05 zulkaedah 1431 H
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman kepada Tuhannya” (QS. Al Anfaal: 2).
Seorang hamba duduk bertafakkur, seraya mengajukan sejumlah pertanyaan kepada dirinya. Di antaranya: “Jika hati ini tidak pernah bergetar di saat nama Allah disebutkan dengan panggilan azan, maka patutkah diri ini disebut orang beriman? Bukankah orang-orang yang sebenarnya beriman sentiasa bergetar hatinya bila disebut nama Allah?”
“Jika memang tidak, bukankah sudah cukup banyak umur diri ini berlalu tanpa getaran sedikitpun di hati tatkala nama Allah disebutkan? Maka, apakah itu berarti selama ini hamba hidup tanpa iman dan tidak sempurna?”
“Jika memang tidak bergetar di hati, sampai bilakah harus menunggu, sedangkan sisa umur hamba ini semakin sedikit?” “Ya Allah, maafkanlah hamba ini yang selama ini terlalu keras hati dari menuruti panggilan untuk menghadap-Mu.”
“Ya Allah, jadikan hati ini selalu tergerak untuk selalu memenuhi panggilan-Mu.” “Ya Allah Yang Maha Pengampun, ampunilah dosa-dosa hamba ini yang telah lalu, baik yang tersengaja atau tidak.”
“Ya Allah Yang Maha Pengampun, jika bukan kerana ampunan-Mu, maka sungguh tersesat hamba ini.” “Ya Allah, tetapkanlah hambaMu ini selalu dalam keadaan beriman.”
Demikianlah renungan dan doa seorang hamba yang merasa belum satu haripun dirinya mampu berada dalam keimanan yang sempurna. Meskipun shalat wajib telah dilaksanakannya, ia merasa belum maksima melakukannya. Sebab, hati tidak gementar ketika nama Allah disebutkan.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman kepada Tuhannya” (QS. Al Anfaal: 2).
Seorang hamba duduk bertafakkur, seraya mengajukan sejumlah pertanyaan kepada dirinya. Di antaranya: “Jika hati ini tidak pernah bergetar di saat nama Allah disebutkan dengan panggilan azan, maka patutkah diri ini disebut orang beriman? Bukankah orang-orang yang sebenarnya beriman sentiasa bergetar hatinya bila disebut nama Allah?”
“Jika memang tidak, bukankah sudah cukup banyak umur diri ini berlalu tanpa getaran sedikitpun di hati tatkala nama Allah disebutkan? Maka, apakah itu berarti selama ini hamba hidup tanpa iman dan tidak sempurna?”
“Jika memang tidak bergetar di hati, sampai bilakah harus menunggu, sedangkan sisa umur hamba ini semakin sedikit?” “Ya Allah, maafkanlah hamba ini yang selama ini terlalu keras hati dari menuruti panggilan untuk menghadap-Mu.”
“Ya Allah, jadikan hati ini selalu tergerak untuk selalu memenuhi panggilan-Mu.” “Ya Allah Yang Maha Pengampun, ampunilah dosa-dosa hamba ini yang telah lalu, baik yang tersengaja atau tidak.”
“Ya Allah Yang Maha Pengampun, jika bukan kerana ampunan-Mu, maka sungguh tersesat hamba ini.” “Ya Allah, tetapkanlah hambaMu ini selalu dalam keadaan beriman.”
Demikianlah renungan dan doa seorang hamba yang merasa belum satu haripun dirinya mampu berada dalam keimanan yang sempurna. Meskipun shalat wajib telah dilaksanakannya, ia merasa belum maksima melakukannya. Sebab, hati tidak gementar ketika nama Allah disebutkan.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan