12 November 2013

Kritikan yang bermanfaat.


8 Muharram 1435H. [MOD] -
Oleh Jarjani Usman
“Sesungguhnya aku telah mengatur urusan kalian, tetapi aku bukanlah orang yang paling baik di kalangan kalian. Berilah pertolongan kepadaku. Kalau aku bertindak lurus, ikutilah aku tetapi; kalau aku menyeleweng, betulkan aku” (Abu Bakar r.a.).
Untuk sebuah kritikan, ada orang yang mengibaratkannya dengan obat; sedangkan untuk pujian dengan  gula.  Gula memang terasa manis, tetapi bisa menjadi penyakit.  Obat terasa pahit, tetapi membantu menyembuhkan penyakit dengan izin Allah.  Namun obat pun bisa menambahkan penyakit bila salah diberikan atau salah minum. Dalam keadaan mendesak dan menyembuhkan, obat yang sesuai sangat penting. Dengan kata lain, dalam keadaan genting dan bersifat membangun, kritikan yang sesuai akan bermanfaat.

Bermanfaatnya kritikan kalau menyadari kelebihan dan kekurangan diri.  Sekuat apapun orang, punya sisi lemahnya, meskipun orang-orang yang terpilih sebagai penguasa.  Apalagi kekuasaan mencakup berbagai bagian hidup rakyat, sehingga dirasa puas sehingga dipuji di satu sudut, tetapi dirasa kurang sehingga dikritik di sudut lain. Di samping itu, penilaian terhadap apa yang dilakukan orang tergantung di mana tempat berdiri; yang dipandang bagus dan hebat dalam pandangan orang yang berdiri di tempat tertentu, tetapi kurang bagus menurut pandangan orang yang berdiri di tempat lain.
Menyadari peluang ketidaksempurnaan dirinya, sahabat Nabi yang bernama Abu Bakar r.a. yang pernah menjadi seorang pemimpin umat berani mengundang kritikan atau membuka diri untuk dikritik rakyatnya.  Mengundang berarti ada yang ditunggu, sehingga ketika datang kritikan, memang sudah sedang ditunggu. Kesiapan menunggu inilah yang membuat tak kaget ketika kedatangannya. Bagi Abu Bakar, kritikan mungkin dianggap sebagai obat, yang perlu dipilih yang sesuai dan diminum dengan dosis yang sesuai pula.   

Tiada ulasan: