Oleh : Jarjani Usman
“Haji mabrur tidak ada balasan baginya melainkan surga” (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Setiap insan yang sadar pasti berharap mendapat haji mabrur, apalagi dijanjikan surga. Tentunya, haji mabrur adalah haji makbul, yaitu haji yang diterima Allah. Dengan demikian, untuk mendapatkan haji mabrur tak cukup dengan berharap, tetatpi juga perlu disandingkan dengan berusaha.
Perlu berusaha untuk membekali diri dengan niat, pakaian, ongkos, uang, makanan, dan sebagainya, yang baik-baik. Sebab, Allah berjanji tidak akan menerima kecuali yang baik-baik. Di samping itu, perlu mengerjakan rukun haji yang lengkap. Dengan demikian, sangat tidak masuk akal bila mencari haji mabrur dengan niat untuk berbangga-banggai, membawa uang haram, dan badan yang telah tumbuh dengan daging haram.
Dengan kata lain, menuju haji mabrur harus melalui tahapan mensucikan diri dan harta, memperhambakan diri kepada Allah, dan mengikis berbagai penyakit hati seperti merasa lebih dari hamba-hamba yang lain.
Sebenarnya Islam telah menuntun tahap demi tahap menyucikan diri. Sebelum bulan haji, ada bulan-bulan mensucikan diri dan harta benda, seperti berpuasa di bulan Ramadhan, bertarawih, dan mengeluarkan zakat dan zakat fitrah. Di bulan itu juga diturunkan al-Qur’an sebagai pedoman, termasuk tentang pedoman menjaga kesucian diri dan harta benda. Kalau tahapan awal saja sudah tidak lulus, semisal, dalam berpuasa hanya tersisa lapar dan haus, di tahapan berikutnya juga patut dipertanyakan
“Haji mabrur tidak ada balasan baginya melainkan surga” (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Setiap insan yang sadar pasti berharap mendapat haji mabrur, apalagi dijanjikan surga. Tentunya, haji mabrur adalah haji makbul, yaitu haji yang diterima Allah. Dengan demikian, untuk mendapatkan haji mabrur tak cukup dengan berharap, tetatpi juga perlu disandingkan dengan berusaha.
Perlu berusaha untuk membekali diri dengan niat, pakaian, ongkos, uang, makanan, dan sebagainya, yang baik-baik. Sebab, Allah berjanji tidak akan menerima kecuali yang baik-baik. Di samping itu, perlu mengerjakan rukun haji yang lengkap. Dengan demikian, sangat tidak masuk akal bila mencari haji mabrur dengan niat untuk berbangga-banggai, membawa uang haram, dan badan yang telah tumbuh dengan daging haram.
Dengan kata lain, menuju haji mabrur harus melalui tahapan mensucikan diri dan harta, memperhambakan diri kepada Allah, dan mengikis berbagai penyakit hati seperti merasa lebih dari hamba-hamba yang lain.
Sebenarnya Islam telah menuntun tahap demi tahap menyucikan diri. Sebelum bulan haji, ada bulan-bulan mensucikan diri dan harta benda, seperti berpuasa di bulan Ramadhan, bertarawih, dan mengeluarkan zakat dan zakat fitrah. Di bulan itu juga diturunkan al-Qur’an sebagai pedoman, termasuk tentang pedoman menjaga kesucian diri dan harta benda. Kalau tahapan awal saja sudah tidak lulus, semisal, dalam berpuasa hanya tersisa lapar dan haus, di tahapan berikutnya juga patut dipertanyakan
Tiada ulasan:
Catat Ulasan