Sabda Rasulullah : “Sesungguhnya aku diutus ke dunia hanyalah untuk menyempurnakan akhlak” (HR. Imam Ahmad).Dikisahkan, Rasulullah s.a.w. didatangi seorang non-muslim yang menjumpainya seraya mengemukakan niat sucinya untuk menjadi seorang muslim. Sesudah mengucapkan dua kalimah syahadat, orang itu bertanya, “Ya Rasulullah, sesungguhnya saya selalu berbuat dosa dan susah untuk meninggalkannya.”
Lalu Rasulullah s.a.w. bertanya kembali , “Mahukah kamu berjanji untuk tidak berbohong?” Lelaki itu menjawab, “Ya.” Selanjutnya ia pulang ke rumahnya. Dalam perjalanan pulang ke rumahnya, pemuda tadi berfikir tentang janjinya tadi. Dalam hatinya mengakui betapa berat melaksanakan janjinya dengan Rasulullah. Kebiasaan lamanya berbuat jahat selalu mengajak hatinya untuk melakukan kejahatan lagi.
Namun ia mengajak hatinya untuk membuat perhitungan baru. Bila berbuat jahat, apa yang harus dikatakan nantinya bila ditanya Nabi Muhammad s.a.w. Bila mengatakan tidak berbuat jahat setelah melakukannya, berarti ia telah berbohong kepada Rasulullah. Itu artinya mengkhianati janjinya dengan Rasulullah. Sebaliknya, bila mengatakan yang sebenarnya bahwa ia melakukan kejahatan, sebagai mukmin ia pasti mendapat hukuman yang berat dan setimpal. Setelah difikirkan secara serius, ia lalu membuat kesimpulan untuk tidak mahu menerima hukuman dan tidak mahu menjadi pengkhianat iaitu berbohong.
Kesimpulan ini mengunci kemahuannya untuk melakukan kejahatan. Kesimpulan inilah yang membuatnya memahami betapa agungnya ajaran Islam. Islam memastikan bahawa suatu kebaikan bertaut dengan kebaikan yang lain. Sebaliknya, suatu kejahatan melahirkan perbuatan yang lain yang mengudang padah yang lebih dasyat dan besar.
Lalu Rasulullah s.a.w. bertanya kembali , “Mahukah kamu berjanji untuk tidak berbohong?” Lelaki itu menjawab, “Ya.” Selanjutnya ia pulang ke rumahnya. Dalam perjalanan pulang ke rumahnya, pemuda tadi berfikir tentang janjinya tadi. Dalam hatinya mengakui betapa berat melaksanakan janjinya dengan Rasulullah. Kebiasaan lamanya berbuat jahat selalu mengajak hatinya untuk melakukan kejahatan lagi.
Namun ia mengajak hatinya untuk membuat perhitungan baru. Bila berbuat jahat, apa yang harus dikatakan nantinya bila ditanya Nabi Muhammad s.a.w. Bila mengatakan tidak berbuat jahat setelah melakukannya, berarti ia telah berbohong kepada Rasulullah. Itu artinya mengkhianati janjinya dengan Rasulullah. Sebaliknya, bila mengatakan yang sebenarnya bahwa ia melakukan kejahatan, sebagai mukmin ia pasti mendapat hukuman yang berat dan setimpal. Setelah difikirkan secara serius, ia lalu membuat kesimpulan untuk tidak mahu menerima hukuman dan tidak mahu menjadi pengkhianat iaitu berbohong.
Kesimpulan ini mengunci kemahuannya untuk melakukan kejahatan. Kesimpulan inilah yang membuatnya memahami betapa agungnya ajaran Islam. Islam memastikan bahawa suatu kebaikan bertaut dengan kebaikan yang lain. Sebaliknya, suatu kejahatan melahirkan perbuatan yang lain yang mengudang padah yang lebih dasyat dan besar.
1 ulasan:
elok benorlah pelajaran ini diambil berat. dulu dulu (1958) ada pelajaran budi pekerti.
disekoloh pondok kampong nama tasawuf. masok sekoloh menengoh nama sivik.apa bila kerja nama etika . Seingat ingat saya hanya pelajaran Islam sahaja yang ada pelajaran AKHLAK / ADAB.
Catat Ulasan