6 Jamadil Akhir 1431 H
Oleh: agussyafii
Ditengah hidup bergelimangan materi dan kesuksesan karier seorang teman pernah bertanya kepada saya, 'bagaimana caranya untuk meruntuhkan tembok derita?' saya kemudian menjawabnya, 'Runtuhkan dengan syukur, sabar dan perbanyak shodaqoh.'
Penderitaan tidak mengenal orang muda, tua. Kaya atau miskin. Laki-laki atau perempuan. Begitu manusia terlahir hidup didunia kita merasakan penderitaan. Bahkan terkadang kita merasa diri kitalah yang paling menderita sedunia. Padahal masih ada juga milyaran manusia yang juga merasa hidupnya paling menderita.
Pada dasarnya penderitaan berpangkal dari nafsu duniawi yang tidak pernah terpuaskan. Kebutuhan materi dan ingin memiliki yang tidak pernah mengenal rasa cukup. Kita seolah mengejar bayang-bayang fatamorgana, begitu dikejar, dipegang ternyata semua itu menghilang. Begitu bangun tidur sampai mata terpejam di dalam tubuh kita dipenuhi dengan berbagai hasrat nafsu duniawi yang tak pernah tercukupi.
Sebagai hamba sudah sepatutnya kita merasa ridha dengan apa yang kita dapatkan dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Sikap ridha di dalam kehidupan seharia-hari maka yang ada didalam diri kita adalah syukur dan sabar. Sebagaimana Rasululullah menyebutkan diri kita sebagai orang yang menakjubkan.
Sungguh menakjubkan seorang mukmin. Apabila ia mendapatkan nikmat, ia bersabar dan itu baik baginya. Apabila ia mendapatkan ujian, ia bersabar dan itu baik baginya. (HR. Muslim).
Bila kita bernafsu dan selalu meminta maka virus keserakahan masuk kedalam tubuh kita. Bila nafsu keserakahan telah menyebar keseluruh tubuh kita maka kita akan merasa dengki bila melihat orang lain mendapatkan kemajuan atau kesuksesan dan akhirnya kita merasa cemas dengan apa yang kita peroleh.
Bila kita membentengi diri kita dengan tembok syukur dan sabar maka yang ada di dalam diri kita adalah kata cukup. Seberapapun nikmat dan rizki yang kita terima senantiasa kita syukuri sehingga memunculkan kelapangan dan optimisme dalam hidup. Bahkan semangat hidup kita adalah semangat berbagi kepada sesama sebagai bentuk ekspresi syukur.
Bukan hanya mengucapkan 'Terima kasih Ya Allah,' atau 'Alhamdulillah' namun kita menjadi perpanjangan rahmat Allah bagi orang lain atau kita yang menebarkan kebahagiaan membantu saudara-saudara kita yang tengah membutuhkan pertolongan sebagai wujud sifat Maha Kasih Allah Subhanahu Wa Ta'ala bagi umat manusia.
Oleh: agussyafii
Ditengah hidup bergelimangan materi dan kesuksesan karier seorang teman pernah bertanya kepada saya, 'bagaimana caranya untuk meruntuhkan tembok derita?' saya kemudian menjawabnya, 'Runtuhkan dengan syukur, sabar dan perbanyak shodaqoh.'
Penderitaan tidak mengenal orang muda, tua. Kaya atau miskin. Laki-laki atau perempuan. Begitu manusia terlahir hidup didunia kita merasakan penderitaan. Bahkan terkadang kita merasa diri kitalah yang paling menderita sedunia. Padahal masih ada juga milyaran manusia yang juga merasa hidupnya paling menderita.
Pada dasarnya penderitaan berpangkal dari nafsu duniawi yang tidak pernah terpuaskan. Kebutuhan materi dan ingin memiliki yang tidak pernah mengenal rasa cukup. Kita seolah mengejar bayang-bayang fatamorgana, begitu dikejar, dipegang ternyata semua itu menghilang. Begitu bangun tidur sampai mata terpejam di dalam tubuh kita dipenuhi dengan berbagai hasrat nafsu duniawi yang tak pernah tercukupi.
Sebagai hamba sudah sepatutnya kita merasa ridha dengan apa yang kita dapatkan dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Sikap ridha di dalam kehidupan seharia-hari maka yang ada didalam diri kita adalah syukur dan sabar. Sebagaimana Rasululullah menyebutkan diri kita sebagai orang yang menakjubkan.
Sungguh menakjubkan seorang mukmin. Apabila ia mendapatkan nikmat, ia bersabar dan itu baik baginya. Apabila ia mendapatkan ujian, ia bersabar dan itu baik baginya. (HR. Muslim).
Bila kita bernafsu dan selalu meminta maka virus keserakahan masuk kedalam tubuh kita. Bila nafsu keserakahan telah menyebar keseluruh tubuh kita maka kita akan merasa dengki bila melihat orang lain mendapatkan kemajuan atau kesuksesan dan akhirnya kita merasa cemas dengan apa yang kita peroleh.
Bila kita membentengi diri kita dengan tembok syukur dan sabar maka yang ada di dalam diri kita adalah kata cukup. Seberapapun nikmat dan rizki yang kita terima senantiasa kita syukuri sehingga memunculkan kelapangan dan optimisme dalam hidup. Bahkan semangat hidup kita adalah semangat berbagi kepada sesama sebagai bentuk ekspresi syukur.
Bukan hanya mengucapkan 'Terima kasih Ya Allah,' atau 'Alhamdulillah' namun kita menjadi perpanjangan rahmat Allah bagi orang lain atau kita yang menebarkan kebahagiaan membantu saudara-saudara kita yang tengah membutuhkan pertolongan sebagai wujud sifat Maha Kasih Allah Subhanahu Wa Ta'ala bagi umat manusia.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan