18 Syawal 1431H.
“Dan orang-orang yang kafir, amal-amal mereka laksana fatamorgana di tanah yang datar, disangka air oleh orang yang haus, namun ketika didatangi air itu, dia tidak mendapatinya sesuatu apapun …” (QS. An Nur: 39).
Perasaan telah banyak amalan kebaikan yang dilakukan berpeluang menyergap hati setiap insan. Namun, sebanyak apapun seseorang beramal, yang pasti hasilnya tidak sebaiknya mengagung-agungkannya. Kerana itu terlebih baik merasa kuatir kalau-kalau apa yang telah diamalkan tidak diterima Allah kerana berbagai alasan. Dengan memiliki perasaan kuatir seperti ini, seseorang akan tergerak untuk berusaha semaksima mungkin agar amalannya diterima. Apalagi besar kemungkinan, bagi yang diterima amalnya pun, pahalanya telah menjadi fatamorgana. Maksudnya, limpahan pahala dari Allah yang dirasakan seolah-olah ada, tetapi sesungguhnya telah musnah sama sekali.
Hal ini terjadi bagi orang-orang yang gemar melakukan perbuatan ingkar atau kuffar, seperti melakukan kerusakan. Termasuk juga mengadu domba, ghibah(mengumpat),hasad dan dengki, membunuh hamba-hamba Allah sesuka hatinya atau merebut hak-haknya secara tidak sah dan berbagai lagi kemungkaran. Seperti Firman allah SWT " Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi "(QS. al-Qasas: 77).
Tentunya, siapapun yang menyadari singkatnya hidup di dunia ini sama sekali tidak ingin amalannya menjadi fatamorgana. Kerana itu, sebaiknya kita tidak hanya pandai beramal, tetapi juga pandai menjaga amalnya. Perlu menjaga kesempurnaannya sekaligus membersihkan pengganggu-pengganggunya, agar iman kita tumbuh subur dengan memandu akhlak dan perilaku kita sesuai dengan kehandal Islam hingga akhir hayat.
“Dan orang-orang yang kafir, amal-amal mereka laksana fatamorgana di tanah yang datar, disangka air oleh orang yang haus, namun ketika didatangi air itu, dia tidak mendapatinya sesuatu apapun …” (QS. An Nur: 39).
Perasaan telah banyak amalan kebaikan yang dilakukan berpeluang menyergap hati setiap insan. Namun, sebanyak apapun seseorang beramal, yang pasti hasilnya tidak sebaiknya mengagung-agungkannya. Kerana itu terlebih baik merasa kuatir kalau-kalau apa yang telah diamalkan tidak diterima Allah kerana berbagai alasan. Dengan memiliki perasaan kuatir seperti ini, seseorang akan tergerak untuk berusaha semaksima mungkin agar amalannya diterima. Apalagi besar kemungkinan, bagi yang diterima amalnya pun, pahalanya telah menjadi fatamorgana. Maksudnya, limpahan pahala dari Allah yang dirasakan seolah-olah ada, tetapi sesungguhnya telah musnah sama sekali.
Hal ini terjadi bagi orang-orang yang gemar melakukan perbuatan ingkar atau kuffar, seperti melakukan kerusakan. Termasuk juga mengadu domba, ghibah(mengumpat),hasad dan dengki, membunuh hamba-hamba Allah sesuka hatinya atau merebut hak-haknya secara tidak sah dan berbagai lagi kemungkaran. Seperti Firman allah SWT " Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi "(QS. al-Qasas: 77).
Tentunya, siapapun yang menyadari singkatnya hidup di dunia ini sama sekali tidak ingin amalannya menjadi fatamorgana. Kerana itu, sebaiknya kita tidak hanya pandai beramal, tetapi juga pandai menjaga amalnya. Perlu menjaga kesempurnaannya sekaligus membersihkan pengganggu-pengganggunya, agar iman kita tumbuh subur dengan memandu akhlak dan perilaku kita sesuai dengan kehandal Islam hingga akhir hayat.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan