09 Disember 2008

Khutbah Aidil Adha ADUN Titi Serong.

TITI SERONG, 8 Dis :- ADUN Titi Serong meneruskan pendekatan mesra mesjid dan surau apa bila turun ke kampung dalam kawasan DUN Titi Serong untuk menyampaikan khutbah Hari Raya Aidil Adha pada tahun ini.

Sekali ini beliau Berkhutbah di Mesjid Tebuk Jawa yang letaknya tidak berapa jauh dari Bandar Parit Buntar.

Menurut sumber dari Pejabat ADUN yang dihubungi sebelum ini. ADUN Titi Serong melalui Ketua Kampung setempat telah menghantar surat rasmi kepada pihak masjid memohon untuk berkhutbah.

Berikut adalah intipati dari khutbah beliau :

Alhamdulillah, kita bersyukur kepada Allah subhanahu wata’la pada pagi hari ini kita dikaruniai Allah subhanahu wata’ala kesempatan untuk menyambut hari raya idul Adha, setelah kaum mujslimin sedunia melakukan wukuf di Padang Arafah dan setelah umat Islam melaksanakan puasa sunat mulai 1 sampai 9 Dzulhijjah, khususnya 8 dan 9 yaitu hari tarwiyah dan Arafah.

Walaupun dalam keadaan bagaimana, setiap ia datang kita sambut Aidil Adha ini denga rasa syukur. Kita sambut dengan menyerukan satu jalinan kalimat-kalimat suci dan mengumandangkan rajutan benang-benang tauhid.

 kalimat takbir (الله أكبر), mengagungkan Allah Yang Maha Besar.
 Kalimat tauhid (لا إله إلا الله), mengesakan Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah.
 Kalimat tahmid (الحمد), mensyukuri nikmat Allah Yang Maha Pengasih dan pemurah.

Allah Akbar…3x Allahu Akbar walillahil Hamd.
Manusia yang bemacam-macam rupa, warna, bahasa, bangsa dan agama mempunyai satu kesatuan dan kesamaan , iaitu kesamaan tujuan dalam hidup. Mereka yang bermacam-macam pekerjaan dan tingkat pendidikan itu, ternyata yang mereka cari hanya satu iaitu ketentraman, kedamaian, dan kebahagiaan.

Ketahuilah, bahwa manusia tidak akan mencapai kebahagiaan yang hakiki di dunia dan akhirat kecuali hanya melalui satu jalan, iaitu Islam. Baginda Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Sungguh beruntung orang-orang yang berserah diri (masuk Islam), diberi rezki yang cukup, dan diberikan perasaan puas oleh Allah (qanaah) atas apa yang telah Dia berikan kepadanya.”(HR. Ahmad dan Muslim).


Bersalaman dengan jemaah sesudah selesai khutbah.



Jalan satu-satunya untuk meraih kebahagiaan hakiki menurut petunjuk Allah dan Rasul-Nya adalah melalui jalan Islam. Ibaratnya, bumi ini kita ibaratkan sebagai agama Islam, tanahnya bagaikan hati manusia, dan benih tanamannya bagaikan benih iman, sedangkan bajanya bagaikan siraman rohani dan kajian terhadap Islam. Kalau kita bercocok tanam maka janganlah bercocok tanam di ruang angkasa atau di planet lain, tetapi tanamlah di planet bumi. Kemudian , kalau bercocok tanam di bumi, maka pilihlah tanah yang subur, bukan tanah yang tandus. Kalau kurang subur maka suburkanlah dengan baja yang sesuai.

Kalau benih iman sudah bertunas, maka rawat dan pupuklah agar ia tumbuh normal, pohonnya segar dan buahnya besar.

Sejauh mana kita mampu memewnyelaraskan keempat unsur tadi, maka sejauh itu pula kita akan mendapatkan buah kebahagiaan, dan kita akan menjadi manusia yang sejati, dan masyarakat yang diberkati.

Allahu Akbar… 3x Allahu Akbar walillahil Hamd
Sesungguhnyalah kebahagiaan itu tidak diperolehi dengan melayan hawa nafsu, memuaskan sahwat dan mengumpul harta. Akan tetapi kebagiaan itu diperoleh dengan himmah (gairah hidup), pola pemikiran dan pola kehidupan yang Islami.

Orang yang bodoh terhadap agama serta rapuh imannya, selamanya tidak akan mendapatkan kebahagiaan hakiki. walaupun semakin kaya, ia semakin bertambah sengsara dan menderita.

Allah subhanahu wata’ala menegaskan bahwa kebahagiaan sejati itu hanya diperoleh melalui iman dan taqwa –dalam firman-Nya yang artinya:

“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yan lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”(QS. an-Nahl: 97)

Dan Allah subhanahu wata’ala berfirman yang artinya,

”Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangka.” (QS. ath-Thalaq: 2-3)

Allahu Akbar…3x
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.
Dalam usaha mencapai kebahagiaan sejati Islam mengajarkan kepada kita beberapa perkara, iaitu:

Pertama: carilah kehidupan akirat, tetapi jangan lupa kehidupan duniamu.
Jadi, sekiranya ada yang beranggapan carilah kehidupan duniamu tetapi jangan melupakan akhirat. Itu terbalik dan keliru. Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya,

”Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepada (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. al-Qashash: 77).

Maksud dari ayat tersebut ialah:

 gunakanlah nikmat badan, akal dan harta yang telah dianugerahkan Allah kepada kita untuk mencari ridha Allah, taat kepada-Nya dalam bentuk ibadah serta mengikuti hukum-hukum-Nya. “Tetapi sisakanlah, jangan lupa “sisakan” untuk sekedar kehidupan duniamu, dari makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal dan keluargamu.

 Berbuat Baiklah kepada sesama muslim dan kepada sesama makhluk Allah, sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu.

 Janganlah kita gunakan berbagai nikmat Allah yang telah dianugerahkan kepada kita untuk berbuat kerusakan dan kamaksiatan di muka bumi Allah ini.

 Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan dan maksiat.

Allahu Akbar…3x Allahu Akbar walillahil Hamd
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Kedua: Untuk mendapatkan Akhirat kita harus berani mengorbankan dunia.
Bukan sebaliknya: untuk mendapatkan dunia kita harus mengorbankan Akhirat, atau dengan melanggar syari’at Islam.Pandangan Ini juga keliru dan boleh menyesatkan manusia.
Ingatlah kisah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam ketika diperintah Allah untuk menyembelih puteranya Isma’il ‘alaihissalam.

Melalui kisah ini timbul beberapa persoalan untuk kita renungkan :-

 Adakah sesuatu yang paling dicintai manusia selain dari darah dagingnya sendiri?!
 Adakah anak yang paling dicintai selain anak satu-satunya yang ia miliki?!
 Adakah anak tunggal yang paling dicintai selain anak yang sudah lama dinanti-nanti kehadirannya serta diidam-idamkan, dan lahir ketika orang tua sudah lanjut usia.
 Tidak ada. Semua itu hanya ada pada diri Nabi Isma’il dan Nabi Ibrahim ‘alaihimassalam.

Namun demikian:

 Adakah itu semua lebih berharga dari pada ridha Allah?!
 Adakah kebahagiaan duniawi tersebut lebih berharga dari kebahagiaan ukhrawi?!
 Adakah itu semua membuat Nabi Ibrahim ‘alaihissalam bimbang dan menolak perintah Allah?!

Ternyata tidak. Demi mendapatkan ridha Allah beliau rela mengorbankan ridha Allah. anak satu-satunya yang lebih berharga dari nyawanya sendiri. Bahkan tidak hanyaitu, beliau sendiri yang akan mengenggam pedang dan menyembelihnya. Subhanallah… seandainya bukan karena iman yang benar dan kokoh, tentu Nabi Ibrahim tidak akan sanggup berbuat demikian.

