“Dan siapa saja yang pertama memberi contoh perilaku buruk dalam Islam, maka ia akan mendapatkan dosa kejahatan itu dan mendapatkan dosa orang orang yang meniru perbuatannya tanpa dikurangi sedikitpun” (HR. Imam Muslim).
Disedari atau tidak, setiap kita berpeluang menjadi guru bagi orang lain. Bukan hanya ketika melakukan hal-hal yang berunsur kebaikan, tetapi juga pada ketika melakukan perkara yang berunsur keburukan. Sebab, perilaku yang kita tunjukkan dalam hidup ini kerapkali ditiru, meskipun kita tanpa niat meminta untuk ditiru.
Sekurang-kurangnya, perilaku kita ditiru oleh orang yang paling dekat dengan diri kita sendiri, misalnya anak-anak atau cucu kita sendiri, yang selanjutnya menjadi generasi yang menjadi pewaris bagi generasi selanjutnya.
Dengan demikian, beruntunglah bagi para insan yang berusaha membiasakan diri melakukan kebaikan . Perilakunya telah ikut membentuk perilaku orang-orang lain dan seterusnya akan merawat dunia ini dengan hal-hal yang baik dan sempurna sebagaimana yang dianjurkan oleh Islam.
Sebagaimana diisyaratkan dalam sejumlah ayat Al-Qur’an, kita bukan hanya diizinkan untuk menikmati segala macam rahmat Allah di dunia ini, tetapi juga diserukan untuk merawatnya dengan baik. Termasuk juga merawat perilaku agar selalu di jalan yang benar dan tidak melampaui batas.
Jelasnya apa yang kita wariskan dengan ikhlas tak akan pernah luput dari pandangan Allah, meskipun sebesar zarrah. Allah memastikan akan membalasnya, dan bahkan diberikan aliran pahala bagi yang mewariskan dari apa yang kita wariskan kepada generasi kita.
Sebaliknya alangkah tidak beruntungnya orang-orang yang telah dan sedang mewarisi keburukan . Sebagaimana dikatakan dalam hadits di atas, bukan hanya dosa sendiri yang dibebankan, tetapi juga dosa-dosa yang yang mengikutinya. Karena itu, sebaiknya kita selalu secara matang mengambil peluang untuk berpikir sebelum bertindak dalam hidup ini.
Disedari atau tidak, setiap kita berpeluang menjadi guru bagi orang lain. Bukan hanya ketika melakukan hal-hal yang berunsur kebaikan, tetapi juga pada ketika melakukan perkara yang berunsur keburukan. Sebab, perilaku yang kita tunjukkan dalam hidup ini kerapkali ditiru, meskipun kita tanpa niat meminta untuk ditiru.
Sekurang-kurangnya, perilaku kita ditiru oleh orang yang paling dekat dengan diri kita sendiri, misalnya anak-anak atau cucu kita sendiri, yang selanjutnya menjadi generasi yang menjadi pewaris bagi generasi selanjutnya.
Dengan demikian, beruntunglah bagi para insan yang berusaha membiasakan diri melakukan kebaikan . Perilakunya telah ikut membentuk perilaku orang-orang lain dan seterusnya akan merawat dunia ini dengan hal-hal yang baik dan sempurna sebagaimana yang dianjurkan oleh Islam.
Sebagaimana diisyaratkan dalam sejumlah ayat Al-Qur’an, kita bukan hanya diizinkan untuk menikmati segala macam rahmat Allah di dunia ini, tetapi juga diserukan untuk merawatnya dengan baik. Termasuk juga merawat perilaku agar selalu di jalan yang benar dan tidak melampaui batas.
Jelasnya apa yang kita wariskan dengan ikhlas tak akan pernah luput dari pandangan Allah, meskipun sebesar zarrah. Allah memastikan akan membalasnya, dan bahkan diberikan aliran pahala bagi yang mewariskan dari apa yang kita wariskan kepada generasi kita.
Sebaliknya alangkah tidak beruntungnya orang-orang yang telah dan sedang mewarisi keburukan . Sebagaimana dikatakan dalam hadits di atas, bukan hanya dosa sendiri yang dibebankan, tetapi juga dosa-dosa yang yang mengikutinya. Karena itu, sebaiknya kita selalu secara matang mengambil peluang untuk berpikir sebelum bertindak dalam hidup ini.
1 ulasan:
Di atas kesedaran itulah untungnya jadi manusia berilmu kalau mereka sedar betapa berharga nilai seorang guru...kita di perhati sepertimana cctv.
Setiap langkah ada berkat bila berkumpulnya para malaikat...
Catat Ulasan