5 Safar 1433H. [MOD] -
Oleh Jarjani Usman
“Sesungguhnya Allah Ta’ala itu Maha Memberi; Ia mencintai kedermawanan serta akhlak yang mulia; Ia membenci akhlak yang buruk” (HR. Baihaqi).
Begitu utama akhlak yang baik dimiliki setiap insan. Bahkan dikatakan bahwa Rasulullah SAW diutus ke dunia ini untuk memperbaiki akhlak manusia. Pentingnya akhlak yang baik juga disebutkan Baginda Rasul dalam hadits yang lain, yaitu: “Sesungguhnya sesuatu yang paling utama dalam mizan (timbangan) pada hari kiamat adalah akhlak yang baik” (HR. Ahmad). Allah juga mencintai hamba-hambaNya yang baik akhlaknya, dan sebaliknya membenci orang-orang yang buruk akhlaknya. Namun demikian, kadangkala lebih suka menunjukkan akhlak yang dibenci Allah, dan meninggalkan yang dicintaiNya.
Akhlak seseorang kadangkala ditunjukkan tergantung pada kesempatan. Kalau diperkirakan pada saat tertentu menguntungkan berakhlak yang baik, maka akan berperilaku baik. Sebaliknya, tatkala dipikirkan menguntungkan berakhlak buruk, maka akan berani menunjukkan akhlak yang buruk. Orang seperti ini tidak akan menjiwai akhlak yang baik. Sebab menurut Imam Al Ghazali, akhlak yang baik tidak mungkin akan meresap dalam jiwa seseorang selama belum meninggalkan kelakuan-kelakuan yang buruk.
Bukan hanya melakukan sendiri, orang-orang yang tak merasa bersalah bila berakhlak tak baik juga tak akan merasa resah bila orang di sekitarnya berakhlak buruk. Akibatnya, merajalelalah akhlak buruk. Padahal telah diingatkan bagaimana laknat dari Allah ditimpakan kepada umat-umat terdahulu yang tidak saling melarang bila satu sama lain berakhlak buruk (QS. Al-Ma‘idah: 78-79).
Sumber: Serambi Indonesia.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan