1 Rabiul Awal 1433H. [MOD] -
Oleh Jarjani Usman
“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindungnya selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba, kalau mereka mengetahuinya” (QS. al-’Ankabuut: 41).
Tak bisa dipungkiri memang ada manusia yang hidupnya seperti pola hidupnya laba-laba. Sebagaimana bisa dilihat dengan mata telanjang, makhluk yang dijadikan nama surah dalam Alquran (al Angkabut) itu suka mencari keuntungan untuk dirinya sendiri bahkan dengan memangsa binatang kecil lain. Binatang lain adalah musuh. Dengan membuat jaring, mereka memerangkap bintang yang terbang melewatinya dan selanjutnya dijadikan mangsanya.
Namun demikian, aniaya terhadap binatang lain yang dilakukan seekor laba-laba sangat terbatas. Hanya sebatas yang tersangkut di jaringnya. Tidak separah aniaya dan kerusakan yang dilakukan manusia berperangai laba-laba. Manusia lewat jaringannya yang berlapis-lapis bisa melakukan aniaya dalam jangkauan yang lebih luas dan licik. Berbagai sudut dirambahnya. Yang jadi korban bukan hanya yang melewati jaringannya, tetapi juga yang tak tahu apa-apa.
Meskipun begitu, banyak hal penting yang bisa dipelajari dari laba-laba. Di samping menghasilkan sutera, laba-laba juga sangat giat dan mandiri dalam hidupnya, termasuk dalam membuat rumah dengan tenaganya sendiri.
Hal lain yang lebih penting yang dapat dipelajari dari laba-laba, yaitu jaring-jaringnya yang rapuh atau mudah putus. Itu menjadi ibarat orang-orang yang tak beriman (secara murni) kepada Allah. Karena itu, perlu selalu memperkuat keimanan kepada Allah agar terjamin hidup di dunia dan akhirat.
Serambi/-
Tiada ulasan:
Catat Ulasan