21 Syawal 1431 H
Oleh: Jarjani Usman
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah” (QS. Ali Imran: 110).
Disebut umat terbaik, rasanya membanggakan. Namun yang dimaksudkan sebagai umat terbaik di sini tentunya adalah umat yang mau dan mampu menegakkan yang makruf dan mencegah yang mungkar, beriman kepada Allah, serta mampu berbuat baik untuk umat dan makhluk lain, termasuk alam sekitar.
Namun, kalau mencermati kenyataan selama ini, sebahagian di antara kita tak pantas disebut golongan umat terbaik.
Sebahagian orang telah terjerumus menjadi manusia-manusia yang bukan hanya tidak menegakkan yang makruf dan mencegah yang mungkar.
Tetapi, ada yang merasa senang kalau orang lain susah dan merasa susah bila orang lain senang.
Kalau terhadap saudara sendiri bisa demikian buruk, apalagi terhadap umat-umat yang lain.
Bukan hanya itu, alam juga sering diperah sembarangan untuk memenuhi hajat pribadi dan di saat yang sama mengabaikan dampak buruk terhadap orang banyak. Perbuatan demikian jelas bertolakbelakang dengan perilaku umat tersebut.
Umat terbaik akan senantiasa menjaga kelestarian alam sekitar sehingga dapat dipergunakan oleh hamba-hamba Allah yang lahir di masa-masa yang akan datang.
Karena itu, sewajarnya kita kembali menata diri untuk masuk segera ke dalam barisan umat terbaik. Dengan cara demikianlah, dunia ini akan damai dan alam akan selalu setia menjadi tempat berkehidupan yang tenteram.
Oleh: Jarjani Usman
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah” (QS. Ali Imran: 110).
Disebut umat terbaik, rasanya membanggakan. Namun yang dimaksudkan sebagai umat terbaik di sini tentunya adalah umat yang mau dan mampu menegakkan yang makruf dan mencegah yang mungkar, beriman kepada Allah, serta mampu berbuat baik untuk umat dan makhluk lain, termasuk alam sekitar.
Namun, kalau mencermati kenyataan selama ini, sebahagian di antara kita tak pantas disebut golongan umat terbaik.
Sebahagian orang telah terjerumus menjadi manusia-manusia yang bukan hanya tidak menegakkan yang makruf dan mencegah yang mungkar.
Tetapi, ada yang merasa senang kalau orang lain susah dan merasa susah bila orang lain senang.
Kalau terhadap saudara sendiri bisa demikian buruk, apalagi terhadap umat-umat yang lain.
Bukan hanya itu, alam juga sering diperah sembarangan untuk memenuhi hajat pribadi dan di saat yang sama mengabaikan dampak buruk terhadap orang banyak. Perbuatan demikian jelas bertolakbelakang dengan perilaku umat tersebut.
Umat terbaik akan senantiasa menjaga kelestarian alam sekitar sehingga dapat dipergunakan oleh hamba-hamba Allah yang lahir di masa-masa yang akan datang.
Karena itu, sewajarnya kita kembali menata diri untuk masuk segera ke dalam barisan umat terbaik. Dengan cara demikianlah, dunia ini akan damai dan alam akan selalu setia menjadi tempat berkehidupan yang tenteram.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan