karena itu, penting bagi setiap orang mengusahakan untuk berdakwah terus-menerus.  Dakwah adalah amanah, yang perlu disampaikan kapan saja.   Dakwah juga merupakan jalur yang berpahala banyak, bagi yang melakukannya.  Tentunya bukan hanya berdakwah secara lisan, tetapi juga dengan perbuatan, misalnya membiasakan diri hidup jujur dan giat bekerja sesuai dengan perintah Allah.  Hidup seperti ini bukan hanya menguntungkan diri sendiri dunia dan akhirat, tetapi juga menjadi contoh cara hidup yang layak ditiru orang lain.   http://aceh.tribunnews.com

Tiada ulasan: