24 Jamadil Awal 1433H. [MOD] -
Pada kegiatan "Secercah Harapan Untuk Amalia" (CERIA) di Rumah Amalia Ahad ada sebuah perbincangan yang menarik diantara Mbak Luscy, Om Jo, Fahry, Kak Lia, Kak Isa, Kak Ipunk, Kak Ranie, kakak-kakak Rumah Amalia. Betapa saat ini begitu banyak orang yang membutuhkan tempat untuk berteduh bagi siapapun yang merasakan keresahan dalam hidupnya. Dirumah Amalia seperti wadah yang meluber, tidak mampu menampung air bah yang melimpah. Fenomena apa yang sesungguhnya terjadi?
Mengapa begitu banyak orang yang membutuhkan tempat untuk berteduh? Secara psikologis orang yang sehat adalah orang yang mampu mendermakan cinta pada sesamanya. Sedangkan orang yang hatinya dipenuhi rasa permusuhan, dengki, cemburu dan kebencian semuanya merupakan beban mental yang menjurus pada penyakit kejiwaan bersifat patologis. Dalam Islam, penghayatan kasih sayang digunakanlah istilah ridha.
Pengertian ridha adalah sikap yang didasari pengetahuan, kesadaran dan keyakinan bahwa kasih sayang Allah meluap memenuhi ruang dan waktu. Sesungguhnya hidup kita dalam lingkup kasih sayang Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Sikap ridha akan selalu berpikir positif terhadap hidup karena dibalik fragmen kehidupan terkadang ada adegan-adegan yang pahit dan buram mekipun terkandung hikmah dari pancaran kasih sayang Allah.
Rasa keterasingan, kesunyian ditengah keramaian, merasa kesepian dalam kesendirian akan terkikis secara emosional apabila kita memiliki hubungan yang hangat dengan Yang Maha Kasih. Ketiadaan hubungan kepada yang Maha Kasih inilah yang menimpa banyak orang sehingga begitu mudahnya terseret pada situasi putus asa bahkan sampai bunuh diri. Berdasarkan survei penyebab bunuh diri ditengah masyarakat justru bukanlah masalah yang teramat berat.
Diantaranya karena kekecewaan akibat putus cinta, perselisihan rumah tangga, gagal dalam karier telah membuat seseorang melakukan tindakan bunuh diri. Hal ini menunjukkan betapa dangkal dan lemahnya iman seseorang dalam menghayati hidup.
Dalam pandangan Islam, mereka telah terperosok dalam 'pinggiran' dimensi spiritual yang mampu menangkap dan merasakan kehadiran Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam dirinya tidak bisa berfungsi. Hatinya telah tertutupi oleh nafsu bagi masuknya cahaya dan kasih sayang Allah sehingga mereka juga kehilangan kasih sayang yang ada pada dirinya. Demikianlah bila dunia hanya pendekatan sistem, teknis dan teknologi semata akan memunculkan kehidupan yang kering, mekanik dan tidak manusiawi.
Produk sistem dan teknologi tanpa visi cinta dan kasih sayang Ilahi Robbi maka menjadikan hidup kita tak ubahnya seperti robot, kesepian dalam keramaian, kesendirian tak berteman. Paradigma kasih sayang akan menuntun kita sikap arif dan konsisten untuk mengembangkan potensi kemanusiaan maka realitas dunia tampak begitu indah sekaligus challenging, bukan fringtening.
Seorang Mukmin adalah 'Lover of Wisdom' atau Pecinta Kearifan. Karena cinta kearifan dan semangatnya pada kemanusiaan maka Rasulullah Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Salam semakin nampak tegar dan anggun ditengah cobaan dan tantangan yang selalu menghadang dan mengitarinya.
Kita tentunya patut meneladani Rasulullah sebagai "Lover of Wisdom" Lebih peduli dengan persoalan-persoalan kemanusiaan. Maka kitapun menjadi tempat berteduh bagi orang-orang yang berada disekitar kita.
AGUS/-
Pada kegiatan "Secercah Harapan Untuk Amalia" (CERIA) di Rumah Amalia Ahad ada sebuah perbincangan yang menarik diantara Mbak Luscy, Om Jo, Fahry, Kak Lia, Kak Isa, Kak Ipunk, Kak Ranie, kakak-kakak Rumah Amalia. Betapa saat ini begitu banyak orang yang membutuhkan tempat untuk berteduh bagi siapapun yang merasakan keresahan dalam hidupnya. Dirumah Amalia seperti wadah yang meluber, tidak mampu menampung air bah yang melimpah. Fenomena apa yang sesungguhnya terjadi?
Mengapa begitu banyak orang yang membutuhkan tempat untuk berteduh? Secara psikologis orang yang sehat adalah orang yang mampu mendermakan cinta pada sesamanya. Sedangkan orang yang hatinya dipenuhi rasa permusuhan, dengki, cemburu dan kebencian semuanya merupakan beban mental yang menjurus pada penyakit kejiwaan bersifat patologis. Dalam Islam, penghayatan kasih sayang digunakanlah istilah ridha.
Pengertian ridha adalah sikap yang didasari pengetahuan, kesadaran dan keyakinan bahwa kasih sayang Allah meluap memenuhi ruang dan waktu. Sesungguhnya hidup kita dalam lingkup kasih sayang Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Sikap ridha akan selalu berpikir positif terhadap hidup karena dibalik fragmen kehidupan terkadang ada adegan-adegan yang pahit dan buram mekipun terkandung hikmah dari pancaran kasih sayang Allah.
Rasa keterasingan, kesunyian ditengah keramaian, merasa kesepian dalam kesendirian akan terkikis secara emosional apabila kita memiliki hubungan yang hangat dengan Yang Maha Kasih. Ketiadaan hubungan kepada yang Maha Kasih inilah yang menimpa banyak orang sehingga begitu mudahnya terseret pada situasi putus asa bahkan sampai bunuh diri. Berdasarkan survei penyebab bunuh diri ditengah masyarakat justru bukanlah masalah yang teramat berat.
Diantaranya karena kekecewaan akibat putus cinta, perselisihan rumah tangga, gagal dalam karier telah membuat seseorang melakukan tindakan bunuh diri. Hal ini menunjukkan betapa dangkal dan lemahnya iman seseorang dalam menghayati hidup.
Dalam pandangan Islam, mereka telah terperosok dalam 'pinggiran' dimensi spiritual yang mampu menangkap dan merasakan kehadiran Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam dirinya tidak bisa berfungsi. Hatinya telah tertutupi oleh nafsu bagi masuknya cahaya dan kasih sayang Allah sehingga mereka juga kehilangan kasih sayang yang ada pada dirinya. Demikianlah bila dunia hanya pendekatan sistem, teknis dan teknologi semata akan memunculkan kehidupan yang kering, mekanik dan tidak manusiawi.
Produk sistem dan teknologi tanpa visi cinta dan kasih sayang Ilahi Robbi maka menjadikan hidup kita tak ubahnya seperti robot, kesepian dalam keramaian, kesendirian tak berteman. Paradigma kasih sayang akan menuntun kita sikap arif dan konsisten untuk mengembangkan potensi kemanusiaan maka realitas dunia tampak begitu indah sekaligus challenging, bukan fringtening.
Seorang Mukmin adalah 'Lover of Wisdom' atau Pecinta Kearifan. Karena cinta kearifan dan semangatnya pada kemanusiaan maka Rasulullah Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Salam semakin nampak tegar dan anggun ditengah cobaan dan tantangan yang selalu menghadang dan mengitarinya.
Kita tentunya patut meneladani Rasulullah sebagai "Lover of Wisdom" Lebih peduli dengan persoalan-persoalan kemanusiaan. Maka kitapun menjadi tempat berteduh bagi orang-orang yang berada disekitar kita.
AGUS/-
Tiada ulasan:
Catat Ulasan