3 Safar 1431
Jarjani Usman
“Sesungguhnya hancurnya umat dahulu karena berlaku diskriminatif dalam menegakkan hukum. Jika yang melakukan kesalahan orang-orang lemah, mereka menegakkan hukum. Namun jika yang melakukannya orang-orang terhormat dan terpandang, mereka membiarkannya” (HR. Imam Bukhari).
Kalau diibaratkan dengan sebuah bangunan, keutuhan dan kekuatannya terletak pada seberapa kuat tiang-tiang digunakan dan dipancangkan. Demikian juga kekuatan atau keutuhan sebuah negeri atau suatu kaum. Bagi suatu kaum atau negeri, salah satu pilar penting untuk keuntuhannya adalah keadilan. Setiap warganya perlu mendapat perlakuan yang sama. Sudah bisa ditebak, apa akibatnya bila tiang-tiang penting keadilan rapuh atau ambruk, sebagaimana ambruknya tiang-tiang rumah.
Kehancuran adalah hal yang tak terelakkan terjadi. Akibat-akibat seperti inilah yang sangat dikuatirkan Rasulullah, sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas. Apalagi Rasul yang mulia itu sudah berusaha membangun umatnya dengan pergorban harta dan bahkan nyawa. Demikianlah kuatirnya akan terjadi kehancuran suatu kaum, sampai-sampai Rasulullah berani memastikan akan memotong tangan buah hatinya, Fatimah, seandainya ia mencuri.
Sayangnya, apa yang sangat dikuatirkan Rasulullah sudah dianggap sebagai hal biasa di negeri kita ini. Menghukum dengan tanpa nurani terhadap orang yang mencuri sepiring nasi karena perutnya lapar sudah biasa dilakukan, sebiasa membiarkan orang-orang (yang katanya terpelajar) mencuri karena keserakahan atau demi kemewahan. Hal-hal seperti ini sudah semakin merajalela dan menjadi-jadi. Dengan kata lain, semakin banyak orang yang tak merasa berdosa lagi menghancurkan negeri dan kaumnya.
Jarjani Usman
“Sesungguhnya hancurnya umat dahulu karena berlaku diskriminatif dalam menegakkan hukum. Jika yang melakukan kesalahan orang-orang lemah, mereka menegakkan hukum. Namun jika yang melakukannya orang-orang terhormat dan terpandang, mereka membiarkannya” (HR. Imam Bukhari).
Kalau diibaratkan dengan sebuah bangunan, keutuhan dan kekuatannya terletak pada seberapa kuat tiang-tiang digunakan dan dipancangkan. Demikian juga kekuatan atau keutuhan sebuah negeri atau suatu kaum. Bagi suatu kaum atau negeri, salah satu pilar penting untuk keuntuhannya adalah keadilan. Setiap warganya perlu mendapat perlakuan yang sama. Sudah bisa ditebak, apa akibatnya bila tiang-tiang penting keadilan rapuh atau ambruk, sebagaimana ambruknya tiang-tiang rumah.
Kehancuran adalah hal yang tak terelakkan terjadi. Akibat-akibat seperti inilah yang sangat dikuatirkan Rasulullah, sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas. Apalagi Rasul yang mulia itu sudah berusaha membangun umatnya dengan pergorban harta dan bahkan nyawa. Demikianlah kuatirnya akan terjadi kehancuran suatu kaum, sampai-sampai Rasulullah berani memastikan akan memotong tangan buah hatinya, Fatimah, seandainya ia mencuri.
Sayangnya, apa yang sangat dikuatirkan Rasulullah sudah dianggap sebagai hal biasa di negeri kita ini. Menghukum dengan tanpa nurani terhadap orang yang mencuri sepiring nasi karena perutnya lapar sudah biasa dilakukan, sebiasa membiarkan orang-orang (yang katanya terpelajar) mencuri karena keserakahan atau demi kemewahan. Hal-hal seperti ini sudah semakin merajalela dan menjadi-jadi. Dengan kata lain, semakin banyak orang yang tak merasa berdosa lagi menghancurkan negeri dan kaumnya.
1 ulasan:
out of topic sikit YB
kata seorang kawan aku:
org kapir x perlupon guna BOM...sebab dah lama tahu perundangan SEKULAR yg amno tegakkan sudahpon menyebelahi kapir...
Apa saja kes yg melibatkan Islam bila masuk saja ke mahkamah SEKULAR PASTI KALAH....
bukti???
kita telah lihat dalam banyak kes seperti Jamaluddin bin Othman (1989), Hajjah Halimatussaadiah (1994) dan Meor Atiqulrahman (2006) mahkamah gagal melaksanakan keadilan kerana prinsip Islam – yang tidak dihalang oleh perlembagaan sendiri – tidak diikuti meskipun di dalam kes-kes itu prinsip Islam menjadi isu utama.
Sehingga hari ini mahkamah masih belum memberi kata putus tentang soal murtad
Namun kebebasan agama yang dijamin di bawah perkara 11(1) Perlembagaan Persekutuan tidaklah mutlak kerana perkara 11(5) tidak membenarkan sebarang tindakan yang bertentangan dengan sebarang undang-undang am berkaitan dengan ketenteraman awam, kesihatan awam atau moral.
Pendek kata, kalo amno nak semua org melayu haram pakai kopiyah dan mesti pakai songkok, cakap saja berkopiyah ni mengganggu ketenteraman awam...tup tup...kopiyah diharamkan di mesia seluruhnya...sama seperti kes purdah dan jugak serban....kah kah kah...terima kasih amno!!!
inilah puncanya...kapir tahu mahkamah SEKULAR amno mampu laksanakan nya...sebab amno sendiri pon sepak Islam kelongkang.
Catat Ulasan