Allahu Akbar… 3x Allahu Akbar walillahil Hamd
Di manakah diri kita dari kisah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam ini?! Relakah kita, atau pernahkah kita mengorbankan harta, raga atau jiwa untuk membela agama Allah dan untuk mencari ridha Allah?! Ataukah sebaliknya, guna mendapatkan sejumlah uang kita rela melupakan Allah, rela meninggalkan ibadah, rela meninggalkan halal-haram, atau bahkan kita rela menjual agama kita dengan harga murah? Na’udzubillah…

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
ketiga: kita harus bersabar dalam beribadah, atau dalam menjalankan syari’at Islam.
Ingatlah ketika sang bapak yang dengan belas kasihnya menawarkan: “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu, bagaimanakah pendapatmu?” Maka si anak yang shalih itu, yang berbakti kepada Allah dan orang tuanya dengan waras, sabar dan tawakkal menjawab: “Wahai ayah, kalau itu memang perintah Allah, maka lakukanlah, dan wajib engkau lakukan, insya Allah saya akan bersabar…” (lihat QS. ash-Shafaat: 102)

Subhanallah…bapa dan anak sama-sama hebat; tunduk dan patuh kepada Allah subhanahu wata’ala dengan sabar…!

Allahu Akbar…3x Allahu Akbar walillahil Hamd
Ya Allah… sesungguhnya kita ini termasuk orang-orang yang zhalim… jangankan diancam untuk dikurangi gaji saja kita sudah rela meninggalkan shalat. Diancam dengan sedikit ugutan saja kita rela khianat kepada Allah. kita ini benar-benar zhalim…jangankan diancam, tidak ada ancaman dari siapapun kita rela meninggalkan shalat, dan muslimah rela untuk melepas jilbab. Hanya demi pekerjaan, demi jawatan, dan demi kekayaan yang bersifat sementara itu kita rela meletakkan syari’at ke tepi, kita rela hidup seperti hewan yang lepas dari kandang tanpa gembalanya. Ancaman Allah tidak pernah kita hiraukan, justru kita remehkan. Berbagai musibah sudah sering kita rasakan, kejadian tanah runtuh semakin menjadi-jadi, kemalangan maut hamper setiap jam berlaku,tetapi hati ini sudah terlanjur bebal sehingga tidak boleh mengambil iktibar dan pelajaran. Kita berjalan berlenggang-lenggang kangkung, seolah tanpa dosa yang pernah dilakukan.

Allahu Akbar…3x Allahu Akbar walillahil Hamd
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Sekali lagi, marilah kita renungkan kisah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam beserta anaknya, Ismail ‘alaihissalam ini. Mari kita tanamkan dalam lubuk hati yang paling dalam. Ingatlah, siapa diri kita ini sebenarnya. Hanyalah seorang manusia yang hina, penuh dosa dan noda, tidak memiliki apa-apa, dan pasti akan mati, kembali kepada Sang pencipta untuk diperiksa dan dihisab amal perbuatan amal perbuatan kita.

Demi Allah, semua manusia pasti rugi, semua sengsara dan menderita.kecuali orang yang beriman dan taat melakukan ibadah yang ditutut Allah. Dengan susah payah siang dan malam ramai yang berusaha mencari kebahagiaan, tetapi tidak pernah mendapatkannya. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih… (QS. al-Ashr: 1-3) Teks asal : As sofwah

PAS Parit Buntar korban lima ekor lembu

PARIT BUNTAR, 8 Dis. : Hari ini, 10 Zulhijjah 1429 H, kita umat Islam di Malaysia merayakan Aidul Adha dengan ibadat korban menjadi fokus utama sesuai dengan anjuran agama.

Pagi tadi, umat Islam bersolat Aidul Adha dan seperti biasa umat Islam diingatkan semula dengan peristiwa korban Nabi Ibrahim dan puteranya Nabi Ismail. Peristiwa korban yang terbesar dalam sejarah kehidupan manusia kerana melaksanakan perintah Allah.

Drs. Khalil membantu kerja melapah.

PAS Parit Buntar tidak ketinggalan meneruskan aktiviti tahunan mengadakan program Ibadah Korban. Sebanyak lima ekor lembu telah dikorbankan pada jam 2.00 petang hari ini di Pusat Tarbiyyah PAS Parit Buntar, Titi Serong.

PAS Parit Buntar tidak ketinggalan meneruskan aktiviti tahunan mengadakan program Ibadah Korban. Sebanyak lima ekor lembu telah dikorbankan pada jam 2.00 petang hari ini di Pusat Tarbiyyah PAS Parit Buntar, Titi Serong.

Beliau mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah membantu menguruskan ibadah korban Pas Kawasan pada tahun ini. Urusan pengagihan daging korban juga berjalan lancar, di mana wakil PAS Cawangan datang mengambil daging korban untuk diserahkan kepada fakir miskin di Cawangan masing-masing.

Turut hadir ke majlis ibadah korban ini ialah ADUN Titi Serong Drs. Khalil Idham Lim dan pimpinan PAS Kawasan. ADUN TIti Serong turut melaksanakan ibadah korban melalui PAS Kawasan pada tahun ini.

ADUN Titi Serong menyaksikan upucara penyembelihan.

Sementara itu, program ibadah korban ini juga dilaksanakan oleh ahli-ahli PAS Cawangan di Markas, Surau dan Masjid tempat masing-masing. PAS Parit Buntar sangat mengalu-alukan ibadah korban yang dilakukan di Cawangan masing-masing.

http://paritbuntar.pas.org.my

Pengorbanan

“Maka celakalah bagi orang-orang yang sembahyang, (iaitu) orang yang lalai dari sembahyangnya, orang-orang yang berbuat riya‘, dan enggan (menolong dengan) barang berguna” (QS. Al-Ma‘un: 4-7).

Korban dan pengorbanan memang bagaikan zat dengan sifat yang melekat pada proses suatu pekerjaan, meskipun tidak semua orang yang berkorban mampu menyatukannya. Contohnya tidak diterimanya korban anak Nabi Adam yang bernama Qabil, juga bukan karena ia tidak mengeluarkan korbannya tetapi kerana tidak memiliki ciri-ciri pengorbanan, yang merupakan sifat dari prosesnya pelaksanaan korbannya.

Pengorbanan penting memiliki ciri keikhlasan dan kerelaan dalam melepaskan sesuatu yang dimiliki. Tentunya, bukan hanya harta benda yang dimiliki seseorang, tetapi juga kesempatan, kekuasaan, dan lain-lain. Dengan demikian, mengorbankan waktu sendiri untuk kepentingan orang lain juga perlu keikhlasan. Tidak terkecuali juga bagi seseorang yang telah menunaikan ibadah Haji untuk sekian kalinya, yang dengan ikhlas atau lapang dada memberikan kesempatan bagi orang yang belum sempat melakukan ibadah Haji walaupun sekali.

Pengorbanan kesempatan yang penuh dengan keikhlasan seperti itu kiranya mendapat pahala yang tidak sedikit dari Allah. Tidak tertutup kemungkinan, itulah pahala penambah berat timbangan kebaikan kita di mizan Allah Yang Maha Adil di akhirat kelak. Apalagi pahala-pahala yang lain mungkin telah rosak binasa oleh kesombongan atau riya‘ (menampak-nampakkan untuk mengharap pujian) yang bersemayam di hati sewaktu berhaji. Sifat-sifat ini tidak boleh melekat pada ibadah, termasuk juga ibadah haji.

Malang sekali sekiranya segala ibadah yang dilakukan seorang hamba pada zahirnya Smpurna, namun pada batinnya tersemat sifat mazmumah yang menghapuskan segala pahala yang diharapkan. Terlebih malang mengundang dosa yang tidak terperinya.