25 Januari 2012

Teks Khutbah : Memberi Makna Kehidupan Menurut Ajaran Islam

1 Rabi'ul Awal 1433H. [MOD] -
Oleh DR. H. Syukri Muhammad Yusuf, Lc, MA

“Ketahuilah, sesungguhanya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam – tanamannya mengagumkan para petani; kemudian ( tanaman ) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu”. (QS. Al – Hadid : 20)

DEMIKIAN ilustrasi Al-Quran dalam menggambarkan kehidupan dunia ini sebagai permainan, senda gurau, perhiasan, saling berbangga dan berlomba dalam kekayaan, anak keturunan dan lain sebagainya. Kemudian mengumpamakan itu semua dengan tanam-tanaman yang pada awalnya mengagumkan petani kemudian menjadi kering dan hancur. Di ujung ayat ditutup dengan ungkapan “kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu”. Satu hal yang paling menakutkan adalah ayat ini disertai dengan ancaman bahwa di akhirat kelak ada azab yang keras, meskipun ada ampunan dan keridhaan Allah.

Mengingat hal tersebut di atas maka bisa dimengerti kenapa kita sebagai muslim yang meyakini kebenaran semua informasi yang datang dari Allah harus mengisi kehidupan ini sesuai dengan ajaran Islam. Karena hanya orang-orang yang hidup di dunia ini di bawah tuntunan dan petunjuk agama sajalah yang akan mendapat ampunan Allah dan keridhaan-Nya di akhirat kelak, selain itu akan mendapat azab yang keras dari-Nya. Oleh karena itu, setiap mukmin diperintahkan untuk beramal dan berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya semasa hidup di dunia ini. Hari demi hari yang dilalui harus semakin baik dan berguna bagi kehidupan di akhirat.

Jika manusia hanya menyibukkan dirinya untuk kepentingan dunia semata, maka mereka benar-benar menjadi orang-orang yang rugi di hari akhirat nanti. Karena itu, dalam banyak ayat Al-Quran manusia diingatkan agar senantiasa mempersiapkan bekal di kehidupan dunia yang singkat ini untuk kebahagiaan hari esok.

Khutbah singkat ini, ingin memberikan gambaran sekilas tentang cara memaknai hidup secara Islam dan di bawah panji-panji ajarannya yang hanif. Sehingga manusia terhindar dari kehidupan yang bernuansa permainan, perhiasan, senda-gurau dan sikap berbangga-bangga yang merupakan perbuatan sia-sia dari perbuatan syetan. Berikut ini akan dipaparkan beberapa cara memaknai hidup agar bermanfaat di dunia dan di akhirat, yaitu antara lain hidup ini harus diisi dengan hal-hal sebagai berikut:

1. Islam mengajarkan manusia khususnya para pemeluknya untuk mengisi hidup ini dengan ibadah.

Dalam sebuah ayat Allah SWT berfirman yang artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi (beribadah) kepada-Ku”. (Qs. adz-Dzariyaat :56).

Akan tetapi ibadah yang dimaksudkan dalam ayat ini bukanlah semata-mata berbentuk kegiatan ritual, karena ibadah dalam Islam dalam maknanya yang luas tidak hanya mencakup ibadah ritual belaka, melainkan terkait dengan semua kegiatan hidup sehari-hari yang diridhai oleh Allah dan Rasul-Nya.

2. Menjalin hubungan yang baik dengan Allah.
Merupakan suatu keharusan mutlak bagi setiap muslim untuk menjalin hubungan baik dengan Allah, sehingga setiap Muslim akan merasa dekat dengan-Nya. Bila hubungan itu sudah terasa dekat, maka di mana pun dia berada, kemana pun dia pergi dan bagaimana pun situasi dan kondisi yang dihadapinya, seorang muslim akan selalu merasa diawasi oleh Allah SWT. Kalau perasaan ini sudah tertanam pada jiwa manusia, maka dia tentu tidak berani menyimpang dari jalan Allah.

3. Menjalin hubungan baik sesama manusia.
Allah berfirman, “Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia,...”. (Qs. Ali Imran : 112).
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri-sendiri, setiap manusia pasti membutuhkan kepada manusia lainnya. Karena demikian manusia harus menjalin komunikasi yang inten dan hubungan yang baik antara semamanya. Islam melarang manusia saling bermusuhan, saling mengadu domba, memfitnah, menggunjing, mencaci maki, mengupat, membuka aib saudaranya sampai pada iri hati, dengki dan lain sebagainya yang merupakan aktivitas hati.
Sebaliknya, manusia diharuskan agar senantiasa berbuat baik antara sesama, menjalin persaudaraan, menjaga persatuan dan kesatuan, selalu tolong menolong dalam kebaikan, sayang-menyayangi, bahu-membahu, saling memberikan hadiah.

4. Senantiasa berpegang teguh pada Al-Quran dan Sunnah.
Al-Quran dan Sunnah merupakan pedoman dalam perjalanan hidup manusia. Barangsiapa yang berpegang kepada keduanya niscaya tidak akan tersesat selama-lamanya. Ibarat pelaut, Al-Quran dan Sunnah itu merupakan kompas yang menunjuki arah perjalanan. Apabila dua pedoman ini diabaikan, maka seorang muslim akan tersesat dari jalan hidup yang benar. Sebaliknya, bila pedoman ini di pegang erat-erat, niscaya seorang Muslim tidak akan berhasil disesatkan oleh setan dan para pengikutnya dari jalan hidup yang benar.

5. Mencari ridha Allah SWT.
Allah berfirman, “Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya”, (Qs. Al-Baqarah : 207).
Agar seorang Muslim bisa mencapai ridha Allah, maka dia harus tetap berada di jalan yang lurus. Artinya, kehidupan ini harus dijalani sesuai dengan jalan Ilahi, Allah berfirman, “Dan bahwa adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan, karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa”. (Qs. al-An’am : 153).

6. Berjihad dan berkorban di jalan Allah.
Allah SWT berfirman, “Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan”. (Qs. at-Taubah : 20) Dalam konteks perjuangan di jalan Allah, pengorbanan menjadi sangat penting karena memang tidak mungkin perjuangan dapat berjalan dengan baik tanpa pengorbanan yang dilakukan oleh kaum Muslimin.

7. Tidak melakukan kesalahan atau maksiat.
Dalam sebuah hadits Rasulullah Saw. bersabda, “Sebaik-baik Islam seseorang adalah yang meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat”. (HR. Tirmizi dan Baihaqi). Dan dalam literatur turats disebutkan, “hari yang paling besar dalam hidup dan kehidupan seseorang adalah hari di mana dia tidak melakukan kesalahan dan maksiat sekecil apapun sehingga tidak ditulis atasnya pada hari itu dosa”.

8. Memanfaatkan waktu untuk berbuat taat.
Waktu merupakan bagian tak terpisahkan dalam kehidupan, namun banyak manusia di dunia ini yang mengabaikan pemanfaatan waktu dengan baik. Waktu yang diberikan Allah kepada seseorang sepanjang hidupnya di dunia merupakan amanah yang perlu dijaga dan dimanfaatkan untuk berbuat taat kepadaNya.
Karena pentingnya pemanfaatan waktu maka Allah bersumpah dalam Al-Quran dengan firmanNya, “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (Qs. al-‘Ashr : 1-3)
9. Mencari kebahagian untuk kehidupaan di akhirat.
Akhinya, poin yang paling penting dari seluruh uraian di atas dalam mengisi kehidupan sesuai ajaran Islam adalah bagaimana kita bekerja keras untuk memperjuangkan nasib kita di akhirat kelak. Kalau bukan di kehidupan dunia ini kita melakukannya lalu di mana lagi, dunia adalah tempat bercocok tanam untuk akhirat.

Intisari Khutbah
Al-Quran dalam menggambarkan kehidupan dunia ini sebagai permainan, senda gurau, perhiasan, saling berbangga dan berlomba dalam kekayaan, anak keturunan dan lain sebagainya. Kemudian mengumpamakan itu semua dengan tanam-tanaman yang pada awalnya mengagumkan petani kemudian menjadi kering dan hancur. Ayat tersebut ditutup dengan ungkapan “kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu”. Satu hal yang paling menakutkan adalah ayat ini disertai dengan ancaman bahwa di akhirat kelak ada azab yang keras, meskipun ada ampunan dan keridhaan Allah.

Oleh karena itu bisa dimengerti kenapa kita sebagai muslim yang meyakini kebenaran semua informasi yang datang dari Allah harus mengisi kehidupan ini sesuai dengan ajaran Islam. Karena hanya orang-orang yang hidup di dunia ini di bawah tuntunan dan petunjuk agama sajalah yang akan mendapat ampunan Allah dan keridhaan-Nya di akhirat kelak, selain itu akan mendapat azab yang keras dari-Nya.

Jika manusia hanya menyibukkan dirinya untuk kepentingan dunia semata, maka mereka benar-benar menjadi orang-orang yang rugi di hari akhirat nanti. Karena itu, dalam banyak ayat Al-Quran manusia diingatkan agar senantiasa mempersiapkan bekal di kehidupan dunia yang singkat ini untuk kebahagiaan hari esok.
---------
Tulisan tersebut adalah naskah Khutbah Jumat (20/1/2012) di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh | Redaksi akan menerbitkan teks khutbah setiap Jumat

Serambi/-

Tiada ulasan: