15 Rejab 1432H. [MOD] -
Jarjani Osman.
“Tidak boleh hasad kecuali pada dua orang, iaitu orang yang Allah anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan dan orang yang Allah beri ilmu, ia tunaikan dan mengajarkannya” (HR. Bukhari & Muslim).
Ujian bagi manusia kadangkala berkenaan dengan apa yang dimiliki orang lain. Pada orang lain boleh jadi dianugerahkan suatu kelebihan, sehingga berpeluang menimbulkan iri hati agar apa yang dimiliki orang lain hilang dan berpindah kepadanya. Bila perasaan begitu menggelegak dan tidak mampu dikawal, maka akan melahirkan berbagai perbuatan buruk lainnya.
Sebenarnya, tidak ada untungnya sama sekali memelihara iri hati. Bahkan, iri hati memunculkan derita di dalam hati dan menyesakkan dada orang yang iri. Untuk menghidari hal-hal seperti itu, sangat dianjurkan untuk mengelola hati ketika diuji dengan apa yang dimiliki orang lain. Caranya, menurut Rasulullah, “Jika salah seorang di antara mu melihat orang lain diberi kelebihan harta dan fisikal, maka lihatlah kepada orang yang berada di bawahnya” (HR. Bukhari & Muslim). Juga dianjurkan, “Pandanglah orang yang berada di bawah mu (dalam hal harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu. Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu” (HR. Muslim).
Namun demikian, sangat dianjurkan memanfaatkan perasaan iri yang ada untuk kebaikan. Di antaranya, iri kepada orang-orang yang banyak berbuat kebaikan dengan harta dan ilmunya. Bila perasaan iri semacam ini dipelihara, maka kemajuan diri akan diperlehi. Apalagi, iri yang seperti ini seringkali menjadi pemicu semangat bagi diri sendiri untuk berbuat kebaikan sekaligus kemajuan.
Jarjani Osman.
“Tidak boleh hasad kecuali pada dua orang, iaitu orang yang Allah anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan dan orang yang Allah beri ilmu, ia tunaikan dan mengajarkannya” (HR. Bukhari & Muslim).
Ujian bagi manusia kadangkala berkenaan dengan apa yang dimiliki orang lain. Pada orang lain boleh jadi dianugerahkan suatu kelebihan, sehingga berpeluang menimbulkan iri hati agar apa yang dimiliki orang lain hilang dan berpindah kepadanya. Bila perasaan begitu menggelegak dan tidak mampu dikawal, maka akan melahirkan berbagai perbuatan buruk lainnya.
Sebenarnya, tidak ada untungnya sama sekali memelihara iri hati. Bahkan, iri hati memunculkan derita di dalam hati dan menyesakkan dada orang yang iri. Untuk menghidari hal-hal seperti itu, sangat dianjurkan untuk mengelola hati ketika diuji dengan apa yang dimiliki orang lain. Caranya, menurut Rasulullah, “Jika salah seorang di antara mu melihat orang lain diberi kelebihan harta dan fisikal, maka lihatlah kepada orang yang berada di bawahnya” (HR. Bukhari & Muslim). Juga dianjurkan, “Pandanglah orang yang berada di bawah mu (dalam hal harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu. Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu” (HR. Muslim).
Namun demikian, sangat dianjurkan memanfaatkan perasaan iri yang ada untuk kebaikan. Di antaranya, iri kepada orang-orang yang banyak berbuat kebaikan dengan harta dan ilmunya. Bila perasaan iri semacam ini dipelihara, maka kemajuan diri akan diperlehi. Apalagi, iri yang seperti ini seringkali menjadi pemicu semangat bagi diri sendiri untuk berbuat kebaikan sekaligus kemajuan.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan