27 Syawal 1431 H
Oleh: Jarjani Usman
“Dia (Allah) tetap bersama-sama kamu di mana saja kamu berada dan Allah Maha Melihat apa saja yang kamu kerjakan” (QS al-Hadid: 4).
Peringatan dan hukuman tidak selamanya ampuh dalam mencegah manusia untuk berbuat kejahatan. Sebab, tidak selamanya peringatan dan hukuman itu menjangkau sisi-sisi tersembunyi dari niat, sikap dan perbuatan manusia. Yang paling ampuh adalah merasa selalu pengawasan Allah di manapun kita berada.
Tanda pertama pada orang yang merasa diawasi Allah ialah memiliki rasa malu kepadaNya. Hati seorang Muslim yang di hatinya ada cahaya iman yang mantap akan sangat malu kalau sudah berjanji beriman, lalu mengingkarinya.
Sudah barang tentu, tidak semua orang memiliki perasaan tersebut, tak terkecuali orang yang berilmu agama tinggi.
Buktinya, tidak sedikit juga di antara mereka yang berilmu tinggi melakukan kejahatan dalam hidupnya. Bukti ini menjadi suatu alasan bagi kita untuk memahami bahwa kalau seseorang yang berilmu agama tinggi bisa berlaku demikian, apalagi yang tidak.
Tanda kedua ialah punya rasa takut akan azab-azab Allah. Orang yang saban saat merasa diawasi Allah akan selalu tergambar dalam benaknya kepedihan atau kesengsaraan hidup di neraka, setiap ia mau melakukan kejahatan.
Dengan demikian, peringatan orang lain dan hukuman belum tentu ampuh menjadi pengingat diri kita untuk tidak melakukan kejahatan. Kata Saidina Ali, hanya diri sendiri lah yang paling ampuh menjadi pengingat.
Oleh: Jarjani Usman
“Dia (Allah) tetap bersama-sama kamu di mana saja kamu berada dan Allah Maha Melihat apa saja yang kamu kerjakan” (QS al-Hadid: 4).
Peringatan dan hukuman tidak selamanya ampuh dalam mencegah manusia untuk berbuat kejahatan. Sebab, tidak selamanya peringatan dan hukuman itu menjangkau sisi-sisi tersembunyi dari niat, sikap dan perbuatan manusia. Yang paling ampuh adalah merasa selalu pengawasan Allah di manapun kita berada.
Tanda pertama pada orang yang merasa diawasi Allah ialah memiliki rasa malu kepadaNya. Hati seorang Muslim yang di hatinya ada cahaya iman yang mantap akan sangat malu kalau sudah berjanji beriman, lalu mengingkarinya.
Sudah barang tentu, tidak semua orang memiliki perasaan tersebut, tak terkecuali orang yang berilmu agama tinggi.
Buktinya, tidak sedikit juga di antara mereka yang berilmu tinggi melakukan kejahatan dalam hidupnya. Bukti ini menjadi suatu alasan bagi kita untuk memahami bahwa kalau seseorang yang berilmu agama tinggi bisa berlaku demikian, apalagi yang tidak.
Tanda kedua ialah punya rasa takut akan azab-azab Allah. Orang yang saban saat merasa diawasi Allah akan selalu tergambar dalam benaknya kepedihan atau kesengsaraan hidup di neraka, setiap ia mau melakukan kejahatan.
Dengan demikian, peringatan orang lain dan hukuman belum tentu ampuh menjadi pengingat diri kita untuk tidak melakukan kejahatan. Kata Saidina Ali, hanya diri sendiri lah yang paling ampuh menjadi pengingat.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan