18 Ogos 2010

Refleksi Ramadhan : Hadits-Hadits Dhaif Tentang Puasa

7 Ramadhan 1431 H
Oleh: Syaikh

RENUNGAN KE-9
Kandungan Firman Allah “Syahru Ramadhanalladzi Unzila Fiihil Qur'an”

Tidak sedikit hadits beredar di kalangan masyarakat tetapi hadits tersebut dhaif, tidak ada sandarannya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Di antaranya:

1. Hadits:نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ. “Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah”

Hadits tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Mandah dari Ibnu Umar. Diriwayatkan juga oleh Al-Baihaqi dari Abdullah bin Aufa. Hadits tersebut dhaif, Al-Hafiz Al-Iraqi telah mendhaifkannya dalam komentarnya terhadap kitab Ihya Ulumuddin karya Al-Gazali.

2. Hadits:

مَنْ أَفْطَرَ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ عُذْرٍ لَمْ يُجْزِهِ صِيَامُ الدَّهْرِ كُلُّهُ وَلَوْ صَامَهُ.

“Siapa yang buka satu hari saja di bulan Ramadhan tanpa ada alasan syar’i, niscaya tidak bisa digantikan dengan puasa sekalipun setahun lamanya.”

Hadits tersebut dikenal banyak orang, dan Imam Al-Bukhari menyebutnya sebagai hadits mu’allaq (tanpa sanad). Imam Abu Daud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan An-Nasai meriwayatkan hadits tersebut dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu melalui Abu Al-Mutawwas, dari ayahnya, dari Abu Hurairah.

Hadits tersebut dhaif karena terdapat di dalamnya tiga illat (cacat). Pertama Abu Al-Mutawwas dia majhul (tidak dikenal), kedua kemungkinan putus antara dia dan Abu Hurairah, dan ketiga idhtirab (goncang).

3. Hadits:

صُوْمُوْا تَصِحُّوْا.

“Berpuasalah niscaya kamu sehat.”

Hadits tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Adi dan At-Tabrani dalam mu’jamnya Al-Ausat, hadits tersebut hadits dhaif bahkan bisa jadi dhaif sekali.

4. Hadits Salman Al-Farisi yang cukup panjang, yang banyak disebut-sebut oleh imam masjid serta para khatib di awal Ramadhan yang bersumberkan dari kitab-kitab nasihat dan fadhilah-fadhilah yaitu hadits:

أَتَاكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ .. إلى قوله .. قَدْ أَظَلَّكُمْ شَهْرٌ عَظِيْمٌ مُبَارَكٌ، جَعَلَ اللهُ صِيَامَهُ فَرِيْضَةً وَقِيَامَ لَيْلِهِ تَطَوُّعًا، مَنْ أَتَى بِهِ بِخَصْلَةٍ مِنَ الْخَيْرِ كَانَ كَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِيْمَا سِوَاهُ، وَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِيْهِ كَانَ كَمَنْ أَدَّى سَبْعِيْنَ فَرِيْضَةً فِيْمَا سِوَاهُ وَهُوَ شَهْرٌ أَوَّلُهُ رَحْمَةٌ وَأَوْسَطُهُ مَغْفِرَةٌ وَآخِرُهُ عِتْقٌ مِنَ النَّارِ.

“Telah datang kepada kamu bulan Ramadhan.., telah menaungi kalian bulan agung yang penuh berkah, Allah jadikan puasanya (di bulan Ramadhan) puasa wajib, dan qiyamullailnya (tarawih) shalat sunnah,

siapa yang melaksanakan padanya sedikit saja kebaikan, maka seolah-olah ia melaksanakan yang fardhu di bulan selainnya, dan siapa yang melaksanakan padanya yang fardhu, maka seolah-olah dia melaksanakan tujuh puluh yang fardhu di bulan selainnya,

dia itu bulan yang permulaannya diturunkan rahmat, pertengahannya mendapatkan ampunan dari Allah, dan di akhirnya pembebasan dari neraka..”

Hadits tersebut hadits dhaif karena di dalam sanadnya terdapat Ali bin Zaid bin Jad’an dia lemah, bahkan Abu Hatim berkata, “Hadits ini hadits munkar.” Begitu juga para ahli hadits lainnya memandang hadits ini lemah.

1 ulasan:

Tanpa Nama berkata...

baru saya tahu rupanya banyak hadith mungkar (dhaif) yang digunakan termasuk oleh imam ghazali sendiri! Betapa jauhnya kita sesat dari jlnnya astaghfirullah. semoga tuhan ampuni dosa kita kerana percaya kpd hadith dahif (mungkar)ini. terima kasih syaikh.