22 Disember 2008

Kita saling memerlukan.

“Wahai anakku, lupakanlah budi baikmu terhadap orang lain. Lupakanlah semua kesalahan orang terhadap dirimu” (Lukman al-Hakim).

Kita mungkin pernah menyaksikan sebuah gol dibuat oleh seorang pemain bolasepak. Setelah itu, pemain itu menunjukkan reaksi yang sangat ghairah dan gembira, dia berbangga, dan disebut-sebutkankan namanya. Sedangkan sebelum gol itu dihasilkan dengan tendangan kakinya, telah banyak kerjasama yang diberikan kawan-kawan sepasukannya sehingga akhirnya bola itu di tendang kepadanya dan kemudian ia merembat bola itu sehingga menghasilkan gol.

Hal itu menunjukkan bahawa apa saja yang kita lakukan dalam hidup ini tidak terlepas dari bantuan orang lain. Banyak bantuan langsung dan tidak langsung yang kita terima termasuk dari orang yang tidak kita kenal. Bantuan dari orang-orang yang jarang kita lihat termasuk para petani. Mereka lah yang telah membantu kita merasa kenyang dalam hidup ini. Tidak mungkin kita memiliki banyak waktu untuk meraih ’gol‘ pada setiap hari kalau kita juga menanam padi sendiri, membuat garam sendiri, dan sebagainya sendiri. Oleh itu, sebagai insan yang berakal, kita harus berterima kasih kerana tanpa mereka kita tak mampu mendapat ’gol‘ kita hari ini.

Namun demikian sudah menjadi tabiatnya manusia yang seringkali lupa akan jasa atau bantuan orang lain. Mereka selalu merasa telah mampu membuat sesuatu tanpa bantuan orang lain. Yang sering terjadi mereka mengagungkan kemampuan dirinya sendiri, merasa sombong dan ujub dengan apa yang telah diperolihi, kehebatan diri, dan bahkan meremehkan apa yang dilakukan oleh orang lain. Padahal dia sebenarnya sedang menuju suatu kehidupan yang sukar dalam hidupnya.

Sesungguhnya kita adalah makluknya yang sangat lemah tanpa bantuan orang lain. Tanpa kehidupan saling tolong-menolong, menghormati jasa orang lain sebenarnya kita masih tidak mengenali hakikat kehidupan ini .