Oleh Jarjani Usman
Seorang laki-laki bertanya kepada Nabi SAW, “Wahai Rasul, manusia yang bagaimanakah yang paling baik?” Rasulullah saw bersabda, “Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya.” Kemudian orang itu bertanya lagi, “Wahai Rasul, manusia yang bagaimanakah yang paling jelek?” Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang panjang umurnya namun buruk amalnya” (HR. Ahmad).
Tiap satu sendok kopi dihirup atau satu kata diucapkan, harus ditebus dengan harga yang sangat mahal. Sebab, setiap perbuatan tersebut tak pernah lepas dari proses menghabiskan umur. Meskipun tak mau dihitung harganya, umur terus melanjutkan perjalanannya menembus berbagai macam dinding penyekat manusia. Arah perjalanannya pun tak akan pernah melenceng, yaitu menuju kepada masa habisnya di dunia ini.
Bila arahan ini senantiasa disadari, setiap hamba akan berusaha mengawasi sekaligus mempertanyakan setiap proses menghabiskan umurnya sekaligus manfaatnya. Sebab, banyak perbuatan kadangkala bukan dilakukan dengan penuh pertimbangan hati tentang kebaikannya. Tidak tertutup kemungkinan, di antaranya samasekali tidak bermanfaat dalam menghasilkan bekal menuju akhirat. Tidak sedikit juga di antaranya malah bersifat merusak, seperti merusak hubungan silaturrahim dengan sesama manusia. Dan kalau diakui, inilah yang banyak digemari manusia di mana-mana.
Apalagi manusia seringkali merasa tak tua, di saat hawa nafsunya meminta. Karena itu, sipapun kita sangat dianjurkan untuk melepaskan sekat-sekat status sosial, ekonomi atau satus lainnya agar terbuka kesempatan untuk saling mengingatkan, terutama tentang pemanfaatan umur. Dengan cara demikian, masing-masing kita bisa mengarahkan diri menjadi orang yang menyempatkan diri menggunakan umur untuk hal-hal yang bermanfaat. Apalagi Rasulullah SAW telah mengingatkan, “Tidak akan bergerak kaki seseorang pada hari kiamat sehingga ditanya tentang umurnya untuk apa dihabiskan...” (HR. Tirmidzi).
Seorang laki-laki bertanya kepada Nabi SAW, “Wahai Rasul, manusia yang bagaimanakah yang paling baik?” Rasulullah saw bersabda, “Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya.” Kemudian orang itu bertanya lagi, “Wahai Rasul, manusia yang bagaimanakah yang paling jelek?” Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang panjang umurnya namun buruk amalnya” (HR. Ahmad).
Tiap satu sendok kopi dihirup atau satu kata diucapkan, harus ditebus dengan harga yang sangat mahal. Sebab, setiap perbuatan tersebut tak pernah lepas dari proses menghabiskan umur. Meskipun tak mau dihitung harganya, umur terus melanjutkan perjalanannya menembus berbagai macam dinding penyekat manusia. Arah perjalanannya pun tak akan pernah melenceng, yaitu menuju kepada masa habisnya di dunia ini.
Bila arahan ini senantiasa disadari, setiap hamba akan berusaha mengawasi sekaligus mempertanyakan setiap proses menghabiskan umurnya sekaligus manfaatnya. Sebab, banyak perbuatan kadangkala bukan dilakukan dengan penuh pertimbangan hati tentang kebaikannya. Tidak tertutup kemungkinan, di antaranya samasekali tidak bermanfaat dalam menghasilkan bekal menuju akhirat. Tidak sedikit juga di antaranya malah bersifat merusak, seperti merusak hubungan silaturrahim dengan sesama manusia. Dan kalau diakui, inilah yang banyak digemari manusia di mana-mana.
Apalagi manusia seringkali merasa tak tua, di saat hawa nafsunya meminta. Karena itu, sipapun kita sangat dianjurkan untuk melepaskan sekat-sekat status sosial, ekonomi atau satus lainnya agar terbuka kesempatan untuk saling mengingatkan, terutama tentang pemanfaatan umur. Dengan cara demikian, masing-masing kita bisa mengarahkan diri menjadi orang yang menyempatkan diri menggunakan umur untuk hal-hal yang bermanfaat. Apalagi Rasulullah SAW telah mengingatkan, “Tidak akan bergerak kaki seseorang pada hari kiamat sehingga ditanya tentang umurnya untuk apa dihabiskan...” (HR. Tirmidzi).
Tiada ulasan:
Catat Ulasan