28 Mac 2012

Bangkit Disaat Terpuruk

5 Jamadil Awal 1433H. [MOD] -

Bangkit disaat terpuruk karena kehilangan orang yang kita cintai membutuhkan kekuatan yang besar. Membantu untuk bangkit dan kuat ditengah keterpurukan dengan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, itulah yang kami lakukan di Rumah Amalia pada seorang ibu.

Secercah kebahagiaan itulah yang mampu mengobati rasa duka dan terkejut karena kehilangan secara tiba-tiba seseorang yang dikasihi, meskipun sudah dapat diperkirakan bahwa hal itu akan terjadi karena sakit yang diderita oleh suami. Membuatnya lupa diri dan larut dalam kedukaan yang amat parah.

Penyangkalan akan kenyataan yang terjadi, penolakan dan rasa marah kepada keadaan dirinya, kepada orang lain bahkan kepada Allah karena merasa diperlakukan tidak adil, membuatnya semakin terpuruk. Secara pisik dan emosional sudah tidak terkendali lagi dan ia tidak peduli dengan dirinya, dengan anak-anaknya, dengan kehidupan sekitarnya. Suatu keberuntungan bahwa secara ekonomi ia dan anak-anaknya tidak mengalami kesulitan karena suaminya almarhum telah menyiapkan segala sesuatunya dengan cermat.

Namun kenangan akan almarhum suaminya membuat dirinya semakin sedih dan menderita. Predikat 'Single Parent' yang ditakutinya kini menjadi kenyataan. Untuk jangka waktu yang lama ia terbuai dalam kegelisahan, kesepian dan kesendirian, ingin mati dan pernah terpikir untuk bunuh diri dengan menelan obat-obat penenang. Ibu itu jatuh sakit. Dalam keadaan terbaring di Rumah Sakit mengenal banyak orang yang mengalami hal yang sama, kehilangan orang-orang yang dicintainya Dalam proses, akhirnya beliau menyadari jika suami yang telah tiada begitu sangat berharga maka yang ada juga sama bahkan lebih berharga, sampai kemudian beliau lebih menyayangi dan penuh perhatian kepada anak-anaknya yang masih ada. Begitulah, dari ketiadaan, kita bisa mengetahui betapa berharganya sesuatu yang ada setelah tiada.

Ternyata mereka mengalami hal yang sama, bahkan ada diantara mereka yang menanggung beban yang lebih berat daripada dirinya. Justru ditengah keterpurukan membuat dirinya lebih mengenal kasih sayang Allah Subhanahu Wa Ta'ala. beliau menemukan kembali dirinya sendiri dan bisa mengatasi rasa duka kehilangan orang yang dicintainya. Beliau menyadari bahwa anugerah hidup yang diberikan oleh Allah harus dipergunakan untuk menjalankan tugas panggilannya sebagai ibu sekaligus sebagai ayah bagi anak-anaknya dan juga bagi sesama melalui kegiatan di Rumah Amalia. Kenangan manis akan orang yang dicintainya tetap disimpannya, rasa duka, sepi dan sendiri perlahan mencair dan beliau memperoleh secercah kebahagiaan yang telah lama menghilang.

posted by :agussyafii

Tiada ulasan: