26 Zulkaedah 1433H. [MOD] -
Oleh Jarjani Usman/Serambi.
“Barangsiapa yang mempunyai kemampuan tetapi dia tidak berkurban, maka janganlah dia mendekati tempat shalat kami” (HR. Ahmad & Ibnu Majah).
Demikian penting makna ibadah kurban bagi setiap manusia, khususnya orang-orang mukmin. Lebih-lebih secara bahasa, qurban bermakna dekat. Sehingga qurban merupakan upaya mendekatkan diri kepada Allah, yang dilakukan dengan menyembelih hewan kurban pada hari raya Idul Adha. Meskipun sunat hukumnya, ibadah ini mendekati wajib, sehingga Rasulullah sallallahu alaihi wasallam sangat tidak suka terhadap orang-orang yang mampu berkurban tetapi tidak mau melaksanakannya.
Lagipula, ibadah qurban juga bersifat kepedulian terhadap sesama manusia, khususnya orang-orang yang tidak mampu. Dengan demikian, ibadah ini bukan hanya menciptakan kedekatan dengan Allah, tetapi juga kepedulian dan kasih sayang terhadap sesama. Wajar sekali kalau pahala yang disediakan berlipatganda. Manfaat ganda sekaligus pahala yang banyak ini akan dicari, kecuali oleh orang-orang yang hatinya telah mati, misalnya, akibat banyak mengambil yang bukan haknya atau sudah demikian kuat dicengkeram setan.
Nabi Ibrahim alaihissalam sendiri juga pernah berkali-kali digoda setan tatkala ingin melaksanakan kurban sesuai dengan perintah Allah. Yaitu, menyembelih anaknya yang bernama Ismail. Sehingga beliau melempar setan, yang hingga sekarang dikenal dengan melempar Jumrah yang dilakukan oleh para jamaah Haji. Karena itu, bila tidak ada niat untuk berkurban di saat mampu, jangan lupa berpikir bahwa mungkin setan sedang menggoda agar kita tidak mengambil kesempatan berharga ini.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan