03 Rabiulakhir 1432H. [MOD] -
Banyak kaum wanita yang menganggap masa haidh sebagai masa libur ibadah. Bahkan tak jarang mereka menyebut masa haidh sebagai masa libur. Sebab, selama masa itu mereka tidak boleh mengerjakan shalat dan shaum.
Benarkah anggapan mereka ini? Tentu saja tidak! Jika yang mereka maksud adalah meninggalkan semua atau sebagian besar ibadah. Akan tetapi begitulah kenyataan yang kita dapati. Ingatlah wahai saudariku, bagi seorang muslim tidak ada istilah libur ibadah.
Berapa banyak kaum wanita yang merasa bahwa datangnya masa haidh seperti lepasnya beban berat yang ia pikul selama masa suci. Ia merasa begitu lega, santai dan bisa melakukan apa saja tanpa harus terganggu dengan datangnya waktu shalat.
Saudariku muslimah,
Ketahuilah, itu adalah perangkap setan. Setan membuat indah anggapan mereka itu. Setan sangat berhasrat menjebak kalian dalam kelalaian. Lalai dari mengingat Allah dan lalai mengingat akhirat. Sebab, jika engkau lalai niscaya setan dapat dengan mudah menggiringmu kepada kemurkaan Allah Karena itu, janganlah kalian tertipu.
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Rabb-nya dan orang yang tidak berdzikir kepada Rabb-nya adalah seperti perbedaan antara orang yang hidup dan yang mati.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalamShahih-nya dari Abu Musa Al-Asy'ari radhiyallahu'anhu]
Renungkanlah wahai saudariku muslimah, …
Pantaskah seorang muslimah merasa santai di saat terluput darinya sebuah ibadah yang sangat agung di dalam Islam? Ibadah yang tidak bisa disetarakan dengan ibadah apapun yaitu shalat dan shaum. Pantaskah ia bergembira di saat ia tidak bisa berdiri bermunajat kepada Rabb yang Maha Agung, berbicara langsung dengan-Nya dalam shalat?
Seharusnya semangat mereka lebih terpacu. Yaitu semangat untuk menggantikan terluput keutamaan ibadah shalat dan shaum.
Banyak kita temui para wanita, terutama para gadis, menjadikan masa haidh ini sebagai masa untuk mengosongkan pikiran dan jeda ibadah dengan alasan rileks karena datang bulan. Sehingga banyak waktunya yang terbuang percuma tanpa faedah sedikitpun bagi akhiratnya. Akhirnya, begitu masa suci tiba ia merasa berat untuk memulai kembali aktivitas ibadahnya.
Sumber: Wanita Haidh Tak Luput Pahala, Ust. Abu Ihsan Al-Atsari, Pustaka At-Tibyan (hal. 27-29)
Banyak kaum wanita yang menganggap masa haidh sebagai masa libur ibadah. Bahkan tak jarang mereka menyebut masa haidh sebagai masa libur. Sebab, selama masa itu mereka tidak boleh mengerjakan shalat dan shaum.
Benarkah anggapan mereka ini? Tentu saja tidak! Jika yang mereka maksud adalah meninggalkan semua atau sebagian besar ibadah. Akan tetapi begitulah kenyataan yang kita dapati. Ingatlah wahai saudariku, bagi seorang muslim tidak ada istilah libur ibadah.
Berapa banyak kaum wanita yang merasa bahwa datangnya masa haidh seperti lepasnya beban berat yang ia pikul selama masa suci. Ia merasa begitu lega, santai dan bisa melakukan apa saja tanpa harus terganggu dengan datangnya waktu shalat.
Saudariku muslimah,
Ketahuilah, itu adalah perangkap setan. Setan membuat indah anggapan mereka itu. Setan sangat berhasrat menjebak kalian dalam kelalaian. Lalai dari mengingat Allah dan lalai mengingat akhirat. Sebab, jika engkau lalai niscaya setan dapat dengan mudah menggiringmu kepada kemurkaan Allah Karena itu, janganlah kalian tertipu.
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Rabb-nya dan orang yang tidak berdzikir kepada Rabb-nya adalah seperti perbedaan antara orang yang hidup dan yang mati.” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalamShahih-nya dari Abu Musa Al-Asy'ari radhiyallahu'anhu]
Renungkanlah wahai saudariku muslimah, …
Pantaskah seorang muslimah merasa santai di saat terluput darinya sebuah ibadah yang sangat agung di dalam Islam? Ibadah yang tidak bisa disetarakan dengan ibadah apapun yaitu shalat dan shaum. Pantaskah ia bergembira di saat ia tidak bisa berdiri bermunajat kepada Rabb yang Maha Agung, berbicara langsung dengan-Nya dalam shalat?
Seharusnya semangat mereka lebih terpacu. Yaitu semangat untuk menggantikan terluput keutamaan ibadah shalat dan shaum.
Banyak kita temui para wanita, terutama para gadis, menjadikan masa haidh ini sebagai masa untuk mengosongkan pikiran dan jeda ibadah dengan alasan rileks karena datang bulan. Sehingga banyak waktunya yang terbuang percuma tanpa faedah sedikitpun bagi akhiratnya. Akhirnya, begitu masa suci tiba ia merasa berat untuk memulai kembali aktivitas ibadahnya.
Sumber: Wanita Haidh Tak Luput Pahala, Ust. Abu Ihsan Al-Atsari, Pustaka At-Tibyan (hal. 27-29)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan