29 Syaaban 1431 H
Oleh: Jarjani Usman
“Sesungguhnya bagi penduduk Negeri Saba’ ada bukti (kemurahan Allah) di tempat tinggal mereka, yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri” (QS Saba’: 15).
Di antara negeri yang namanya disebutkan dalam Al-Qur’an dan dijadikan nama salah satu Surah dalam al-Qur’an adalah Saba’.
Itulah sebuah negeri yang pernah didiami oleh orang-orang beriman kepada Allah, dan menikmati kemakmuran dan ketenteraman hidup.
Bukan hanya rakyat, pemimpinya pun, Ratu Balqis, adalah seorang yang taat kepada Allah. Sengaja diberikan kemakmuran dan ketentraman untuk rakyat negeri itu sebagai rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Namun seiring dengan berlalunya waktu, orang-orang di negeri itu pun mulai berubah. Larangan Allah dikerjakan, sedangkan suruhanNya ditinggalkan.
Kejahatan seperti perampokan dan berbagai kemaksiatan lainnya merajalela. Orang-orang menjadi munafik dan kufur.
Itulah yang mengundang kemurkaan Allah, sehingga negeri itu dirubah dengan berbagai bencana. Akibatnya, Saba’ yang sebelumnya begitu subur dan makmur, berubah menjadi negeri gersang dan melarat.
“Demikianlah Kami membalas mereka disebabkan kekufuran mereka, dan sebenarnya Kami tidak menimpakan balasan yang demikian melainkan kepada orang-orang yang amat kufur” (QS. Saba’: 17), kata Allah.
Kisah Negeri Saba’ merupakan petunjuk penting. Bahwa kalau rakyat dan pemimpin sungguh-sungguh beriman kepada Allah akan dianugerahkan kemakmuran dan kebahagiaan hidup adalah suatu janji yang benar.
Demikian juga, bahwa kalau rakyat dan pemimpin mengingkari Allah akan dimurkaiNya juga merupakan suatu kenyataan.
Siapapun berharap kisah Negeri Saba’ terulang lagi di negeri kita ini. Bukan kemalangannya yang terulang, tetapi kemakmurannya.
Namun harapan tersebut juga sangat tergantung pada bagaimana kita mewujudkannya dalam sikap dan perbuatan kita sehari-hari.
Kalau kekufuran dan kejahatan terus kita lakukan, maka itu berarti sedang mengundang kemalangan seperti yang ditimpakan kepada Negeri Saba’.
Oleh: Jarjani Usman
“Sesungguhnya bagi penduduk Negeri Saba’ ada bukti (kemurahan Allah) di tempat tinggal mereka, yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri” (QS Saba’: 15).
Di antara negeri yang namanya disebutkan dalam Al-Qur’an dan dijadikan nama salah satu Surah dalam al-Qur’an adalah Saba’.
Itulah sebuah negeri yang pernah didiami oleh orang-orang beriman kepada Allah, dan menikmati kemakmuran dan ketenteraman hidup.
Bukan hanya rakyat, pemimpinya pun, Ratu Balqis, adalah seorang yang taat kepada Allah. Sengaja diberikan kemakmuran dan ketentraman untuk rakyat negeri itu sebagai rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Namun seiring dengan berlalunya waktu, orang-orang di negeri itu pun mulai berubah. Larangan Allah dikerjakan, sedangkan suruhanNya ditinggalkan.
Kejahatan seperti perampokan dan berbagai kemaksiatan lainnya merajalela. Orang-orang menjadi munafik dan kufur.
Itulah yang mengundang kemurkaan Allah, sehingga negeri itu dirubah dengan berbagai bencana. Akibatnya, Saba’ yang sebelumnya begitu subur dan makmur, berubah menjadi negeri gersang dan melarat.
“Demikianlah Kami membalas mereka disebabkan kekufuran mereka, dan sebenarnya Kami tidak menimpakan balasan yang demikian melainkan kepada orang-orang yang amat kufur” (QS. Saba’: 17), kata Allah.
Kisah Negeri Saba’ merupakan petunjuk penting. Bahwa kalau rakyat dan pemimpin sungguh-sungguh beriman kepada Allah akan dianugerahkan kemakmuran dan kebahagiaan hidup adalah suatu janji yang benar.
Demikian juga, bahwa kalau rakyat dan pemimpin mengingkari Allah akan dimurkaiNya juga merupakan suatu kenyataan.
Siapapun berharap kisah Negeri Saba’ terulang lagi di negeri kita ini. Bukan kemalangannya yang terulang, tetapi kemakmurannya.
Namun harapan tersebut juga sangat tergantung pada bagaimana kita mewujudkannya dalam sikap dan perbuatan kita sehari-hari.
Kalau kekufuran dan kejahatan terus kita lakukan, maka itu berarti sedang mengundang kemalangan seperti yang ditimpakan kepada Negeri Saba’.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan