5 Muharram 1433H. [MOD] -
Oleh Jarjani Usman
“Dan nikmat Tuhanmu, maka sebut-sebutlah” (QS. Adh-Dhuha: 11).
Sehat merupakan syarat penting menjadi pemimpin atau pejabat negara sekarang ini. Untuk tujuan itu, diadakan tes kesehatan terhadap calon-calon pemimpin atau pejabat. Namun diuji secara seksama, di antara yang lulus tes kesehatan itu belum tentu benar-benar sehat. Apalagi hatinya belum (mampu) dites. Padahal di sanalah biasanya terdapat penyakit besar yang merusak seluruh tubuh.
Terbukti tidak sedikit orang yang mengidap penyakit dalam hatinya. Di antaranya penyakit kesombongan. Di antara kesombongan itu ialah tidak mensyukuri segala nikmat dari Allah. Misalnya, segala harta kekayaan yang diperoleh cenderung dianggap sebagai hasil usahanya sendiri siang dan malam. Rapat digelar di sana-sini demi mengatur cara-cara meraih kesuksesan. Bahkan, saking giatnya berusaha, shalatpun kadangkala ditunda-tunda atau bahkan tidak sempat dikerjakan samasekali.
Padahal semua yang telah diraih berpeluang tak diraih seandainya tidak diberikan nikmat sehat badan dan pikiran oleh Allah SWT. Bila sesaat saja dicabut nikmat dalam bernafas, beragam acara yang telah direncanakan sebelumnya harus dibatalkan. Sebentar saja darah tak mengalir, banyak kesempatan untuk sukses menjadi batal. Semua ini menunjukkan tak ada keberhasilan yang diraih manusia yang terlepas dari nikmat dari Allah.
Karena itu, sepatutnya siapapun tidak menyombongkan diri dengan apa yang telah diraih. Sejatinya, banyak bersyukur setiap saat. Lebih-lebih kita tak pernah berhenti menikmati pemberian Allah, seperti tak bisa berhenti bernafas.
Oleh Jarjani Usman
“Dan nikmat Tuhanmu, maka sebut-sebutlah” (QS. Adh-Dhuha: 11).
Sehat merupakan syarat penting menjadi pemimpin atau pejabat negara sekarang ini. Untuk tujuan itu, diadakan tes kesehatan terhadap calon-calon pemimpin atau pejabat. Namun diuji secara seksama, di antara yang lulus tes kesehatan itu belum tentu benar-benar sehat. Apalagi hatinya belum (mampu) dites. Padahal di sanalah biasanya terdapat penyakit besar yang merusak seluruh tubuh.
Terbukti tidak sedikit orang yang mengidap penyakit dalam hatinya. Di antaranya penyakit kesombongan. Di antara kesombongan itu ialah tidak mensyukuri segala nikmat dari Allah. Misalnya, segala harta kekayaan yang diperoleh cenderung dianggap sebagai hasil usahanya sendiri siang dan malam. Rapat digelar di sana-sini demi mengatur cara-cara meraih kesuksesan. Bahkan, saking giatnya berusaha, shalatpun kadangkala ditunda-tunda atau bahkan tidak sempat dikerjakan samasekali.
Padahal semua yang telah diraih berpeluang tak diraih seandainya tidak diberikan nikmat sehat badan dan pikiran oleh Allah SWT. Bila sesaat saja dicabut nikmat dalam bernafas, beragam acara yang telah direncanakan sebelumnya harus dibatalkan. Sebentar saja darah tak mengalir, banyak kesempatan untuk sukses menjadi batal. Semua ini menunjukkan tak ada keberhasilan yang diraih manusia yang terlepas dari nikmat dari Allah.
Karena itu, sepatutnya siapapun tidak menyombongkan diri dengan apa yang telah diraih. Sejatinya, banyak bersyukur setiap saat. Lebih-lebih kita tak pernah berhenti menikmati pemberian Allah, seperti tak bisa berhenti bernafas.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan