11 Rejab 1434 H. [MOD] -
Oleh Jarjani Usman
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu baik. Allah tidak akan menerima sesuatu melainkan dari yang baik” (HR. Muslim).
Karena berhadapan setiap hari, makanan kedengarannya hal biasa, meskipun dampaknya luar biasa. Meskipun kelihatan mengenyangkan, misalnya, memakan makanan haram sama dengan mencelakakan diri.
Menurut Rasulullah SAW, di antara kecelakaan besar yang menimpa manusia akibat memakan makanan haram ialah tidak diterimanya doa oleh Allah. Sebagaimana kisah yang diceritakan Nabi SAW tentang ‘seorang laki-laki yang telah menempuh perjalanan jauh, sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Ia mengangkat tangannya ke langit seraya berdoa: “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.” Padahal makanannya dari barang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dari yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan doanya?’ (HR. Muslim).
Kebanyakan orang tak ingin menelusuri dari mana makanan haram itu berasal, hingga sampai ke atas meja makan. Padahal bisa saja muncul dari suatu kelengahan diri yang sudah menjadi kebiasaan. Seperti melalui binatang ternak yang dibiarkan bebas berkeliaran, sehingga memakan hak orang lain atau menimbulkan kehancuran harta tetangga. Lantas, binatang itu dijual, dan uangnya digunakan untuk beramal atau menafkahi keluarga. Disadari atau tidak, sebahagian dari makanan yang dimasukkan ke mulut sendiri, isteri, dan anak-anak, adalah makanan haram atau telah berproses melalui jalur haram.
Serambi Indonesia/-
Tiada ulasan:
Catat Ulasan