28 Ramadhan 1431 H
Oleh: Jarjani Usman
“Hendaklah kamu lebih memperhatikan diterimanya amal daripada amal itu sendiri, kerana amal tidak boleh diterima kecuali disertai dengan takwa, dan betapa sedikitnya amal yang diterima” (Ali bin Abi Thalib r.a.).
KALAU di awal Ramadhan, setiap orang yang berpuasa menaruh harapan besar agar mampu meraih darjat takwa, maka mendekati penghujung bulan suci ini sepatutnya mengunjungi kembali harapan tersebut, apakah sudah hampir meraihnya atau tidak. Memang tidak mudah mengetahuinya.
Namun sekurang-kurangnya kita boleh merasakan bagaimana perubahan pada diri sendiri, apakah sudah punya kecenderungan menjadi orang (yang lebih) baik atau tidak.
Perubahan pada diri sendiri, antara lain, boleh diukur dengan perasaan sendiri. Menurut Rasulullah s.a.w., seseorang hamba tidak akan boleh mencapai darjat ketaqwaan sehingga ia meninggalkan apa yang tidak dilarang, supaya tidak terjerumus pada hal-hal yang dilarang (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Dari itu, kalau perasaan kita masih berat untuk meninggalkan apa yang dilarang Allah dan berat juga untuk melaksanakan dengan baik apa yang disuruhNya, maka kemungkinan besar harapan kita masih jauh dari yang kita perolehi.
Namun demikian, masih tersisa sekian hari lagi dari bulan Ramadhan. Tidak ada pilihan lain, kecuali memanfaatkan kesempatan yang sedikit itu untuk memacu diri dalam beribadah.
Yang lebih penting lagi, sebagaimana disebut Sayyidina Ali, bukan hanya beribadah tetapi memikirkan bagaimana supaya ibadah kita diterima Allah. Misalnya, apakah sudah memenuhi syarat keikhlasan dan telah suci jiwa dan raga kita ketika melaksanakannya, serta genap rukun-rukunnya.
Jika syarat-syaratnya sudah terpenuhi, Allah Yang Maha Penyayang pasti akan memenuhi harapan mulia hamba-hambaNya.
Oleh: Jarjani Usman
“Hendaklah kamu lebih memperhatikan diterimanya amal daripada amal itu sendiri, kerana amal tidak boleh diterima kecuali disertai dengan takwa, dan betapa sedikitnya amal yang diterima” (Ali bin Abi Thalib r.a.).
KALAU di awal Ramadhan, setiap orang yang berpuasa menaruh harapan besar agar mampu meraih darjat takwa, maka mendekati penghujung bulan suci ini sepatutnya mengunjungi kembali harapan tersebut, apakah sudah hampir meraihnya atau tidak. Memang tidak mudah mengetahuinya.
Namun sekurang-kurangnya kita boleh merasakan bagaimana perubahan pada diri sendiri, apakah sudah punya kecenderungan menjadi orang (yang lebih) baik atau tidak.
Perubahan pada diri sendiri, antara lain, boleh diukur dengan perasaan sendiri. Menurut Rasulullah s.a.w., seseorang hamba tidak akan boleh mencapai darjat ketaqwaan sehingga ia meninggalkan apa yang tidak dilarang, supaya tidak terjerumus pada hal-hal yang dilarang (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Dari itu, kalau perasaan kita masih berat untuk meninggalkan apa yang dilarang Allah dan berat juga untuk melaksanakan dengan baik apa yang disuruhNya, maka kemungkinan besar harapan kita masih jauh dari yang kita perolehi.
Namun demikian, masih tersisa sekian hari lagi dari bulan Ramadhan. Tidak ada pilihan lain, kecuali memanfaatkan kesempatan yang sedikit itu untuk memacu diri dalam beribadah.
Yang lebih penting lagi, sebagaimana disebut Sayyidina Ali, bukan hanya beribadah tetapi memikirkan bagaimana supaya ibadah kita diterima Allah. Misalnya, apakah sudah memenuhi syarat keikhlasan dan telah suci jiwa dan raga kita ketika melaksanakannya, serta genap rukun-rukunnya.
Jika syarat-syaratnya sudah terpenuhi, Allah Yang Maha Penyayang pasti akan memenuhi harapan mulia hamba-hambaNya.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan