Oleh Jarjani Usman
“Pemimpin adalah penggembala; ia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya” (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Setiap insan tidak mampu melepaskan diri dari tanggungjawab. Meskipun jarang diakui dengan mulut, namun beratnya memikul beban tanggungjawab diri sendiri nampak pada diri setiap hamba. Buktinya, tanggungjawab sebagai makhluk untuk berterima kasih kepada Allah atas segala karuniaNya di dunia ini tidak mampu dilakukan semua orang, meskipun setiap saat menikmati rahmat Allah. Meskipun berat memikul beban tanggungjawab diri sendiri, anehnya banyak orang berharap untuk bisa memikul tanggungjawab orang ramai.
Buktinya, betapa banyak manusia mengajukan diri untuk mewakili atau memimpin orang ramai. Bahkan, ada yang sangat kecewa bila tidak mampu mendapatkannya. Padahal menjadi pemimpin tidak ubahnya penggembala bagi orang ramai. Pemimpin atau wakil rakyat adalah pelindung rakyatnya dari hal-hal yang mengancamnya. Kelaparan, penyakit, kebodohan, ketidak-amanan adalah di antara ancaman bagi rakyat. Karena itu, bila seseorang penguasa atau wakil rakyat berusaha mencegah kebodohan rakyat dengan mengupayakan pendidikan atau mengupayakan perdamaian, itu adalah kewajibannya yang tidak perlu dibesar-besarkan.
Yang perlu dibesar-besarkan adalah bila penguasa atau wakil rakyat mengabaikan rakyatnya. Misalnya, di saat kelaparan sedang melanda atau kebodohan masih merajalela, pemimpin atau wakil rakyat malah berpesta kesana-kemari. Membesar-besarkan hal ini merupakan suatu kewajiban. Ini merupakan salah satu cara untuk saling mengingatkan antara sesama insan. Ini merupakan suatu perbuatan yang juga sangat dianjurkan Allah, sebagaimana firmanNya, “Nasehat-menasehatilah supaya menetapi kebenaran” (QS. Al-Ashr: 3).
“Pemimpin adalah penggembala; ia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya” (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Setiap insan tidak mampu melepaskan diri dari tanggungjawab. Meskipun jarang diakui dengan mulut, namun beratnya memikul beban tanggungjawab diri sendiri nampak pada diri setiap hamba. Buktinya, tanggungjawab sebagai makhluk untuk berterima kasih kepada Allah atas segala karuniaNya di dunia ini tidak mampu dilakukan semua orang, meskipun setiap saat menikmati rahmat Allah. Meskipun berat memikul beban tanggungjawab diri sendiri, anehnya banyak orang berharap untuk bisa memikul tanggungjawab orang ramai.
Buktinya, betapa banyak manusia mengajukan diri untuk mewakili atau memimpin orang ramai. Bahkan, ada yang sangat kecewa bila tidak mampu mendapatkannya. Padahal menjadi pemimpin tidak ubahnya penggembala bagi orang ramai. Pemimpin atau wakil rakyat adalah pelindung rakyatnya dari hal-hal yang mengancamnya. Kelaparan, penyakit, kebodohan, ketidak-amanan adalah di antara ancaman bagi rakyat. Karena itu, bila seseorang penguasa atau wakil rakyat berusaha mencegah kebodohan rakyat dengan mengupayakan pendidikan atau mengupayakan perdamaian, itu adalah kewajibannya yang tidak perlu dibesar-besarkan.
Yang perlu dibesar-besarkan adalah bila penguasa atau wakil rakyat mengabaikan rakyatnya. Misalnya, di saat kelaparan sedang melanda atau kebodohan masih merajalela, pemimpin atau wakil rakyat malah berpesta kesana-kemari. Membesar-besarkan hal ini merupakan suatu kewajiban. Ini merupakan salah satu cara untuk saling mengingatkan antara sesama insan. Ini merupakan suatu perbuatan yang juga sangat dianjurkan Allah, sebagaimana firmanNya, “Nasehat-menasehatilah supaya menetapi kebenaran” (QS. Al-Ashr: 3).
2 ulasan:
Ramai orang boleh dipimpin tapi bukan semua orang boleh jadi pemimpin
ada pemimpin mahkamah, ada pemimpin SPR, ada pemimpin rasuah...... tapi semua tak sama pemimpin rakyat kejalan allah...
Catat Ulasan