24 Ogos 2010

Riya’

13 Ramadhan 1431 H
Oleh: Jarjani Usman

“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya, yang berbuat karena riya” (QS. Al Maa’uun: 4-6).

Tak ada manusia yang mau rugi, termasuk dalam hal beribadah dan melakukan kebaikan lainnya. Maunya, setiap amal kebaikan dan ibadah yang dilakukan di dunia ini menghasilkan pahala yang maksimal. Tidak sia-sia belaka.

Apalagi banyak waktu, tenaga, dan pikiran dihabiskan untuk itu, seperti untuk melakukan ibadah puasa dan shalat Tarawih dengan penuh lelah sampai larut malam. Namun, hasil sia-sia akan tetap dituai bila tak mampu menjaga hati, misalnya, dari sifat riya’.

Menurut Rasulullah, disebut riya’ bila seseorang berbuat suatu kebaikan dan ibadah dengan maksud pamer kepada orang lain. Apalagi kalau bukan dengan tujuan agar orang mengira dan memuji kita sebagai orang yang baik atau gemar beribadah.

Bagi sebahagian orang, menghakimi diri sendiri berbuat riya’ atau tidak, tidaklah mudah. Apalagi ada tidaknya pahala dari suatu perbuatan baik tidak bisa dilihat. Namun, akan menjadi mudah manakala kita mampu merasakan ciri-cirinya pada diri kita sendiri.

Contohnya, menjadi gemar beribadah bila sedang di hadapan orang, tetapi segera berubah menjadi malas bila sedang sendirian.

Kalau di depan orang, shalat sunnat pun mau dilaksanakan, tetapi ketika sedang sendiri, shalat wajib pun enggan dilakukan dengan menjaga rukun-rukunnya dengan baik. Ciri lainnya adalah selalu ingin mendapat pujian.

Kiranya siapapun tak ingin rugi sepanjang masa. Karena itu, tak ada pilihan lain kecuali segera membersihkan hati agar lekang dan bersih dari segala benih riya’ dalam beribadah dan berbuat kebaikan lainnya.

Ikhlaskan segalanya semata-mata demi Allah ta’ala. Yakinlah bahwa Allah hadir di mana saja kita berada. Kalau tidak, jangan pernah menuntut pahala dari Allah.

Tiada ulasan: