06 Disember 2011

Carilah yang halal.

Muharram 1433H. [MOD] -
Oleh Jarjani Usman

“Wahai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah mengikuti langkah-langkah setan karena sesungguhnya setan musuh yang nyata bagimu” (QS. Al-Baqarah: 168).

Setiap hari, manusia tidak bisa tidak membuat sejumlah keputusan. Keputusan-keputusan itu tidak terlepas dari upaya melanggar perintah Allah atau tidak. Sebab, ketika mencari rezeki, makan, duduk, tidur, dan sebagainya, akan berada dalam batas halal atau haram. Tentunya akan melanggar batas ketika memutuskan untuk mencari nafkah yang haram atau mencampur-adukkannya (dengan yang halal).

Bila terlanjur memutuskan untuk mencari yang haram, keputusan itu tidak akan berakhir sesudah melaksanakannya. Dampak dari keputusan itu juga akan mengalir ke meja makan, tempat tidur, atas sajadah, Tanah Suci, pada daging yang tumbuh, pada kendaraan yang dikendarai, dan ke tempat-tempat lain. Sungguh sangat menyayat hati bila menatap si bayi yang belum tahu apa-apa tentang dosa dan belum mampu membuat keputusan untuk memakan atau tidak, disuap makanan dari hasil perbuatan haram orang tuanya. Juga sangat menyedihkan menatap orang tua yang akan segera mengakhiri masa hidupnya di dunia ini, menikmati harta haram dari hasil usaha haram anak(-anak)nya.

Dengan demikian, sekali melakukan yang haram, tak terhitung aliran haramnya kepada bidang-bidang lain. Apalagi tak tertutup kemungkinan, uang haram seperti hasil korupsi juga dijadikan modal untuk mengembangkan usaha. Akan bercampur baur laksana daging babi dicampur dengan daging sapi.

Karena itu, sangat dianjurkan untuk memulai dan menjaga hidup ini dengan membuat keputusan tegas untuk menetapi cara-cara halal. Belajar mencari rezeki dengan cara halal akan menghasilkan pengalaman halal yang sangat istimewa. Disebut istimewa karena tak dimiliki oleh orang-orang yang gemar dengan yang haram. Bukan hanya mendapat pengalaman, tetapi juga pahala.

Serambi/-

Tiada ulasan: