08 Januari 2012

Kematian..

14 Safar 1433H. [MOD] -
Oleh Jarjani Usman

“Tiada pemandangan yang pernah saya lihat melainkan kuburan adalah pemandangan yang paling menyeramkan” (HR. Ahmad & Tirmidzi).

Inilah di antara perilaku ganjil manusia. Sebahagian orang yang masih diberikan kesempatan hidup berharap dirinya segera mati. Sedangkan sebahagian yang sudah mati berharap dirinya segera hidup (kembali) walau sesaat. Dari manusia golongan pertama, ada yang segera mengakhiri keputus-asaan dalam hidupnya di dunia ini dengan cara yang berdosa besar, seperti bunuh diri. Padahal mati dan kemudian berada sendiri di alam kubur, belum tentu menjadi peristirahatan yang membahagiakan bagi sebahagian orang, tetapi bahkan menjadi awal kesengsaraan panjang yang amat dahsyat.

Menyadari hal ini, seorang sahabat Nabi yang bernama Usman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu ketika melewati kuburan berhenti. Memandang kuburan, ia tak kuasa menahan kesedihannya hingga terisak menangis. Lalu ditanyakan mengapa tidak menangis sewaktu menjelaskan tentang surga dan neraka, tetapi menangis saat melewati kuburan. Lantas sahabat Nabi itu menjelaskan bahwa Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengingatkan bahwa kuburan adalah tempat hunian awal alam akhirat. Barangsiapa selamat di alam ini, maka setelah itu lebih mudah dan barangsiapa tidak selamat maka setelah itu akan lebih sengsara.

Kebanyakan orang menyadari hal ini, sehingga dengan hati penuh harap mendoakan kebaikan bagi saudara-saudaranya yang sudah meninggal dunia. Namun demikian, sebaiknya lebih banyak saling mengingatkan sebelum ajal tiba, karena perbaikan sangat berpeluang dilakukan seseorang hamba sebelum dirinya didatangi oleh Malaikat Izrail untuk mencabut nyawanya. Menurut Rasulullah, begitu dicabut nyawanya, setiap manusia terputus amalan kebaikannya. Kecuali sewaktu hidup ia sempat melakukan amal sedekah jariyah, menyebarkan ilmu yang bermanfaat bagi manusia, dan memiliki anak yang salih yang mau mendoakannya (HR. Imam Bukhari & Imam Muslim).

Serambi/-

Tiada ulasan: